A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

K.R.T. HARDJONEGORO




Nama :
K.R.T. HARDJONEGORO

Lahir :
Solo, Jawa Tengah, 11 Mei 1931

Agama :
Islam

Pendidikan :
- SD, Solo (1942)
- MULO, Solo (1949)
- SMA, Solo (1952)
- Fakultas Sastra UI, Jakarta (sampai tingkat III)


Karir :
- Pengusaha batik (1955 -- sekarang)
- Ketua Museum Radya Pustaka
- Ketua Pelaksana Suaka Budaya Keraton Solo
- Komisaris Yayasan Universitas Saraswati, Solo
- Ketua Bowo Roso Tosan Aji (1966 -- sekarang)


Alamat Rumah :
Jalan Keratonan 101, Solo Telp: 3279

 

K.R.T. HARDJONEGORO


Ia telah menulis surat wasiat, menyerahkan semua koleksi barang purbakalanya kepada pemerintah, dengan dua syarat. Pertama, semua barang boleh diambil setelah ia meninggal. Kedua, semua koleksi harus tetap tersimpan di Solo. "Sebagai tanda kecintaan terhadap kota kelahiran," katanya.

Anak sulung dari empat bersaudara ini semula bernama Go Tik Swan. Lahir di Desa Kratonan, Serengan, Surakarta, ia dibesarkan dalam pergaulan yang dekat dengan keluarga raja. Ayahnya, Go Ghiam Ik, pengusaha batik. Kakeknya, yang konon memiliki perkumpulan wayang orang, dikenal dengan sebutan "Mbah Bagus Grobogan". Dua perangkat gamelan, "Kiai Kiduk" dan "Manis Renggo" di Kasunanan Surakarta kini, merupakan peninggalan sang kakek.

Sejak kecil Go dikenal sebagai penari terbaik gaya Surakarta dari kalangan Tionghoa. "Saya sendiri juga heran, kenapa begitu antusias mencintai budaya Jawa," ujarnya. "Padahal, Ayah dulu mengharapkan saya menjadi ekonom." Tetapi, ia malah kuliah di Fakultas Sastra & Filsafat, Jurusan Sastra Jawa UI di Jakarta, walaupun hanya sampai tingkat tiga.

Kembali ke Solo, 1955, Go meneruskan usaha sang ayah, sambil tetap tekun menggeluti dan mendalami kebudayaan Jawa. Beberapa naskah sastra kuno, buku yang ditulis tangan para pujangga, diselamatkannya dengan membuat mikrofilm. Benda-benda purbakala dikumpulkan dan dipeliharanya dengan cermat. Di samping menjadi kolektor, ia juga kemudian mampu menciptakan berbagai desain batik tradisional.

Atas segala perhatian dan ketelitiannya itu, ketika Sri Sunan Pakubuwono XI memperingati Jumenengan -- kenaikan tahta -- 1972, Hardjonagoro dianugerahi pangkat Bupati Anom bergelar Raden Tumenggung (RT). Tujuh tahun kemudian, pangkatnya dinaikkan setingkat lebih tinggi, menjadi Bupati Sepuh. Gelarnya, Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.).

Di samping itu, ia juga dikukuhkan menjadi direktur Museum Radyapustaka. K.R.T. ini menduda sejak 1962.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


KAMARDY ARIEF | KARDJONO WIRIOPRAWIRO | KARDONO | KARKONO Partokusumo alias Kamajaya | KARLINA UMAR WIRAHADIKUSUMAH | KARNO BARKAH | KARTINI MULYADI | KASINO HADIWIBOWO | KEMALA MOTIK | K.H. HAMAM JA'FAR | K.H. MOHAMAD ACHMAD SIDDIQ | K.H. MUKTI ALI | K.H. RADEN AS'AD SYAMSULARIFIN | K.H. SHOLEH ISKANDAR | K.H. TOHIR WIJAYA | KHAIDIR ANWAR | KI SOERATMAN | KIAI HAJI ALI MA'SHUM | KOENTJARANINGRAT | KOESNADI HARDJASOEMANTRI | KONTAN PRI BANGUN | KOSASIH PURWANEGARA | KRISHNAHADI S. PRIBADI | KRISTOFORUS Sindhunata | K.R.M. HARIO JONOSEWOJO HANDAJANINGRAT | K.R.T. HARDJONEGORO | KUNTO WIBISONO SISWOMIHARDJO | KUNTOADJI | KUNTOWIJOYO | KURNIA | KUSWATA KARTAWINATA | KWIK KIAN GIE | Kafi Kurnia | Kamiso Handoyo Nitimulyo | Karlina Leksono Supelli | Karni Ilyas | Kartika | Kemal Jufri | Koesparmono Irsan | Krisdayanti | Kurniawan Dwi Yulianto | Kusnanto Anggoro | Kusumo Priyono | Kwik Kian Gie


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq