Nama : Darmanto Jatman
Lahir : Jakarta, 16 Agustus 1942
Agama : Protestan
Pendidikan : - SD Yogyakarta (1954)
- SLTP Yogyakarta (1957)
- SMA Yogyakarta (1960)
- Fakultas Psikologi UGM (1968)
- Basic Humanities East West Center University of Honolulu, Hawaii, AS (1972-1973)
- Pascasarjana Bidang Sosiologi UGM (!972)
- Perencanaan Pembangunan di University College, London, Inggris (1977-1978)
Karir : - Dosen STSRI di Yogyakarta (1969-1972)
- Dosen Satyawacana Salatiga (1970)
- Dosen Psikologi Undip Semarang (1969-kini)
- Redaksi Budaya Mimbar/Tribun Jakarta
- Redaksi Budaya Suara Merdeka Semarang
- Redaksi majalah Pop Top di Jakarta
- Kumpulan sajak-sajaknya antara lain Bangsat(1975); Sang Darmanto(1976); Ki Blakasuta Bla Bla(1980)
Penghargaan : - HIPIIS
- ISKI
- HINPSI
Keluarga : Ayah : Jatman
Ibu : Lasinem
Istri : Sri Moernjati
Anak : 1. Omi Intan Naomi
2. Abigael Wohiap Ati
3. Bunga Jeruk
4. Agyaning Arya
5. Jating Sesami
Alamat Rumah : Jl. Menoceh Raya 73, Semarang
Alamat Kantor : Kampus UNDIP Tembalang, Semarang
|
|
Darmanto Jatman
Rata-rata priyayi, sedikitnya dalam anggapan umum, tidak pernah mengalami hidup susah. Darmanto Jatman sebaliknya. Ia anak priyayi yang ingin merasakan hidup susah. Itu karena obsesinya menjadi orang yang ternama. €œAlbert Camus dan orang-orang besar lainnya pernah hidup menderita,€ tutur Darmanto, penyair dan psikolog berambut kribo.
Ayahnya, Jatman, kepala laboratorium kesehatan di Yogyakarta, dan ibunya, Lasinem, juga bekerja pada tempat yang sama. Kedudukan orang tuanya yang terbilang priyayi membuat Darmanto Jatman muda hidup enak kepenak kata orang Jawa.
Masa susah, itu pun menurut orang tuanya, mereka alami ketika Jepang menyerbu Indonesia. Jatman sempat ditahan tentara Jepang. Lalu keluarganya pindah ke Yogyakarta. Perjalanan ke kota gudeg mereka lakukan dengan berjalan kaki, sambil membawa Darmanto kecil. Darmanto tentu tak merasakannya. €œSaya tak ingat lagi peristiwa itu, ya ngertinya enak terus,€ ujar ayah dari empat anak ini.
Semasa kecil, anak kedua dari enam bersaudara itu mengaku sebagai anak kecil yang bersemangat. Masa kecilnya, banyak ia habiskan berpetualang menyusuri Kali Gajah Wong di Yogyakarta. Bila perlu ia tak segan-segan nunut truk hingga puluhan kilometer dari rumahnya. Kerjanya hanya bermain dan sering terlibat perkelahian. Sering menang? €œHa, ha, ha, untuk urusan berkelahi, saya tak pernah menang,€ ujarnya.
Hebatnya Darmanto memulai sekolah dasar saat masih balita, usia empat tahun. Itu karena ia ikut-ikutan kakaknya. Di sekolah ia tergolong murid yang lumayan. Buktinya meski balita ia naik kelas.
|