A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

PETER SIE




Nama :
PETER SIE

Lahir :
Bogor, Jawa Barat, 28 Desember 1929

Agama :
Protestan

Pendidikan :
- SD, Bogor (1942)
- Vakschool Voor Kleermaker & Coupeuse, Den Haag, Negeri Belanda (1947-1953)


Alamat Rumah :
Jalan Tebet Raya 145, Jakarta Selatan Telp: 824662

Alamat Kantor :
Studio Peter Sie Jalan Tebet Raya 145, Jakarta Selatan Telp: 824662

 

PETER SIE


"Saya ini Cina yang kagak bisa bisnis," kata Peter Sie, alias Sie Tiam Ie, perancang busana senior di Indonesia. Namun, hasil kreasi lelaki berkaca mata yang mengaku tidak becus dagang ini telah menjadi kesukaan nyonya-nyonya para pengusaha terkemuka. Langganan Peter sebagian besar adalah para wanita yang sudah mukti dan mapan, yang tidak merasa sayang untuk membeli gaun seharga, misalnya, Rp 2 juta.

Rancangannya, menurut para pengamat, bak cerita wayang saja: sudah pakem. Kata orang, citarasanya tergolong neoklasik. Mode- mode yang trendy, gaya hippies, patchwork, atau gaya karung seperti yang pernah menggejala pada desainer Jepang, tidak pernah hinggap di kepalanya. Peter berkiblat ke Paris. "Terus terang, saya tidak bisa menghindar dari pengaruh Barat," katanya.

Akhir Desember 1984, sebuah panitia bernama Malam Dana Mitra Busana menyelenggarakan peragaan busana di Ballroom Hotel Mandarin, untuk memperingati 30 tahun karier Peter Sie sebagai perancang pakaian. Malam itu, panitia mengumpulkan Rp 62 juta, untuk kemudian diserahkan kepada Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia.Lelaki yang tetap membujang ini memulai debutnya pada 1954, sebagai penjahit yang tidak dikenal. Langganannya nyonya- nyonya keturunan Cina di seputar rumahnya (waktu itu), di bilangan Mangga Besar, Jakarta. Pada 1958 ia mulai membuat sketsa-sketsa. Tahun berikutnya berpameran di Hotel Des Indes (kini pertokoan Duta Merlin).

Krisis dialaminya pada 1974, ketika tidak seorang pun langganan muncul selama beberapa bulan. Seorang stafnya menyarankan, "bikin saja baju jadi beberapa buah." Ini menyelamatkan keadaan. Pada saat posisinya makin kukuh sebagai pelopor perancang busana, sebagian orang menyebutnya sebagai satu-satunya perancang houte couture Indonesia. "Saya paling benci dibilang begitu. Untuk menjadi penjahit houte couture itu tidak sembarangan," kata Peter.

Peter anak bungsu dari tujuh bersaudara Sie Tjeng Hay, pemilik toko makanan di Bogor. Ia masih kanak-kanak ketika mulai tertarik pada jahit-menjahit, lantas dibimbing oleh Mak Wek -- penjahit keluarganya yang datang setiap dua minggu. Pada usia 15, Peter berketetapan hati menjadi penjahit. Sekolah formalnya berantakan.

Dua tahun kemudian, oleh kakak iparnya, Kho Han Gao, ia diajak ke Negeri Belanda. Di sana, Peter masuk Vaschool voor Kleermaker & Coupeuse, Den Haag. Pulang ke tanah air, 1954, ia langsung merintis karier sebagai penjahit.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


PADMO WAHJONO | PAIRAN MANURUNG | PAK KASUR (SOERJONO) | PANDJI Wisaksana | PERMADI | PERRY G. PANTOUW | PETER DOMINGGUS LATUIHAMALLO | PETER FRITZ SAERANG | PETER SIE | PETER SUMARSONO | PETRUS OCTAVIANUS | PETRUS SETIJADI LAKSONO | PHILIPPUS HENDRA HERKATA | PIET ZOETMULDER S.J. | POERNOMOSIDI HADJISAROSA | PONIMAN | PONTJO NUGRO SUSILO SUTOWO | POPO ISKANDAR | POPPY SUSANTI DHARSONO | PRAHASTOETI Adhitama | PRAMUDYA Ananta Toer | PRIGUNA SIDHARTA | Permadi | Prima Rusdi | Putu Wijaya


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq