A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Dwi Koen




Nama :
Dwi Koendoro Brotoatmodjo

Lahir :
Banjar, Jawa Barat, 13 Mei 1941

Agama :
Islam

Pendidikan :
- SD Lengkong Besar 85 Bandung
- SMP di Surabaya
- Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta


Karir :
- Ilustrator di majalah Waspada, majalah mingguan Minggu Pagi, dan harian Kedaulatan Rakyat (1958-1965), ketiganya di Yogyakarta
- Direktur produksi pada Televisi Eksperimentil Badan Pembina Pertelevisian Surabaya (1965-1968)
- Pimpinan Perencana/Pelaksana Siaran Televisi Eksperimentil Badan Pembina Pertelevisian Surabaya (1968-1972)
- Ilustrator, kartunis di penerbit PP Analisa (1972)
- Art designer khusus untuk majalah Stop dan Senang (1972)
- Karyawan PT Inter Vista Advertising (1973-1976)
- Karyawan bagian tata artistik dan ilustrator di PT Gramedia (1976 €“ 1979)
- Kepala Bagian Produksi PT Gramedia Film (1979-1983)
- Kepala Bagian Audio Visual PT Gramedia Film bidang dokumenter, film iklan, animasi, dan grafis serta slide program dan studio perekaman (1984)
- Staf redaksi karian Kompas (1984-sekarang


Kegiatan Lain :
- Ketua I ANIMA (Asosiasi Animasi Indonesia)
- Ketua Dewan Juri Sayembara Cergam, Ditjen Kebudayaan Dept. P&K (1995-sekarang)
- Ketua I Bidang Perelevisian Persatuan Karyawan Film dan Televisi Indonesia (KFT)
- Ketua Dewan Juri Non-Cerita Festival Sinetron Indonesia (FSI)


Penghargaan :
- Pemenang I pada Festival Mini Dewan Kesenian Jakarta (1974) - Pemenang II pada Festival Mini Dewan Kesenian Jakarta (1975) - Juara I dan II pada Festival Film Iklan Indonesia (1976) - Piala Citra untuk kategori Film Dokumenter pada Festival Film Indonesia 1981 - Pemenang I Lomba Cipta Iklan Pariwara 1989 - International Animation Festival Hiroshima 1994

Keluarga :
Ayah: R. Soemantri Brotoatmodjo Ibu : R.R. Siti Soerasmi Brotopratomo Istri : Hurian Dewasih Anak : 1. Wahyu Ichwandardi 2. Waluyo Ichwandiardono 3. Alfi Ichwanditio

Alamat Rumah :
Jalan Puyuh Timur II, Blok EH-5 No. 2A, Bintaro Jaya Sektor V, Jakarta Selatan

Alamat Kantor :
PT Citra Audivistama, Jakarta

 

Dwi Koen


Nama Dwi Koen lekat dengan nama tokoh ciptaannya, Panji Koming. Tokoh kartun di edisi minggu harian Kompas itu digambarkan sebagai tokoh yang lugu, polos, tapi cerdik dan sarat dengan kritik sosial yang mengena. Dan ternyata, nama Panji Koming juga menggema di mancanegara setelah dinobatkan sebagai tokoh kartun wilayah Asean. Melalui Panji Koming itu, nama Dwi Koen atau Pak DeKa€”demikian ia biasa disapa€”pun turut terlambung sebagai kartunis yang malang melintang sejak 1979.

Bernama lengkap Dwi Koendoro Brotoatmodjo, ia berasal dari €œkeluarga teknik€. Ayahnya, R. Soemantri Brotoatmodjo yang insinyur teknik, pada awalnya menginginkan anak kedua dari enam bersaudara ini menjadi insinyur pula. Namun, setelah mengetahui bakat si anak, Soemantri membebaskannya menentukan sendiri bidang pendidikan yang diinginkannya. Ternyata, sejak duduk di bangku sekolah dasar, Dwi Koen telah menemukan bakatnya: menggambar. Mungkin bakat itu mengalir dari ibunya, seorang perias pengantin. Paman dari pihak ibu juga tukang gambar.

Bakatnya mulai terasah ketika pelukis Herman, seorang tetangganya di Bandung, mengajaknya bergabung di sanggar Cipta Panca Angkasa. €œSaya anggota termuda di sanggar tersebut,€ katanya. Sementara di sekolah, guru gambarnya, Abibi, meletakkan dasar-dasar teknik gambar pada dirinya. Pindah ke Surabaya mengikuti keluarganya, Dwi Koen sempat menjadi pembina tetap siaran anak-anak dan remaja di RRI Surabaya.

