A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

PRAMUDYA Ananta Toer




Nama :
PRAMUDYA Ananta Toer

Lahir :
Jetis, Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925

Agama :
Islam

Pendidikan :
- SD Budi Utomo, Blora (1939)
- Radio Vakschool, Surabaya (1941)
- SMP Taman Dewasa, Jakarta (kelas II, 1943)
- Sekolah Tinggi Islam (tingkat I, 1945)
- Kursus Stenografi Chuoo Sangi-in


Karir :
- Juru ketik Kantor Berita Domei (1942-1945)
- Stenograf bebas (1944-1945)
- Komandan Seksi Brigade Suhita Divisi Siliwangi (1945-1947)
- Tawanan Belanda (1947-1949)
- Redaktur Sastra Modern Indonesia Balai Pustaka (1950-1951)
- Mendirikan Literary & Features Agency Duta (1951)
- Bermukim di Negeri Belanda atas undangan Sticusa (1953-1954)
- Mengajar di Universitas Respublica Jakarta (1962-1965)
- Anggota Redaksi lembaran Kebudayaan Lentera Harian Bintang Timur (1962-1965)
- Ditahan di Irehab Pulau Buru (1965-1979)


Karya :
- Antara lain: Perburuan, Balai Pustaka, 1950
- Keluarga Gerilya, Pembangunan, 1950
- Subuh, Pembangunan, 1950
- Tjerita dari Blora, Balai Pustaka, 1952
- Bukan Pasar Malam, Balai Pustaka, 1951
- Si Midah Bergigi Emas, Nusantara, 1952
- Tjerita dari Djakarta, Grafica, 1957
- Sekali Peristiwa di Banten Selatan, Petera, 1958
- Hoakiau di Indonesia, Bintang Pers, 1960
- Bumi Manusia
- Anak Semua Bangsa dan Jejak Langkah
- Tempo Doeloe
- Sang Pemula (kelima terakhir terbitan Hasta Mitra)


Alamat Rumah :
Jalan Multikarya II/26, Utan Kayu, Jakarta Timur Telp: 884198

 

PRAMUDYA Ananta Toer


"Saya bosan jadi pengarang," ujar Pramudya Ananta Toer, pada akhir 1984. Mestinya, katanya, ia menjadi petani saja, seperti cita-citanya dahulu. Namun, masih menjalani wajib lapor setelah sekitar lima tahun dibebaskan dari Pulau Buru. Pram tampaknya tidak memiliki kecakapan lain selain menulis. Kini ia sedang menyiapkan Kamus Geografi.

Pram terdorong menyusun kamus ini, konon, karena tidak ada penulis lain yang berbuat serupa. Tetapi, itu agaknya bukan satu-satunya alasan. Setelah novelnya, Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa, yang ditulis di Pulau Buru, dilarang beredar, menulis kamus memang lebih aman.

Ayahnya, Toer, bekas guru dan aktivis PNI cabang Blora yang juga mampu mengarang, tampaknya banyak berpengaruh terhadap visi Pram. Apalagi ia pernah bersekolah di Taman Siswa, yang berpaham kebangsaan. Mengawali penampilannya lewat cerpen Kemana di majalah Pancaraya, 1947, nama Pram, yang mengaku menulis sejak di bangku SD, mencuat melalui novel KranjiwBekasi Jatuh, pada tahun yang sama. Tahun itu juga ia menyelesaikan Sepuluh Kepala Nica, yang hilang di tangan Penerbit Balingka, Pasar Baru, Jakarta.

Bekas letnan dua pasukan Siliwangi ini kemudian ditahan di penjara Bukit Duri, Jakarta (1948-1949). Di sanalah ia menulis kumpulan cerpen Percikan Revolusi dan novel Perburuan (memenangkan Hadiah Pertama Balai Pustaka). Keluar dari penjara, Pram menulis cerpen Mereka yang Dilumpuhkan, yang kemudian dihimpun dalam Cerita dari Blora, yang memenangkan hadiah BMKN, 1952-1953. Lalu terbit pula Bukan Pasar Malam.

Pada 1953, Pram bermukim di Negeri Belanda bersama keluarganya, atas undangan Lembaga Kerja Sama Kebudayaan Indonesia Belanda, Sticusa. Di sanalah ia menulis Korupsi dan Midah si Manis Bergigi Emas. Sampai 1960, ia kurang produktif, kecuali Sekali Peristiwa di Banten Selatan, tetapi nilainya di bawah rata-rata. Sejak itulah ia mulai tertarik menggarap bahan sejarah. Lahirlah Panggil Aku Saja Kartini I & II. Ada yang menganggap, kebesaran Pram karena buku Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, dan Jejak Langkah. "Kritik itu 'kan makcomblangisme," katanya masa bodoh. Ia mengelak memberikan komentar terhadap karya sastra pengarang lain, kecuali mengatakan bahwa, "Saya memerlukan bacaan yang memberikan 'vitamin' pada hidup saya."

Tinggal di rumah yang dibangun istrinya sewaktu ia di Pulau Buru, Pram tampaknya lebih banyak berkubang di kamar kerjanya yang penuh buku. Ia perokok berat.

Dari sembilan anaknya -- hasil perkawinan dengan Maemunah Thamrin, kemanakan pahlawan nasional M.H. Thamrin -- belum seorang pun yang mewarisi jejak sang ayah. "Jadi pengarang itu mengerikan. Anak-anak saya menyimak nasib ayahnya," ujar Pram.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


PADMO WAHJONO | PAIRAN MANURUNG | PAK KASUR (SOERJONO) | PANDJI Wisaksana | PERMADI | PERRY G. PANTOUW | PETER DOMINGGUS LATUIHAMALLO | PETER FRITZ SAERANG | PETER SIE | PETER SUMARSONO | PETRUS OCTAVIANUS | PETRUS SETIJADI LAKSONO | PHILIPPUS HENDRA HERKATA | PIET ZOETMULDER S.J. | POERNOMOSIDI HADJISAROSA | PONIMAN | PONTJO NUGRO SUSILO SUTOWO | POPO ISKANDAR | POPPY SUSANTI DHARSONO | PRAHASTOETI Adhitama | PRAMUDYA Ananta Toer | PRIGUNA SIDHARTA | Permadi | Prima Rusdi | Putu Wijaya


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq