
Nama : PETER DOMINGGUS LATUIHAMALLO
Lahir : Mamasa, Sulawesi Selatan, 11 Agustus 1918
Agama : Protestan
Pendidikan : - HIS, Makassar (1933)
- MULO-B, Makassar (1937)
- Sekolah Tinggi Teologia, Jakarta (1948)
- Sekolah Islam Tinggi di Jakarta
- Etika Sosial di Union Theological Seminary di New York (Doktor 1959)
- Sekolah Musik di Jakarta (1945)
Karir : - Karyawan Diakoni Gereja (1942-1945)
- Pendeta Gereja Protestan Maluku (1948 -- sekarang)
- Rektor Sekolah Teologia GPM (1949 -- sekarang)
- Dosen STT, Jakarta (1951-1954)
- Rektor STT Jakarta (1954-1957)
- Dosen STT Jakarta (1959 -- sekarang)
- Guru Besar STT, Jakarta (sekarang); Ketua Dewan Gereja-Gereja Indonesia (1960-1980)
- Ketua Lembaga Alkitab Indonesia (1975 -- sekarang)
- Ketua Association for Theological Education in South East Asia (1970-1974), (1980-1985)
- Ketua Umum DGI (1980-1985)
Kegiatan Lain : - Anggota DPR-GR/MPRS (1960-1971)
Alamat Rumah : Jalan Proklamasi 27, Jakarta Pusat Telp: 881802
Alamat Kantor : Sekolah Tinggi Teologia Jalan Proklamasi 27, Jakarta Pusat Telp: 882517
|
|
PETER DOMINGGUS LATUIHAMALLO
Kuliahnya di HTS -- belakangan menjadi STT (Sekolah Tinggi Teologia) -- Jakarta, tertunda beberapa tahun. Pasukan Jepang yang menyerbu ke Indonesia menutup sekolah itu. Dominggus lantas luntang-lantung -- meskipun sempat enam bulan mempelajari musik Barat dan akting opera Italia pada sebuah sekolah musik di Jalan Jeruk, Jakarta.
Selama terkatung-katung itu, bekas juara lari 100 meter (dalam lomba antarmahasiswa) ini terpaksa menjadi centeng gedung sekolah. Seorang Belanda-Indo yang lolos dari interniran Jepang, dan bersembunyi di kawasan Menteng, memberinya uang 25 gulden. Ini ia manfaatkan sebagai modal berdagang sayur dan buah-buahan. Sore hari Dominggus mengayuh sepeda mencari dagangan di Pasar Minggu, keesokan paginya ia berjaja.
Pada 1945, ia sempat mengikuti pendidikan di Sekolah Islam Tinggi, di bawah pimpinan Mohammad Natsir. Teman sekuliahnya antara lain Mukti Ali, yang dikemudian hari (1971-1978) menjadi menteri agama RI.Dominggus lahir sebagai anak kedua (dengan empat saudara) Almarhum E.J. Latuihamalo, pendeta dan guru, berasal dari Maluku. Sampai lulus MULO bagian B, Dominggus hidup di Ujungpandang. Setiap hari, waktu itu, ia menjalani pola kehidupan yang secara ketat diatur ayahnya.
Pada 1948, ia mendapatkan dua hal: ijazah STT, dan pemberkatan pernikahannya dengan Daisy Soselisa, gadis yang sudah ia kenal empat tahun sebelumnya ketika sama-sama aktif di Gereja Imanuel, Gambir, Jakarta. Tahun ini pula Dominggus menjadi pendeta, dan diangkat menjadi gembala Gereja Protestan Maluku di Dobo. Orang-orang memanggilnya Pak Latui.
Sewaktu pertama kali membawakan khotbahnya di Dobo, umatnya memprotes: "Bapak jangan pakai itu bahasa Soekarno." Padahal, ia memakai bahasa Melayu. Waktu itu, kawasan Irian dan pulau- pulau di sekitarnya masih di bawah pengaruh kolonial Belanda. Maka, ia memakai bahasa setempat.
Sebelum terpilih menjadi anggota DPR (1960-1966) sebagai wakil rohaniwan Protestan, Pak Latui sempat meraih gelar doktor dalam bidang teologi dan etika sosial dari Union Theological Seminary, New York, 1959. Disertasinya, Church and World, A Critical Study about the Relation of Church and World in the Writing of Hendrik Kraemer.
Ayah enam anak dan kakek beberapa cucu ini tidak merokok, menolak minuman keras, dan menghindari makanan pedas. Untuk menjaga kondisi badannya, penggemar film kungfu ini rajin lari santai setiap pagi, sekali-sekali juga bermain tenis meja.
|