Nama : HANS WESTENBERG
Lahir : Deli Serdang, Sumatera Utara, 27 Oktober 1898
Agama : Protestan
Pendidikan : - SD, Den Haag (1912)
- HBS, Den Haag (1917)
- Fakultas Jabatan Sipil, Universitas Leiden, Negeri Belanda
Karir : - Asisten Administrator perkebunan karet 'Serba Jadi' di Galang, Deli Serdang (1919-1926)
- Administrator perkebunan karet di Labuhan Haji (sekarang PTP III Medan) (1926-1956)
- Wakil Direktur dan Manajer Kebun perkebunan karet Kwaloe di Labuhan Haji (1956-1959)
- Mendirikan Kebun Percobaan dan Pusat Pengembangan Pertanian Kebun Jeruk di Tebingtinggi (1950-1972)
- Konsultan dan Manajer PT Multi Agro Corp. di Lampung (1974- 1980)
- Usaha pertanian sendiri di Binjei, Tebingtinggi (1980 -- sekarang)
Alamat Rumah : Kampung Binjei Tromolpos Tebingtinggi, Deli
Alamat Kantor : Idem
|
|
HANS WESTENBERG
Bertubuh ramping, dengan kaca mata bertengger pada wajahnya yang kurus, kepalanya yang botak ditutupi topi pandan. Walaupun memakai tongkat jika mengelilingi 1,6 hektar kebun singkong miliknya, Hans Westerberg masih mampu berjalan tegak. Pada usia 86 tahun, 1985, semangatnya sungguh mengesankan.
"Berani menulis bahwa saya bisa menghasilkan singkong 70 ton per hektar?" ia menantang. Bandingkan dengan hasil rata-rata yang dicapai petani Indonesia lainnya: 30 ton per hektar. "Rendah sekali!" katanya.
Ia berdarah campuran, ayahnya Belanda totok, sedangkan ibunya, Negel boru Sinulingga, dari suku Batak Karo. Sang ayah, Karel Westenberg, Residen Tapanuli pada 1912, mengirimnya ke Negeri Belanda ketika usia Hans enam tahun. Di sanalah si bungsu dari empat bersaudara itu merampungkan kuliah kepamongprajaan (controlleur) pada Universitas Leiden.Selama 50 tahun bekerja di perkebunan. Pada 1950 -- bertepatan diterimanya ia sebagai WNI -- Hans membuka kebun percobaan tanaman jeruk di Tebingtinggi. Tetapi, 12 tahun kemudian, usaha itu diambil alih oleh sebuah yayasan dari Jakarta. Ia lalu menjadi konsultan dan manajer proyek PT Multi-Agro Corporation, di Lampung, untuk kemudian membeli dua hektar tanah di Desa Binjei, Tebingtinggi. Ia bertanam tanaman keras, yang diselingi tanaman sela usia muda.
Dibekali pengalaman dan bacaan yang selalu digelutinya, Westenberg turut mengembangkan varietas padi yang unggul tahan wereng. Hans sendiri membuktikan berhasil memproduksikan 8 ton gabah per hektar.
Tetapi, Westenberg lebih dikenal dengan produksi singkongnya. Untuk setiap hektar tanah, ia yakin dapat menghasilkan kira- kira 150 ton singkong. Jika dihargai Rp 30 per kg, berarti menghasilkan Rp 4,5 juta per hektar. Itulah kira-kira penghasilan petani tua itu per tahun. Itu baru dari singkong, belum dari tanaman lain, nanas misalnya.
Prestasi ayah dua anak dan kakek sejumlah cucu ini dihargai secara internasional. Westenberg, yang berladang 6-7 jam per hari, adalah penerima hadiah Ramon Magsaysay, 1973. Ia datang sendiri ke Manila untuk mengambil hadiah US$ 10.000, dan medali emas seberat 500 gram.
|