Untuk memenuhi tekadnya menjadi pelukis, ia hijrah ke Yogyakarta dan masuk Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI). Awalnya ia mengambil jurusan seni lukis, tapi kemudian beralih ke jurusan ilustrasi grafik. €œDi jurusan seni lukis yang dipelajari adalah seni murni. Itu bukan minat saya,€ tutur Dwi Koen, yang tujuh tahun belajar di ASRI, 1958-1965.

Sambil kuliah, ia menjadi ilustrator di majalah Waspada, Minggu Pagi, dan Kedaulatan Rakyat. Kembali ke Surabaya seusai kuliah, Dwi Koen bekerja di Televisi Eksperimentil Badan Pembina Pertelevisian Surabaya, menjabati direktur produksi. €œDi tempat inilah saya merasa dibesarkan, banyak belajar tentang ilustrasi grafik,€ katanya.

Tak cukup di Surabaya, pada 1972 ia mengadu peruntungan di Jakarta, dengan bekerja sebagai ilustrator dan kartunis di penerbit PP Analisa, kemudian di majalah Stop dan Senang. Empat tahun kemudian, barulah Dwi Koen menjadi karyawan tetap di PT Gramedia, ditugaskan bagian tata artistik dan ilustrator. Sejak itu, paparnya, €œKarir saya menanjak. Saya sering diserahi tugas menggarap skenario untuk storyboard visualizer, terkadang menjadi sutradara dan editor untuk iklan dan film dokumenter.€

Atas saran seniornya, kartunis G.M. Sidharta, Dwi Koen membuat komik kartun yang bermuatan kritik: Panji Koming, yang dimuat di Kompas edisi minggu sejak 14 Oktober 1979 hingga sekarang. Selain singkatan 'Kompas Minggu', Koming juga berarti bingung atau gila.

Ketika hendak membuat Panji Koming, Dwi Koen mengadakan riset lebih dulu. €œRisetnya tidak terlalu khusus. Saya hanya berusaha menyambungkan ceritanya,€ katanya. Adapun idenya berasal dari berbagai isu dan peristiwa yang berkembang dalam masyarakat. Walau seting ceritanya zaman Majapahit, ia menganalogikan masa tersebut dengan kondisi Indonesia masa kini, terutama masa Orde Baru dan sesudahnya. €œSaya mau menyindir perilaku yang tidak manusiawi dengan bahasa yang tidak terlalu vulgar, dengan canda,€ ujarnya. Kadang gambar yang terlalu berani tidak naik cetak. Tapi, sejak 1999, ketika Soeharto sudah terjungkal dari tahtanya, Dwi Koen lebih berani.

€œKomik mempunyai the magic of picture and spoken words,€ katanya, mengapa ia menekuni komik. €œKomik mempunyai daya magis dan persoalan sendiri yang khas dibanding dengan karya lain. Gambar komik harus detail, harus mampu menampilkan ekspresi fisik maupun psikis dari tokohnya,€ ujarnya lagi.

Selain itu, Dwi Koen juga diserahi tanggung jawab sebagai Kepala Bagian Produksi PT Gramedia Film, kemudian Kepala Bagian Audio Visual PT Gramedia Film bidang dokumenter, film iklan, animasi, dan grafis serta program slide dan studio rekaman.

Ide-idenya sempat mengalami kemandekan ketika bagian audiovisual ditutup. Untunglah Jakob Oetama selaku pemimpin umum harian Kompas memintanya menjadi staf redaksi surat kabar tersebut. Ia pun mengundurkan diri dari PT Gramedia dan memfokuskan diri pada penyuntingan naskah berita dan pembuatan skrip Panji Koming.

Dalam bidang animasi, Dwi Koen pernah menerima penghargaan International Animation Festival Hiroshima 1994. Ia juga merasa dihargai ketika Panji Koming dibuatkan seri prangko, dan sewaktu sejumlah mahasiswa membuat skripsi tentang tokoh kartunnya itu. Namun di luar penghargaan ini, Dwi Koen merasakan profesi kartunis masih dipandang sebelah mata. €œPenghargaan terhadap kartunis masih lebih rendah dibanding pemusik,€ katanya. Di luar kartun, ia banyak memperoleh penghargaan lain.

