A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Ciputra




Nama :
Ciputra (Tie Tjin Hoan)

Lahir :
Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931

Agama :
Protestan

Pendidikan :
- SD di Parigi (1947)
- SMP di Gorontalo (1950)
- SMA di Manado (1953)
- Jurusan Arsitektur ITB (1960)


Karir :
- Direktur PT Pembangunan Jaya (1961-1968)
- Presiden Direktur PT Pembangunan Jaya (1968-1996)
- Komisaris aktif PT Pembangunan Jaya, 1996-sekarang)
- Ketua Dewan Pendiri dan Presiden Komisaris PT Metropolitan Development (1971-sekarang)
- Presiden Komisaris PT Ciputra Development (1984-1990)
- Direktur Utama PT Ciputra Development Tbk., (1990-sekarang)
- Komisaris Utama PT Ciputra Surya Tbk., (1990-sekarang)


Kegiatan Lain :
- Ketua Kehormatan Real Estate Indonesia
- Board of Directors Persatuan Real Estate se-Dunia


Keluarga :
Ayah : Tjie Sim Poe Ibu : Lie Eng Nio Istri : Dian Sumeler Ciputra Anak : 1. Rina Ciputra 2. Junita Ciputra 3. Candra Ciputra 4. Cakra Ciputra

Alamat Rumah :
Jalan Bukit Golf Utama, Kapling III PA-1-2, Pondok Indah, Jakarta Selatan

Alamat Kantor :
Gedung Jaya, Jalan Thamrin 12, Jakarta Pusat

 

Ciputra


Ketika Pantai Indah Kapuk (PIK) dituding sebagai salah-satu penyebab banjir di Jakarta awal 2002, orang ingat ucapan Ciputra sepuluh tahun sebelumnya. €œMonyet tak akan berkurang. Saya akan lebih banyak menanam bakau, ketapang... Jika kelak kerusakan lingkungan terbukti, saya siap dihadapkan ke meja hijau. Saya mempertaruhkan segalanya: nama baik, moral, bank guarantee,€ ujarnya.

Saat itu, tokoh real estate Indonesia dan dunia ini mungkin merasa perlu mengucapkan €œsumpah€ tadi untuk menangkis protes para penggiat lingkungan yang tidak setuju dengan PIK, perumahan tepi pantai yang amat eksklusif. Maka ia pun mengumbar janji-janji tadi: menanam lebih banyak bakau dan ketapang, membangun hutan lindung, danau air payau dan santuary burung-burung.

Tapi ketika ada yang menuduh PIK biang keladi penghancuran habibat hutan bakau dan puluhan satwa di hutan lindung Muara Angke, dan menjadi biang keladi banjir besar yang melanda Jakarta awal 2002, apa kata Ciputra? €œSaya tak pernah mengatakannya,€ ujar lelaki yang biasa disapa Pak Ci.

Belakangan, anak bungsu dari tiga bersaudara kelahiran Parigi, Gorontalo ini mengaku capek mengomentari tudingan orang tentang PIK. Pada usianya yang ke 71, Tie Tjin Hoan, begitu nama aslinya, lebih memilih mengurus bisnisnya sambil mencurahkan waktunya dalam kegiatan sosial dan keagamaan, ketimbang memberi komentar soal PIK. Ia aktif memberi ceramah rohani di berbagai tempat dan kesempatan, termasuk di radio. €œNilai-nilai Konghucu, Kristen dan Indonesia menjadi bagian dalam diri saya,€ aku bos PT Pembangunan Jaya ini.

Lahir dari keluarga pedagang, Ciputra sejak kecil memang dididik ulet. Ayahnya diculik tentara Jepang, saat Pak Ci masih belum genap 12 tahun. €œSampai sekarang, keluarga saya tidak tahu di mana ayah dikubur,€ katanya. Sejak itu, Ciputra mengaku menggantikan peran ayahnya sebagai kepala rumah tangga. Untuk mencukupi biaya hidup keluarga, mantan atlet pelari jauh yang sempat ikut PON ke-2 di Jakarta ini pun tak segan-segan bertani dan memburu babi hutan.

Beruntung, Ciputra memiliki ibu yang juga mencintai keluarga. Sang ibulah yang berkeras dan mendorong anak-anaknya terus bersekolah, meski agar mampu membiayainya mereka harus membanting tulang.

Menamatkan SMP dan SMA di Sulawesi, Ciputra diterima di Jurusan arsitektur ITB. Di Kota Kembang ini, ia membiayai hidup dan kuliah sendiri. €œPadahal kalau minta ke ibu pasti dikasih,€ ujarnya.

Mungkin karena pengalaman masa lalu itulah, Ciputra mendidik keempat anaknya dengan penuh disiplin. Sebagai penganut Kristen taat, ia juga membekali mereka dengan pelajaran moral termasuk tentang perlunya selalu bersikap jujur. €œMoral itu penting, pintar juga penting. Tapi yang lebih penting lagi adalah bijaksana, lebih tinggi lagi adalah berkah Tuhan,€ ujar pemilik PTB Ciputra Development Tbk. ini berfalsafah.

Kini, arsitek utama Taman Impian Jaya Ancol dan pemilik 10 kota satelit itu tinggal menikmati semua jerih payah yang pernah dirintisnya. Keempat anaknya menamatkan S2 dan sukses berbisnis, proyek-proyek properti impiannya bisa dikatakan termasuk paling sukses di Indonesia. Hidupnya kini tak lagi diwarnai pemburuan babi hutan seperti di Parigi, dulu. €œSaya bersyukur, Tuhan begitu baik kepada saya,€ ujar kolektor kulisan para pelukis ternama ini.

Begitu baiknya Tuhan pada dirinya, katanya, ia tidak mengalami nasib malang seperti yang menimpa sejumlah konglomerat. Ketika pecah krisis ekonomi pada 1998, berbagai proyek propertinya memang juga ikut terpuruk, namun ia dan perusahaan-perusahaannya tidak sampai terjerat kasus hukum. Saat para taipan yang lain sibuk berurusan dengan polisi dan kejaksaan, Pak Ci memilih jalan berunding dengan para obligor. Tapi bagaimana dengan kasus PIK?

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


CONNY RIOWSKINA SEMIAWAN (CONNY STAMBOEL) | COSMAS BATUBARA | CORNELIS J. RANTUNG | CHRISTINE HAKIM (HERLINA CHRISTINE) | CIPUTRA | CHRISTIANTO WIBISONO | CHRISTIAN HADINATA | CHRISMANSYAH RAHADI (CHRISYE) | CHEPOT HANNY WIANO | CHEHAB RUKNI HILMY | CHARLES ONG | CARLOS FILIPE XIMENES BELO | CARLA TEDJASUKMANA | Candra Wijaya | Chairul Tanjung | Chand Parwez Servia | Christine Hakim | Chrys Kelana | Ciputra | Cornelia Agatha


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq