Nama : Kurniawan Dwi Yulianto
Lahir : Magelang, Jawa Tengah, 13 Juli 1976
Agama : Islam
Pendidikan : - SDN V Kalinegoro
- SMPN VII Magelang/SMPN III Salatiga
- SMAN II Salatiga/SMAN Ragunan
Karir : - Pemain sepakbola: PSSI Primavera, FC Luzern Swiss; PS Pelita Bakrie; PSM Makassar, PSPS Pekanbaru
Penghargaan : - Juara II Sea Games (1997)
- Juara III dan II Tiger Cop
- Juara Liga Indonesia VI
- Juara II Liga Indonesia VII
Keluarga : Ayah : Budi Rijanto, SH.
Ibu : Nooraeni
Istri : Kartika Dewi
Anak : Tazkia Aulia
Alamat Rumah : Columbus Tengah V Blok B 17/17, Legenda Wisata, Cibubur, Jakarta Timur
|
|
Kurniawan Dwi Yulianto
POSISINYA sebagai penyerang di tim nasional sepakbola sampai sekarang belum tergantikan. Sejak 1994, Ade€”sapaan akrab Kurniawan€”sudah berlangganan masuk tim nasional. Klub sepakbola yang dibelanya memenangi berbagai kejuaraan, antara lain Juara II SEA Games 1997, Juara III dan II Tiger Cop, dan Juara Liga Indonesia VI. Sekarang ia dikontrak PSPS Pekanbaru dengan nilai kontrak termahal sampai saat ini (2002), Rp 500 juta untuk satu musim kompetisi (10 bulan), selain gaji Rp 10 juta per bulan.
Dengan gaji sebesar itu, ditambah bonus dan fasilitas, baginya sepakbola bisa jadi sandaran hidup. Itu semua berkat kerja keras yang didukung moto hidupnya: €œKalau belum ketahuan berhasil atau tidak, jangan berhenti.€
Sejak masih kecil Ade sudah hobi main bola. Hari-harinya dihabiskan untuk menendang-nendang si bola bundar. Orangtuanya sampai kesal dan melarangnya menjadi pemain sepak bola. Tapi, anak kedua dari dua bersaudara ini nekat. Klub sekolahnya di SMP menjuarai sebuah pertandingan sepak bola. Melihat keseriusan sang anak, akhirnya ayahbundanya, Budi Rijanto dan Nooraeni, mendukung dan selalu menonton anaknya bertanding di lapangan hijau.
Keseriusan Ade makin besar tatkala waktu duduk di bangku SMP, ia masuk diklat (pendidikan dan latihan) di kota kelahirannya, Magelang. €œDengan masuk diklat, sekolah saya dibiayai, dikasih uang saku, sehingga saya merasa meringankan beban orangtua,€ ujar Ade. Apalagi setelah masuk diklat Ragunan, Jakarta, ia terpilih masuk PSSI Primavera untuk belajar sepak bola di Italia. Pulang ke Indonesia ia dapat kontrak dan digaji. €œIni membuat pikiran saya terhadap sepak bola semakin mantap. Karena saya sudah mengorbankan masa remaja, keluarga, dan sekolah, dan capek latihan. Maka kalau tidak diseriusi akan rugi,€ kata Ade.
Prestasinya sempat melorot akibat pernah mencoba-coba ekstasi dan jenis narkoba yang lain. €œSaya tidak munafik, sebagai remaja saya tidak selalu lurus-lurus banget. Saya juga pernah merasakan dunia gemerlap, sekadar mencoba keluar malam,€ ujar Ade. Untunglah ia cepat sadar dan kembali menjadi bintang di Piala Tiger 2000, yang membawa PSM Makassar sebagai juara Liga Indonesia VI.
Pengalaman berkesan bagi Ade ketika di bermain untuk klub FC Luzern di Swiss. Saat itu ia berumur 19 tahun, dan ia berhasil mencetak gol di kompetisi Eropa. €œSaya merasa sebagai orang Indonesia pertama yang bisa mencetak gol di kompetisi Eropa,€ tutur Ade. €œDi sana sepak bola sudah benar-benar menjadi industri, pola pembinaannya serius. Setiap klub mempunyai tim di usia 8 tahun, 10 tahun, dan 12 tahun. Sistem jenjang sangat teratur dan bisa dilihat bakat-bakat muda dan talenta. Kalau di sini, banyak klub yang hanya ingin menerima pemain jadi, mereka tidak mau membina,€ komentar pengagum pemain bola Ricky Yakob (Indonesia) dan Roberto Mancini (Italia) ini.
Menikah dengan Kartika Dewi, 1999, Ade ayah satu anak. Walaupun ia sukses sebagai pemain bola, jika ia punya anak laki-laki, Ade tak ingin memaksakan anaknya mengikuti jejaknya. €œSaya cuma mengarahkan saja keinginan mereka, jangan sampai salah jalan,€ ujarnya.
|