Nama : SORIE ENDA NASUTION
Lahir : Tebingtinggi, Sumatera Utara, 1 Desember 1955
Agama : Islam
Pendidikan : - SD I, Tebingtinggi (1968)
- SLP Taman Siswa, Tebingtinggi (1971)
- SMA Sederhana, Tebingtinggi (sampai kelas III)
Karir : - Pemegang gelar The best lifter pada Kejurnas di Jakarta, 1978
- Piala Presiden, 1979
- Kejuaraan HUT Tovo, 1981 dan PON 1981. Juara IV pada Olimpiade Los Angeles, 1984, dan pemegang rekornas untuk angkat besi
- Meraih 3 medali perak (untuk snatch, jerk, dan total) dalam PON XI, 1985, di Jakarta
Kegiatan Lain : - Pegawai tidak tetap kantor Menteri Pemuda dan Olah Raga (1983-sekarang)
Alamat Rumah : Kompleks Gedung Olah Raga Jayaraya Blok A No. 3, Ragunan, Jakarta Selatan
Alamat Kantor : Menteri Negara Pemuda & Olah Raga RI, Jalan Pintu VIII Senayan, Jakarta Selatan Telp: 588317
|
|
SORIE ENDA NASUTION
"Saya ini anak manja," kata Sorie Enda yang akrab dipanggil Ucok. "Segala yang saya inginkan, selalu dipenuhi orangtua. Akibatnya, saya jadi berandal."
Suatu hari, dalam keadaan teler, Ucok mengendarai sepeda motor. Di jalan ia menyambar batang kelapa yang terletak di tepi sebuah parit. Lelaki berkulit cokelat tua itu jatuh tunggang langgang, dan pingsan. Tiga bulan ia harus mendekam di rumah sakit, dengan kaki kanan dibalut gips, lantaran patah. Dokternya menasihati, untuk mempercepat pemulihan, Ucok dilarang melakukan kegiatan berat.
Dasar Ucok -- anak kedua dari 11 bersaudara Abu Rifai Nasution, seorang veteran -- nasihat dokternya justru dilanggar. Ia ingin pulih dengan caranya sendiri: banyak berolah raga -- kegiatan yang sangat ia gemari, bahkan pernah pula ikut latihan silat. Pamannya, Asber Nasution, berkecimpung dalam olah raga angkat besi, dan di rumah Ucok bergeletakan peralatannya.
Ucok mulai mencoba. Suatu kali, ia berhasil mengangkat besi seberat 60 kg. "Tetapi, akibatnya, kaki saya bengkak. Sakitnya bukan main," tutur Ucok. Bahkan pernah pula kakinya mengeluarkan darah. Lama-lama, karena terus berlatih, dan tidak menggubris teguran keluarganya untuk berhenti, kakinya jadi kebal. "Dicubit saja tidak terasa sakit. Soalnya, urat kaki saya ada yang putus."
Tekad itulah yang beberapa tahun kemudian, pada 1984, mengangkatnya ke arena Olimpiade Los Angeles. Lifter kelas bulu ini berhasil memperoleh jumlah angkatan 267,5 kg -- lebih 2,5 kg dibanding rekor nasional yang ia ciptakan sendiri pada kejuaraan Tovo, Februari 1984 -- dan menduduki tempat nomor IV.
Sebelum ke olimpiade, Ucok beberapa kali memperoleh gelar the best lifter, antara lain pada Kejurnas di Jakarta 1978, Piala Presiden 1979, Kejuaraan HUT TOVO 1981, dan PON 1981. Sudah belasan medali emas, dan sejumlah perak dan perunggu, ia peroleh.
Tetapi hidupnya masih susah, bahkan pernah menganggur. Ayah dua anak ini menggantungkan hidup dari beberapa pihak. Misalnya Menpora, petinju Syamsul Anwar, dan dari Ir. Rio Tambunan. Yang disebut terakhir adalah orang pertama yang didatangi Ucok ketika ia hijrah ke Jakarta, untuk mengejar prestasi. Dalam keadaan begitu pun, istrinya, Deby Susanti Kabilaha, "Selalu penuh pengertian. Karena dia pula prestasi saya terus meningkat," kata Ucok.
Lifter yang menyukai warna cokelat ini ternyata gemar pula memelihara belasan ayam dan burung dara.
|