
Nama : PAK KASUR (SOERJONO)
Lahir : Purbalingga, Jawa Tengah, 26 Juli 1912
Agama : Islam
Pendidikan : - HIS, Bandung
- MULO, Purwokerto
- Sekolah Guru HIK, Bandung
Karir : - Guru bantu HIS Arjuna School (di Bantul, Yogya
- Guru HIS di Sumedang (1938)
- Guru HIS di Bandung (1939-1945)
- Anggota Panitia Sensor Film di Jakarta
- Memimpin siaran anak-anak di RRI Jakarta (1952)
- Tenaga honorer pada siaran anak-anak TVRI (1960-1966)
- Staf pengajar pada Yayasan Setia Balita (1979-sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Kebon Binatang IV No. 2, Jakarta Pusat
Alamat Kantor : T.K. Yayasan Setia Balita Jalan Kebon Binatang IV No. 2, Jakarta Pusat
|
|
PAK KASUR (SOERJONO)
Ia menyebut dirinya "pengemong anak di taman kanak-kanak", yang berasal dari "keluarga ndeso yang buta huruf". Padahal, almarhum ayahnya seorang sisten (asisten wedana, camat). Risiko mengikuti kakak-kakaknya menyebabkan ia tidak bisa menyelesaikan satu sekolah di satu tempat. Sempat merampungkan MULO (SMP), tetapi AMS (SMA)-nya mandek, karena gaji rata-rata kakaknya 38 rupiah, sedangkan uang sekolahnya sudah 171 rupiah.
Kariernya sebagai pendidik dimulai sebagai guru bantu HIS Arjuna School, milik sebuah yayasan teosofi di Bantul, Yogyakarta. Yayasan itu pula yang membiayainya belajar di HIK, Bandung. Untuk menambah uang saku, Soerjono menjadi pemain sepak bola, dengan bayaran 5 rupiah sekali bertanding. Atau, dengan menjual hasil lukisannya.
Ketika Jepang datang, Sur berhenti jadi guru dan menerima tawaran M. Natsir, memimpin sebuah lembaga pendidikan di Bandung. Pada masa Revolusi Fisik, ia turut bergerilya. Saat itulah ia bertemu dengan Sandiah, anggota Palang Merah, gadis yang kemudian dikenal sebagai Bu Kasur. Mereka sebenarnya sama- sama anggota Kepandoean Bangsa Indonesia (KBI), organisasi pramuka di zaman Belanda.Setelah menikahi Sandiah, 1953, Pak Kasur pindah ke Jakarta. Di sini ia mendirikan Taman Kanak- Kanak, Taman Putra, dan Taman Pemuda. Ia mengasuh siaran anak- anak di RRI Jakarta, yang sudah dimulainya di Bandung. Dimulai dengan lagu S'lamat Sore, 'Bu, lagu-lagu ciptaan Pak Kasur selanjutnya menjadi buah bibir anak-anak di seluruh tanah air. Semua tentu ingat akan lagu-lagu Naik Delman, Sepedaku, Bangun, dan sebagainya -- semuanya sekitar 140 lagu.
Bersama Bu Kasur, yang asal Betawi itu, Pak Kasur memimpin Yayasan Setia Balita, menempati rumahnya di Jalan Kebon Binatang IV/2, Jakarta Pusat, dan di Jalan Tanjung 8, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di Taman Kanak-Kanak Mini, terdapat tiga pengelompokan sekolah taman kanak-kanak, seperti ketetapan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Yaitu kelompok A (3w4 tahun), kelompok B (4w5 tahun), dan kelompok C (5w6 tahun). "Tiap pagi saya ngemong anak-anak seusia 3w4 tahun," tutur lelaki yang sedang mencapai usia tiga perempat abad itu.
Pengagum Ki Hajar Dewantara, yang pernah menjadi Sekretaris Badan Sensor Film, ini prihatin terhadap perkembangan film anak-anak dewasa ini. "Para produser," katanya, "hanya mementingkan segi komersial saja." Baik dari segi isinya, yang "berisi teori yang membikin anak sukar bernalar," maupun dari segi panjangnya, yang tidak sesuai dengan kemampuan anak menyerap. "Idealnya, panjang film anak-anak 15w30 menit," kata ayah lima anak itu.
|