Nama : KUNTOADJI
Lahir : Magelang, Jawa Tengah
Agama : Islam
Pendidikan : - AMS (1945)
- Jurusan Mesin Listrik Technische Hogeschool, Bandung (sekarang ITB) (1947)
- Technische Hogeschool, Delft, Belanda (1956)
- Kursus Tenaga Atom di Belanda
Karir : - Tentara Pelajar di Gombong (1947)
- Ikut Menumpas Pemberontakan PKI di Madiun (1948)
- Sekretaris Panitia Negara Radio Aktiviteit dan Tenaga Atom (1956-1958)
- Wakil Dirjen Lembaga Tenaga Atom (1958-1963)
- Rektor ITB (1965-1970)
- Direktur Riset & Pengujian Material AD (1970)
- Dirut Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) (1971-1986)
- Hankam (1986-sekarang)
Kegiatan Lain : - Anggota Dewan Pembinaan LIPI
- Anggota Dewan Penyantun ITB
- Anggota Kelompok Pemikir Agama Islam
- Anggota Dewan Kurator Universitas Muhammadiyah
Alamat Rumah : Jalan Adityawarman 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 770093
|
|
KUNTOADJI
Pertama kali bekerja di bank, ia langsung menjadi direktur utama. "Tahu apa saya tentang bank?" tanyanya, ragu akan kemampuannya sendiri, ketika ditawari memimpin Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), 1971. Tetapi Radius Prawiro, waktu itu Gubernur Bank Indonesia, meyakinkan, "Tenang saja, nanti dibantu tenaga ahli dan konsultan."
Koentoadji tidak bisa mengelak. Seragam hijau dengan bintang satu yang dikenakannya saat itu memang mengagetkan Bapindo. Bisik-bisik bergema, jangan-jangan bank mau "dihijaukan"-nya. Ternyata, tidak. Kemahirannya mengurus lembaga keuangan itu sama meyakinkan dengan memimpin prajurit. Ia dipercaya memimpin Bapindo untuk tiga periode -- suatu rekor para direktur utama bank pemerintah.
Semasa kecil, di Magelang, anak ketiga dari delapan bersaudara keluarga opseter bidang teknik kesehatan itu mengangankan diri menjadi kapten. Namun, seorang sahabat ayahnya membisiki, agar memilih bidang teknik. Ia menurut. Lulus AMS, 1945, ia mendaftar ke Sekolah Tinggi Teknik di Bandung -- sekarang ITB -- Jurusan Mesin Listrik.Revolusi menggagalkan kuliahnya, dan Koentoadji bergabung dengan Tentara Pelajar di front Gombong. Sempat ditahan di LP Lowokwaru, Koento masuk dalam tawanan yang dipertukarkan setelah Perjanjian Renville. Pangkatnya telah kapten, ketika ada tawaran untuk belajar teknik elektro di Technische Hogeschool Delf, Belanda, 1950. Enam tahun diselesaikannya kuliah itu, lalu ia memperdalam tenaga atom, sebelum pulang ke Indonesia.
Sejak itu kariernya terus menggelinding di lingkungan sipil. "Barangkali sayalah anggota ABRI pertama yang berdwifungsi," ucapnya. Misalnya, menjadi Wakil Dirjen Lembaga Tenaga Atom, bahkan menjadi rektor perguruan tinggi yang tidak jadi dimasukinya dahulu, ITB, selama lima tahun, 1965-1970. Padahal, itulah masa pergolakan mahasiswa yang sulit dikendalikan.
Di bawah Koentoadji perkembangan Bapindo memang nyata. Tahun 1980 seluruh kekayaan Bapindo baru Rp 400 milyar, tetapi akhir 1984 telah berkembang menjadi Rp 1,2 trilyun. Sedangkan dari seluruh kredit investasi yang disalurkan bank pemerintah, Bapindo berperan 35 persen.
Dalam hal disiplin, "Saya tidak mau pekerjaan kantor itu melewati jam kerja," katanya. Artinya, tetap ada waktu untuk keempat anaknya, dan Arini, istrinya, yang dikenalnya sewaktu di Belanda.
|