
Nama : R. KUSUMANTO SETYONEGORO
Lahir : Semarang, Jawa Tengah, 3 Oktober 1924
Agama : Islam
Pendidikan : - ELS, Surakarta (1938)
- HBS, Surabaya (1943)
- Sekolah Menengah Tinggi, Jakarta (1947)
- Fakultas Kedokteran UI, Jakarta (1953)
- Doktor Psikiatri di UI Jakarta (1957)
Karir : - Fakultas Kedokteran UI/RSCM (1953-1960)
- Kepala Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran UI/RSCM (1960- 1971)
- Guru besar FK UI (1968 -- sekarang)
- Kepala Direktorat Kesehatan Jiwa, Ditjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan (1971 -- sekarang)
Kegiatan Lain : - Ketua Umum Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa (1963 -- sekarang)
- Mendirikan majalah psikiatri Djiwa
- Mendirikan Yayasan Kesehatan Jiwa
- Mendirikan Sanatorium Dharmawangsa di Jakarta
- Membuka Kursus Kesehatan Jiwa
Karya : - Schizophrenia The eclestic-holistic approach in Indonesian Psychiatry (1968)
- Drug Abuse in Indonesia (ed.), Yayasan Dharma Graha, 1977
- Obat-obat yang dipakai di Bidang Kesehatan Jiwa (ed.), Yayasan Dharma Graha, 1984
Alamat Rumah : Kompleks Departemen Kesehatan Jalan Rawabambu A-8, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telp: 783387
Alamat Kantor : Ditjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan Jalan Percetakan Negara 23, Jakarta Pusat Telp: 414049
|
|
R. KUSUMANTO SETYONEGORO
"Kurang baik," kata Prof. Dr. R. Kusumanto Setyonegoro, kalau pasien yang sakit kepala langsung diberi obat sakit kepala, yang sakit perut segera diminumi obat sakit perut. Ahli kedokteran jiwa (psikiatri) itu lalu menganjurkan pendekatan kejiwaan. Karena, "Tiada penyakit yang tidak mempengaruhi jiwa manusia, dan tiada penyakit yang karena itu tidak mengembangkan sejumlah gejala psikologis maupun emosional."
Bagi Indonesia, tidak sembarang pendekatan kejiwaan dilakukan. Sejak Kusumanto mengepalai Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan, 1971, pendekatan eklektik-holistik dinilai cocok diterapkan di Indonesia. Keduanya adalah prinsip yang "tidak terpisahkan, berjalan sejajar, bersamaan (simultan), interaktif, dan integratif". Prinsip eklektik bermaksud memandang pasien secara selektif. Sedangkan prinsip holistik berupaya menempatkan manusia, baik sehat maupun sakit, sebagai suatu keseluruhan yang utuh, dan mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan.Kedua prinsip tersebut telah diuji secara ilmiah di Universitas Indonesia. Yaitu lewat disertasi Pendekatan Eklektik-Holistik di Indonesia dengan Minat Khusus terhadap Masalah Schizofrenia, yang menghasilkan gelar doktor bagi Kusumanto pada 1957.
Kusumanto, anak sulung dari empat bersaudara Soedjadi Setyonegoro, almarhum, bekas guru besar psikologi pendidikan, di masa kecilnya memang bercita-cita menjadi dokter, atau guru. Alasannya, kedua profesi itu bersifat independen. Diberi kebebasan penuh oleh orangtuanya untuk memilih hari depannya, pria kelahiran Semarang itu lalu memilih masuk Fakultas Kedokteran UI, rampung pada 1953. Sejak tahun itu pula ia menjadi asisten di alma mater-nya, sampai kemudian diangkat sebagai guru besar pada universitas yang sama.
Beberapa tahun lamanya ia menjadi pengasuh rubrik Konsultasi pada Psikiater, lalu menerbitkan majalah psikiatri Djiwa. Ia juga pengambil inisiatif pendirian Yayasan Kesehatan Jiwa, yang kemudian membuka sanatorium Dharmawangsa di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, serta Kursus Kesehatan Jiwa bagi organisasi wanita yang berminat.
Kini, pria yang memperistrikan Bintarti Soemardjo Djojonegoro ini menggemari olah raga senam dan sibuk membuka praktek, seminggu empat kali. Pasiennya konon dari anak-anak sampai nenek-nenek. "Ada yang bertanya bagaimana caranya meninggal dengan tenang," ujar ayah empat anak ini sambil terkekeh.
Ditanya apa falsafahnya, ia menyebutnya relax. Hobi? "Tidur." Dengan tidur, katanya dalam bahasa Inggris, semua masalah akan lenyap.
|