Nama : Suryopratomo
Lahir : Bandung, 12 Mei 1961
Agama : Islam
Pendidikan : - Institut Pertanian Bogor (S1; 1983)
- Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (1986)
Karir : - Reporter Kompas (1987)
- Wakil Kepala Desk Olahraga Kompas (September 1991)
- Wakil Kepala Desk Ekonomi Kompas (16 Agustus 1992)
- Kepala Desk Olahraga Kompas (1995)
- Wakil Redaktur Pelaksana Kompas (3 Agustus 1998)
- Pemimpin Redaksi Kompas (1 Februari 2000 - sekarang)
Kegiatan Lain : - Siwo PWI Jaya
- Himpunan Alumni IPB
Keluarga : Ayah : H.R. Soeharno Tjokroprawiro
Ibu : Hj. Siti Sofia
Istri : Drh. Noeri Widowati, M.Sc.
Anak : 1. Retno Anindhita
2. Asri Dwi Hapsari
Alamat Kantor : Jalan Palmerah Selatan 26-28, Jakarta 10270
|
|
Suryopratomo
Cita-citanya ketika masih kanak-kanak adalah jadi pemain sepakbola. Saking gilanya pada bola, Tommy, panggilan akrabnya, kerap telat mengaji karena main sepak bola dulu sehingga ibunya marah-marah. Ayahnya, H.R. Soeharno Tjokroprawiro, bekerja sebagai kontraktor, yang sering berpindah-pindah. Tommy turut berpindah-pindah tempat tinggal: Surabaya, Bandung, Jember, Sukabumi. Sejak 1975, keluarga Tjokroprawiro menetap di Bogor. Di kota itulah, Tommy menyelesaikan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), 1986. Ia punya tiga pilihan: menjadi dosen, usahawan, atau wartawan. Dari empat lamaran yang dikirimkan, hanya Kompas yang memanggilnya.
Tak pernah disangka jika akhirnya Tommy menjadi pemimpin redaksi Kompas, salah satu harian terkemuka di Indonesia. Usianya masih muda, baru 39 tahun. Jabatan itu pun tak pernah diangankan. Ketika bergabung dengan Kompas, 1987, setamat dari IPB, €œSemata-mata karena ingin jadi penulis,€ ujar Tommy.
Nasib baik menentukan lain. Karirnya melesat bak roket. Setelah empat tahun bergabung dengan Kompas, ia menjabat sebagai wakil kepala desk olahraga. Setahun kemudian Tommy dipindahkan ke desk ekonomi. Setelah dipromosikan menjadi redaktur pelaksana, pada 1 Februari 2000 Tommy menerima tongkat estafet dari Jakob Oetama sebagai pemimpin redaksi -- suksesi yang baru pertama kali di Kompas setelah 35 tahun Jakob Oetama menjabat pemimpin redaksi.
Dunia jurnalistik, khususnya desk olahraga, membuatnya tambah dekat dengan kegemarannya waktu kecil, yaitu sepak bola. Kata penggemar pemain bola dari Jerman Franz Beckenbauer ini, €œKetika jadi wartawan, saya bisa ketemu dengan beberapa pemain top dunia dan menyaksikan berbagai pertandingan internasional secara langsung.€
Ketika menjadi wartawan olahraga pula, Tommy pernah dicaci-maki oleh Acub Zainal, ketua Liga Sepak Bola Utama, karena menulis kasus pelecehan pemain Eli Idris terhadap mantan pelatih nasional Bertje Matulapelwa. Ketika berlangsung pertandingan antara Pelita Jaya dan Petrokimia Gresik, Eli Idris -- yang bermain untuk Pelita Jaya --melorotkan celana dalamnya di depan Bertje Matupelwa setelah ia berhasil mencetak gol. €œGara-gara itu, Eli Idris dihukum dua bulan tidak boleh main,€ tutur Tommy.
Pengalaman paling fenomenal bagi Tommy adalah ketika meliput pertandingan Piala Dunia 1994. Ia bisa mendapatkan ID card dengan mendadak, padahal wartawan lain harus mengurus kartu pengenal itu jauh hari sebelumnya. €œKebetulan pada saat itu saya sama Ronny Pattinasarani yang punya kenalan orang FIFA, head presenter untuk Chicago,€ ujar Tommy.
Menikah dengan Noeri Widowati, teman kuliahnya, Tommy dikaruniai dua putri. Keluarga memahami profesi Tommy yang mengharuskan kerap pulang malam, bahkan kadang-kadang beberapa hari tidak ketemu istri dan anak. Musik kegemarannya jazz dan pop. Makanan kesukaannya makanan Sunda. Moto hidupnya, €œBekerja dengan baik, sukai pekerjaan dan bisa bersyukur," katanya. Dan, jika pensiun sebagai pemimpin redaksi nanti, ia bilang tetap ingin jadi wartawan. Kelak, setelah tiba waktunya, €œSaya mau bertani.€
|