A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

TEGUH




Nama :
TEGUH

Lahir :
Pringgading, Solo, Jawa Tengah, 8 Agustus 1926

Agama :
Islam

Pendidikan :
-SMP, Solo
-Belajar musik pada Ikatan Seni Musik, Solo


Karir :
-Peniup Trompet orkes Bunga Mawar, Solo (1946-1951)
-Karyawan Srimulat (1951-1957)
-Pemimpin merangkap penulis skenario Grup lawak Aneka Ria Srimulat (1957-1985)
-Ketua Yayasan Aneka Ria Srimulat (1957 -- sekarang)


Kegiatan Lain :
Ketua Himpunan Artis Keroncong Indonesia cabang Solo (1981 -- sekarang)


Alamat Rumah :
Jalan Anggrek Cenderawasih Blok 07, Slipi, Jakarta Barat

Alamat Kantor :
Jalan Anggrek Cenderawasih Blok 07, Slipi, Jakarta Barat

 

TEGUH


Selama 33 tahun, Teguh telah menjadi "raja" sekaligus "resi" bagi grup kesenian Srimulat. Selama itu, sejak ia mengambil alih pimpinan dari tangan mendiang istrinya, Srimulat, pada 1957, sampai kemudian menyatakan mengundurkan diri pada 1985, Teguh adalah poros seluruh kegiatan grup lawak sekaligus sandiwara dan musik ini. Manajemen keuangan, penentuan pemain yang harus tampil, pembuatan cerita, sampai pada keputusan untuk mengembangkan usaha, semua ada di tangan Teguh. Lebih dari itu, bagi lebih dari 300 anggotanya, seperti yang dituturkan seorang di antaranya, "Pak Teguh adalah bapak pengasuh kami."

Aneka Ria Srimulat berarti, menurut Teguh, "Srimulat yang suka bikin ria dengan aneka cara." Dibentuk di Solo pada 1950, setahun sebelum Teguh dan Srimulat -- bernama asli Raden Ayu Srimulat, anak Wedana di Bekonang, Solo, yang menyempal dari keluarga dan menjadi penyanyi panggung -- menikah. Waktu itu, Teguh, anak seorang keturunan Cina karyawan sebuah percetakan, dikenal sebagai pemuda peniup trompet pada orkes Bunga Mawar. Srimulat janda 41 tahun, tanpa anak, yang tetap cantik. Enam tahun pertama setelah pernikahan mereka, kepemimpinan grup berada di tangan sang istri.

Setelah mengambil alih pimpinan, Teguh mengubah pola lawakan: dari gaya dagelan Mataram membelok ke banyolan yang berdasarkan idenya sendiri. Ternyata, berhasil. Bentuk itulah yang kemudian berkembang menjadi pola tetap, sampai saat ini.

Konsep Teguh dilatarbelakangi pengalamannya dalam bidang musik, dan sebuah rasa penasaran: "Bila dalam musik ada improvisasi, mengapa lawak tidak?" ujarnya. Improvisasi ini berdasarkan cerita-cerita yang ia rangkai sendiri. Untuk membuat cerita selalu aktual, Teguh banyak membaca koran, senang menonton film, dan membaca cerita apa saja. Judul ceritanya selalu menggelitik rasa penasaran konsumennya, misalnya, Roh Cleopatra, Mogok Sex, Relax in Love, Dracula Delapan Penjuru Angin, Janda of Navarone, Dracula Sakit Gigi.

Pada perkembangannya kemudian, Srimulat menancapkan panggung- panggung tetapnya di Surabaya, Solo, Semarang, dan Jakarta. Di kota yang disebut terakhir itu, semula hanya cabang, tetapi kemudian malah menjadi pusat. Bagaimanapun, Srimulat Jakarta, yang berpangkalan di Taman Ria Remaja Senayan sejak 1981, adalah yang paling sukses. Dari sini pula Teguh -- sebelum akhirnya mengundurkan diri dan menetap kembali ke Solo pada akhir 1985 -- mengendalikan seluruh panggung Srimulat itu. Dengan sedan Mercedes pribadi, ia sesekali mondar-mandir dari dan ke kota -kota tempat Srimulat bercocol.

Pada 1970, Teguh menikahi Jujuk, konon atas "petunjuk" mendiang istri pertamanya. Jujuk, nama aslinya Djuariah, 21 tahun lebih muda dari Teguh, adalah primadona Srimulat.

Di panggung Jakarta, status Jujuk sebagai primadona kadang- kadang tidak ditampilkan, tetapi digantikan oleh bintang tamu. Memang, sejak 1984, Teguh mengambil kebijaksanaan mengundang bintang-bintang film nasional ikut manggung. "Kami menyadari, kami grup pendatang, dan harus menghargai mereka yang sudah terkenal," kata Teguh.

Alasan Teguh mengundurkan diri, antara lain, seperti diakuinya sendiri, "Saya sudah tua." Ia sudah melakukan semacam pengaderan, dari kalangan pemainnya dan adik iparnya. Untuk urusan sehari-hari di Jakarta, misalnya, ia sudah mendelegasikan ke Timbul, Tarzan, dan Asmuni -- semua pemain senior. Manajemen dipegang oleh Hendro, adik kandung Jujuk, meskipun beberapa keputusan penting masih tetap ditentukan dari Solo, tempat tinggal Teguh sekarang.

Teguh, ayah empat anak, tidak menyukai makanan yang mengandung daging.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


TRY SUTRISNO | TINO SIDIN | TADJUL ARIFIN | TAHI BONAR SIMATUPANG | TAHIR DJIDE | TANRI ABENG | TAPI OMAS IHROMI | TAUFIK ABDULLAH | TAUFIQ ISMAIL | TAUFIQ RUSJDI TJOKROAMINOTO | TEGUH | TEGUH KARYA | TEUKU JACOB | TEUKU MOHAMMAD RADHIE | THE NING KING | THEE KIAN WIE | Tamrin Amal Tomagola | Tantowi Yahya | Taufiq Ismail | Teten Masduki | Teuku Jacob | Theo F. Toemion | Todung Mulya Lubis | Toeti Heraty Noerhadi Roosseno | Tomy Winata | Tracy Trinita | Trimedya Panjaitan


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq