A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

BUSTANIL ARIFIN




Nama :
BUSTANIL ARIFIN

Lahir :
Padangpanjang, Sumatera Barat, 10 Oktober 1925

Agama :
Islam

Pendidikan :
-HIS, Medan (1940)
-MULO, Medan (1942)
-Fakultas Hukum Unpad, Bandung (1959)
-Sekolah Pegawai Tinggi, Batusangkar (1944)
-Kupalda Unifikasi I, Cimahi (1963)


Karir :
-Danton Inf. Div. Gajah I di Medan Area (1946)
-Danki Inf. 22 Div. Gajah I di Lhok Seumawe, Aceh (1948)
-Biro Pengajaran PPPLAD (merangkap guru) di Cimahi (1956)
-Kabag Personalia & Pendidikan Palad di Jakarta (1961)
-Deputi Pengadaan & Penyaluran Bulog di Jakarta (1969)
-Konsul Jenderal RI di New York, AS (1972)
-Kepala Badan Urusan Logistik di Jakarta (1973 -- sekarang)
-Caretaker dan selanjutnya sebagai Dirut PT PP Berdikari di Jakarta (1973 -- sekarang)
-Menteri Muda Urusan Koperasi/Kepala Bulog (1978 -- sekarang)


Kegiatan Lain :
-Deputi Ketua TMII (1974 -- sekarang)
-Bendahara Yayasan Dharmais (1975 -- sekarang)
-Anggota Dewan Penyantun Yayasan Jantung Indonesia (1978 -sekarang)
-Anggota Dewan Penyantun Universitas Padjadjaran (1978 -- sekarang)
-Ketua Yayasan Pendidikan Koperasi (1982 -- sekarang)- Ketua Yayasan Pengembangan Manajemen Indonesia (1981 -- sekarang)


Alamat Rumah :
Jalan Hang Tuah VII/2, Jakarta Selatan Telp: 771550

Alamat Kantor :
Departemen Koperasi Jl. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Pusat Telp: 357758 Jl. Gatot Subroto 49, Jakarta Selatan Telp: 510075

 

BUSTANIL ARIFIN


"Saya sering berkelahi," kata Bustanil, mengenang masa kecilnya. Anak kedua dan satu-satunya lelaki dari tiga bersaudara ini mengaku, ketika itu nakalnya luar biasa. Pernah ia berantem dengan anak yang badannya lebih besar. "Karena saya kecil, dengan gampang lawan saya mengangkat tubuh saya. Lalu saya diempaskan, dan tergores kawat berduri," tuturnya. Lengan Bustanil sobek 10 cm. "Lihat ini, bekasnya," katanya, seraya menunjukkan bagian dalam lengan kanannya. "Karena itu, saya senang kalau anak dan cucu saya suka berkelahi," kata laki-laki berambut tipis, ayah empat anak ini.

Bustanil menyukai suasana keceriaan bersama anak-anak. Di antara kesibukannya sebagai menteri, ia bisa bersantai bersama cucu -- yang membawa pula teman-temannya. Misalnya, pada suatu hari Minggu akhir Desember 1984, ia dengan bebas bersepeda dengan mereka di Taman Impian Jaya Ancol. "Barangkali, saya satu-satunya menteri yang membawa cucu ke tempat-tempat umum yang terbuka," katanya.

Masa kecilnya sendiri, meskipun tidak terlalu pahit, "Juga tidak terlalu senang," tuturnya. Ayahnya, Almarhum Achmad Idris, seorang pemborong. Jika banyak untung, Bustanil memperoleh berbagai macam hadiah, berupa mainan dan alat keperluan sekolah. Tetapi, pada saat sang Ayah merugi, ia tidak mendapat apa-apa. Bahkan, "Barang-barang, termasuk rumah, terpaksa dijual," tuturnya.

Di masa itu, sewaktu bersekolah di Medan, Bustanil menyukai pelajaran sejarah, terutama tentang tokoh-tokoh dunia. "Dari mereka saya banyak belajar," katanya. "Dan kesimpulan saya, kebanyakan pemimpin dunia dahulunya hidup dalam kepahitan." Ia tidak menyebutkan tokoh sejarah mana yang paling berkesan. Tetapi, untuk tokoh modern ia menyukai Almarhumah Indira Gandhi, Margaret Thatcher, dan Presiden Soeharto."Saya banyak belajar dari Pak Harto," katanya. Misalnya, yang menyangkut soal menjaga kesehatan badan dan jiwa. Supaya bisa tenang menghadapi berbagai persoalan, "Yang penting adalah hati. Sakit itu timbul kalau hati tidak tenang," ia menambahkan.

