Nama : JOHANA SUNARTI NASUTION
Lahir : Surabaya, 1 November 1923
Agama : Islam
Pendidikan : - ELS (1936) dan HBS (1937), Surabaya
- Lyceum, Bandung (1942)
- SMT-B, Yogyakarta (1943)
- Sekolah Analis Farmasi, Bandung (1946)
- FH UGM, Yogyakarta (1944-1946)
Karir : - Anggota PMI (1940-1947)
- Ketua Persit Kartika Chandra Kirana (1947-1963)
- Anggota Presidium Badan Koordinasi Istri Angkatan Bersenjata (1957-1963)
- Penasihat (1963-1964), kemudian Ketua BKS Panti-panti Asuhan (1964-1966)
- Ketua Umum Badan Pembina dan Koordinasi Kegiatan Sosial (1966-1985)
- Ketua dan Penasihat Yayasan Sayap Ibu Pusat (1968-sekarang)
- Ketua Umum (1970-1985), kemudian Pembina (1985-sekarang)
- Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS)
- Ketua I Federasi Nasional Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (1985-sekarang)
Alamat Kantor : Jalan Teuku Umar 40, Jakarta Pusat Telp: 349857
|
|
JOHANA SUNARTI NASUTION
Biasa dipanggil Ibu Nas, Johana Sunarti, Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) sejak 1967, digantikan Mohammad Noer -- bekas gubernur Jawa Timur, dan bekas dubes RI di Prancis. Namun, munas DNIKS Juli 1985 itu masih memilih Ibu Nas sebagai pembina untuk periode 1985-1990.
Pada upacara serah terima, Ibu Nas menuturkan sejarah DNIKS. "Dengan meminjam sebuah kamar, sarana, dan tenaga yang terbatas, kami mulai dari nol," ujarnya. "Dana yang ada berupa sumbangan dari menteri sosial dan yayasan Dana Bantuan sebesar Rp 50 ribu tiap bulan, selama lima tahun."
DNIKS berhasil menyandang kepercayaan, setelah mampu menyalurkan dan mengelola dana untuk menunjang berbagai proyek kesejahteraan sosial di Indonesia. Antara lain proyek uji coba akademi untuk speech therapy, percetakan buku dengan huruf braille, dan pengembangan alat-alat permainan edukatif.
Menekuni kegiatan sosial, Ibu Nas mungkin mengikuti jejak Almarhum ayahnya, Raden Panji Gondokusumo, kakak kandung R.P. Soeroso -- perintis kemerdekaan itu. Sejak masa kanak, wanita berdarah Belanda dari pihak ibunya ini sudah bergaul dengan para pekerja sosial yang aktif bersama orangtuanya.
Atas aktivitasnya selama ini, Ibu Nas menerima Satya Lencana Kebaktian Sosial RI 1975. Dua tahun kemudian, gelar Centro Culturale Adelaide, Restori, diterimanya dari Italia. Juga ia menerima Paul Harris Award dari Rotary Club, 1980, dan hadiah Magsaysay dari Filipina, 1981. Tahun berikutnya, ia menerima hadiah Helena de Montigny Stichting dari Negeri Belanda.
Senang berbusana kebaya Jawa atau baju kurung Minangkabau, Ibu Nas tetap menggemari tenis. Olah raga itulah yang mempertemukannya dengan perwira muda Abdul Haris Nasution di Bandung, 1947.
Putri pertamanya, Yanti, telah memberinya sejumlah cucu. Yang kedua, Ade Irma Suryani, gugur ketika rumahnya digerebek pasukan G-30-S/PKI yang berusaha membunuh suaminya, 1965.
|