 Nama : R. SOEPRAPTO Lahir : Surakarta, Jawa Tengah, 12 Agustus 1924 Agama : Islam Pendidikan : - SD (1937) - SLP (1940) - SLA (1943) - Pendidikan Peta (1943) - Kupaltu (1954) - Kupalda (1959) - Seskoad (1964) - US CGEC (1967) Karir : - Danki (1945-1947) - Kasi-I Resimen (1947-1950) - Wadanyon 428, 441 (1951-1955) - Waas III Pers Staf Ter IV (1957-1960) - Danmen Taruna Akmil (1960-1964) - Asisten 2/OPS Kodam VII Diponegoro (1964-1967) - Kasdam XVII/Cenderawasih (1968-1969) - Panglima Kodam XVI/Udayana (1970-1972) - Asisten V Renlitbang Kasad (1972-1973) - Asrenum Hankam (1972-1973) - Sekretaris Jenderal Depdagri (1976-1982) - Gubernur DKI Jakarta (1982 -- sekarang) Alamat Rumah : Jalan Imam Bonjol 26, Jakarta Pusat Telp: 344355, 347214 Alamat Kantor : Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Jalan Medan Merdeka Selatan 8-9, Jakarta Pusat Telp: 366058 |
R. SOEPRAPTO Seminggu lagi perkawinan akan dilangsungkan, pengantin lelaki, Soeprapto, belum ada di tempat. Sebagai komandan kompi Peta, pada masa Clash akibat agresi Belanda itu, Soeprapto memimpin pertempuran di front Srondol, Semarang. Atas usaha berbagai pihak, tugasnya kemudian digantikan sejawatnya yang bernama Pratikno. Dan Seoprapto bisa menikah dengan gadis pilihannya, Rr. Soeprapti Probodipoero, putri seorang ningrat Solo. Jika tidak menikah, barangkali nasib Soeprapto, putra Almarhum R. Djojoharsono, wedana Karanggede, Karanganyar, Solo, akan lain. "Pengganti saya di front luka tertembak peluru. Sebenarnya, peluru itu 'kan jatah saya," tuturnya. Semasa bersekolah MULO, Soeprapto dan Soeprapti hampir selalu seiring sejalan bersepeda. Keakraban mereka bertambah lantaran keduanya sama-sama rajin latihan menyanyi pada sebuah grup musik lokal. Berkesenian, bagi Pak Prapto, merupakan kegiatan yang tidak bisa ia hindari begitu saja. Bahkan berlanjut terus sepanjang kariernya sebagai militer -- dan kemudian Gubernur DKI.Idris Sardi, violis top itu, pada acara Malam Bunga Rampai Ibu Kota di Hotel Horison, Jakarta, bertutur, "Saya merasa minder main di sini. Sebab, di antara kita ada violis yang menyembunyikan diri." Yang dimaksud Idris adalah Pak Prapto, yang duduk di antara para tamu bersama istrinya, dan tersipu- sipu mendengar pujian Idris. Sejenak, Idris menambahkan, "Ketika saya kecil dulu di Yogya, sudah terkenal seorang pemain biola yang begitu hebat sehingga mendapat julukan Prapto Piul." Piul, dialek Jawa untuk viool -- biola. Pak Prapto akhirnya terkekeh. Yatim piatu sejak berusia 10 tahun Pak Prapto tidak hanya mahir dalam kesenian Barat. Ia gemar menembang, dan menulis sendiri tembang-tembang Jawa. Antara lain ia menganggit (menggubah) tembang Dandanggula untuk lagu Sekar Pambagya (Kuncup Kebahagiaan). Gubahannya ini muncul pada acara Syukuran Mocopatan Supersemar XVIII di kediaman resmi Gubernur DKI Jakarta, 11 Maret 1984. Kemudian, pada pergelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Semar Kuning -- dalam rangka HUT RI ke-39 dan HUT Kota Jakarta ke-457, 11 Agustus 1984 -- gubahan Pak Prapto bisa dibaca di halaman 2 buku acara. Sebuah syair Dandanggula. Puluhan tahun berumah tangga, dan dikaruniai tujuh anak. Pak Prapto lebih banyak menyerahkan urusan anak-anak kepada istrinya. "Saya hanya mengawasi dari belakang. Dan turun tangan bilamana perlu saja," katanya. Sebagai pejabat, penggemar tenis yang senang makan sayur bening, botok teri, dan sesekali sate ini selalu berpedoman pada tokoh pewayangan Semar. "Kendati punya kekuasaan seperti dewa, Semar tidak menonjolkan diri. Lebih memilih sebagai punakawan, dan bersikap merakyat," katanya memberi alasan. |
Copyright PDAT 2004