Walau yang disindir sering pejabat, ia pernah dapat komplain dari masyarakat. Saat terjadi kelangkaan air bersih, dalam tajuk rencana di majalah Humor, ia justru membela Perusahaan Daerah Air Minum dan menyalahkan masyarakat. Santai saja ia menanggapi protes itu: €œKenapa marah? Kan salah sendiri, wong Perusahaan Daerah Air Minum hanya menyediakan air untuk minum kok, kenapa malah digunakan untuk mandi, cuci mobil, dan lain-lain?€

Sebagai orang media massa, Dwi Koen terbiasa melihat satu hari atau satu minggu ke depan. Itulah yang dilakukannya ketika ia membuat kartun Megawati menjelang terpilihnya ia menjadi wakil presiden. €œSaya sudah membuat kartun tersebut sehari sebelum Megawati benar-benar (dipastikan) menjadi wapres,€ tuturnya. Begitu Megawati naik, €œKartun saya langsung naik cetak sorenya.€

Menikah dengan Dewasih pada 1969, pasangan ini dikaruniai tiga anak. Kebetulan keduanya sama-sama pekerja seni. Dewasih sendiri lulusan Desain Komunikasi Visual ITB. €œSaya mengejar dan menyatakan cinta padanya sejak 1959,€ tuturnya, yang baru mendapat jawaban €œya€ lima tahun kemudian.

Dwi Koen membebaskan ketiga anaknya memilih sendiri pendidikan, dan tidak mengarahkan anak-anaknya ke suatu bidang. Tapi, mungkin karena terlalu sering berinteraksi dengan ayahnya, mereka menjadi suka pada gambar. €œKarena mereka suka, ya saya dukung,€ ujarnya. Sekarang ketiga anaknya bekerja di media, ikut dalam dunia ilustrasi dan gambar, bahkan ada yang menjadi kepala bagian artistik di salah satu media elektronik.

Dwi Koen telah menggambar puluhan sampul buku. Saat ini ia sedang mencoba membuat animasi dan telekomik Indonesia, dengan bantuan komputer agar hasilnya lebih maksimal. Tapi, katanya, €œSaya tetap lebih senang menggambar dengan pensil.€

Di waktu luang, Pak DeKa memmanfaatkannya untuk tidur. Ia hobi bermain piano dan mendengarkan musik. €œSaya biasa mendengarkan musik ketika saya suntuk atau dalam upaya mencari ide,€ kata pengagum tokoh kepanduan Lord Baden-Powell ini.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


Da'i Bachtiar | DALI SANTUN NAGA | DALI SOFARI | DANARSIH HADI SANTOSO | DANARTO | DANIEL ARIEF BUDIMAN | DAOED JOESOEF | DARMANTO JATMAN | DAVID NAPITUPULU | DEDE ERI SUPRIA | DELIAR Noer | DELMA JUZAR | DEMIN SHEN | DENNY BASKAR BESTARET | DEWI MOTIK PRAMONO | DHANNY IRAWAN RONODIPURO | DIAH KOMALAWATI ISKANDAR | DIAH PRAMANA RACHMAWATI SOEKARNO | DIANA WUISAN | DICK GELAEL | DICK HARTOKO | DIDIH WIDJAJAKUSUMAH | DJALI AHIMSA | DJAROT DJOJOKUSUMO | DJAUHAR ZAHRSYAH FACHRUDIN ROESLI (HARRY ROESLI) | DJOENAEDI JOESOEF (Joe Djioe Liang) | DJUHRI MASDJAN (DJODJON) | DJUKARDI ODANG | DJUNAEDI HADISUMARTO | DODDY AKHDIAT TISNAAMIDJAJA | DOMPY PIETER GEDOAN | DONALD DJATUNAS PANDIANGAN | DORODJATUN KUNTJORO-JAKTI | Dadang Hawari | Dady P. Rachmananta | Da'i Bachtiar | Daoed Joesoef | Darmanto Jatman | Dawam Rahardjo | Deddy Corbuzier | Dendy Sugono | Dewi Lestari/Dee | Diah Nurwitasari | Dian Nitami | Dian Sastrowardoyo | Didik J. Rachbini | Dimyati Hartono | Dwi Koen | Dorothea Rosa Herliany | Dorodjatun | Djoko Pekik | Djisman Simandjuntak | Djaduk Ferianto | Dita Indah Sari


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq