
Nama : RATNA SARI DEWI SOEKARNO -- NAOKO NEMOTO
Lahir : Tokyo, Jepang, 6 Februari 1940
Agama : Islam
Pendidikan : - Kogai School, Tokyo, (1946)
- Koryo School, Tokyo (1952)
- Mita School, Tokyo (1955)
- Tsuda English College, Tokyo (1958)
Karir : - Istri ke-3 Presiden RI pertama Ir. Soekarno
- Pengusaha (sekarang)
|
|
RATNA SARI DEWI SOEKARNO -- NAOKO NEMOTO
Janda Bung Karno ini pernah dua kali berniat menikah kembali, tetapi tidak kesampaian. Pertunangannya dengan Fransisco Paesa -- bankir dan industrialis berdarah Spanyol -- putus di tengah jalan. Ia juga membatalkan rencana pernikahannya dengan Duke de Sabran Pontives -- bangsawan dan pengusaha Prancis.
Berniat menjanda terus, ia memang tidak dapat melupakan almarhum suaminya. "Saya tidak menemukan orang sehebat Bung Karno," katanya. Sejak menikah, ia telah bersumpah untuk mengabdikan diri kepada pria pujaannya itu. Bukan karena silau pada pangkat dan kekuasaan Bung Karno, melainkan, "Saya larut pada cintanya yang dalam," katanya.
Ketika kecil, wanita Jepang yang semula bernama Naoko Nemoto ini bercita-cita menjadi pelukis, pengarang, dan kritikus sastra. Belajar tarian klasik Jepang, menyanyi, dan bermain drama pada Sishere Hayakawa Art Production -- semacam sanggar seni dengan berbagai kegiatan -- ia sering naik pentas di panggung-panggung ternama di Tokyo.
Lewat seorang relasi ia dipertemukan dengan Bung Karno di Hotel Imperial, Tokyo. Ketika kemudian ia mengunjungi Jakarta, presiden pertama RI itu membisikkan lamarannya, "Jadilah kau sumber inspirasi dan kekuatanku." Naoko, yang mengaku terpesona pada kharisma lelaki yang dikaguminya itu, tidak menolak. Mereka menikah, dan Naoko memperoleh nama baru: Ratna Sari Dewi.
Menjelang redupnya kekuasaan Bung Karno, Dewi meninggalkan Indonesia. Ketika sementara pihak ada yang menuduhnya tidak setia, meninggalkan Bung Karno dalam posisi sulit, ia membantah. "Saya ingin menyertai selamanya. Namun, Bapak memaksa saya pergi untuk keselamatan saya dan bayi yang saya kandung," katanya di kemudian hari.
Setelah lebih sepuluh tahun bermukim di Paris, sejak 1983 Dewi menetap di Jakarta. Dewi mengaku berusaha di bidang konstruksi dan pertanian. Ia mempunyai proyek di negara-negara Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah, dan Asia.
Sudah melanglang ke berbagai negara, ia selalu merindukan makanan khas Indonesia. "Lodeh, sambal petai, dan ikan asin, aduh nikmaaat," katanya.
|