Ketika remaja, Bustanil bercita-cita menjadi seorang perwira militer. Di masa pendudukan Jepang, ia, 18 tahun ketika itu, mulai mengikuti latihan militer di Batusangkar, Sumatera Barat. Sebentar kembali lagi ke Aceh, menjadi guru pada Sekolah Pegawai Tinggi. "Saya memberi pelajaran kemiliteran di situ," tuturnya.

Kemudian, setelah lulus tes bakat dengan hasil baik, Bustanil termasuk di antara prajurit pilihan yang akan disekolahkan ke Akademi Militer di Tokyo, 1944. Tetapi Perang Dunia II mengubah keadaan. Jepang bertekuk lutut pada Amerika Serikat. Bustanil urung ke Jepang. "Padahal, persiapannya sudah matang," katanya.

Toh, ia tidak kecewa. Harapannya menjadi perwira terkabul pada 1946 setelah mengikuti pendidikan khusus tiga bulan di Aceh. Setelah lulus, ia langsung diterjunkan ke front Medan Area, sebagai komandan peleton. Tergabung dalam Batalyon 3 Resimen Istimewa Medan Area, Sumatera Utara, kompi Bustanil bernama -- jangan kaget -- Parang Berdarah. Senjata api mereka hanya 17 pucuk. "Selebihnya memang parang," katanya. Untuk mempertahankan tanah air, dengan bekal senjata yang seadanya itu, Bustanil dengan kawan-kawannya sering terlibat berbagai pertempuran. Di arena perjuangan itu ia naik menjadi letnan. Terakhir ia berpangkat letjen (purnawirawan).

Teman seperjuangannya ketika pasukan bergerak di Binjai, antara lain, Amran Zamzami, belakangan Direktur PT Krama Yudha dan Ketua Gabsi (bridge). Lalu Rachman Ramly, terakhir Dirut PT Timah -- kemudian Dirut Pertamina.

Perang selesai, Bustanil berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, hingga lulus sebagai sarjana hukum. Masih mahasiswa tingkat I, ketika Bustanil berkenalan dengan gadis keturunan Jawa, R.A. Suhardani, yang waktu itu siswa kelas III SGKP (sekarang SKKA). "Setahun kemudian, kami menikah," tutur Bustanil.

Selain sebagai ibu rumah tangga, Ny. Dani Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia. Sambil berkelakar di hadapan istrinya, Bustanil berkata, "Karena istri saya mengurusi jantung sehat, jadi saya juga harus sehat." Ny. Dani hanya tersenyum menanggapinya.

Olah raga Bustanil adalah golf, jogging, dan menggenjot sepeda di tempat

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


BINTORO TJOKROAMIDJOJO | BINTARI RUKMONO | BENYAMIN SUEB | BENNY MOELJONO | BENJAMIN SOENARKO | BENJAMIN ARMAN SURIADJAYA | BASUKI ABDULLAH (RADEN BASOEKI ABDULLAH) | BANA GOERBANA KARTASASMITA | BAMBANG ISMAWAN | BAMBANG HIDAYAT | BAMBANG HERMANTO ALIAS HERMAN CITROKUSUMO | BAKIR HASAN | BAHARUDDIN LOPA | BAGONG KUSSUDIARDJO | BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE | BUSTANIL ARIFIN | BUDI SANTOSO | BUDI DARMA | BUDI BRASALI (LIE TOAN HONG) | BUBY CHEN | B.R.A. MOORYATI SOEDIBYO HADININGRAT | BOY MARDJONO REKSODIPUTRO | BONDAN WINARNO | BOEDIHARDJO Sastrohadiwirjo | BOEDI SIDI DARMA | BOB SADINO | BOB RUSLI EFENDI NASUTION | BOB HASAN | BISUK SIAHAAN | BISMAR SIREGAR | Bakdi Soemanto | Bambang Kesowo | Bambang W. Soeharto | Bambang Widjojanto | Benjamin Mangkoedilaga | Bernard Kent Sondakh | Bima Sakti | Bimantoro | Bing Rahardja | Biyan Wanaatmadja | Blasius Sudarsono | Bob Tutupoly | Boyke Dian Nugraha | Bre Redana | Budi P. Ramli | Budiman Sudjatmiko | Butet Kartaredjasa | Bambang Harymurti | Boediono


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq