
Nama : ROOSSENO SOERJOHADIKOESOEMO
Lahir : Madiun, Jawa Timur, 2 Agustus 1908
Agama : Islam
Pendidikan : - ELS, Yogyakarta (1922)
- MULO, Madiun (1925)
- AMS, Yogyakarta (1928)
- THS, Bandung (sekarang-ITB) (1932)
- Doctor Honoris Causa ITB, Bandung (1977) Karya Tulis:Perhitungan Cross, Penerbit Buku Teknik HS Tam, Jakarta, 1953
- Differential dan Integral, Penerbit Buku Teknik HS Tam, Jakarta, 1953
- Beton Tulang PT Pembangunan Jakarta, 1954
Karir : - Asisten Profesor Geodesi THS Bandung (1932-1939)
- Insinyur Konstruksi Deputi PU di Bandung (1935-1939)
- Insinyur Konstruksi Deputi PU Kediri (1939-1943)
- Guru Besar ITB (1943-1945)
- Dekan FT UGM (1945-1949)
- Konsultan Teknik di Jakarta (1949-1953)
- Guru Besar ITB & FT UI (1950 -- sekarang)
- Menteri PU & T (1953)
- Menteri Perhubungan (1954)
- Menteri Ekonomi (1955)
- Dekan Fakultas Teknik UI (1964-1974)
- Konsultan Teknik/Direktur PT Exakta (sekarang)
- Direktur Freyssinet Indonesia Ltd.
- Direktur Biro Oktrooi Patent Roosseno (sekarang)
Kegiatan Lain : - Anggota Federation International de Precontreinte (FIP)
- Perwakilan Societe Technique de Utilisation de Beton Precontrante Paris (STUP)
- Anggota International Association for Bridge and Structural Engineering Zurich (IABSE)
- Ketua Gapensi
- Direktur STTN
- Ketua Tim Rehabilitasi Borobudur
- Ketua Umum Gapensi
Alamat Rumah : Jalan Diponegoro 14, Jakarta Pusat Telp: 341502, 337450
Alamat Kantor : Jalan Gunung Sahari 57 E, Jakarta Pusat Telp: 413382, 415753
|
|
ROOSSENO SOERJOHADIKOESOEMO
Jujur dan terbuka, "Bapak Konstruksi Beton" Indonesia ini juga jika bicara ceplas-ceplos. "Memang, mulut saya Ponorogo," ujarnya. "Tetapi, percayalah, hati saya ibarat bunga melati." Konon, ia seperti Brotoseno dalam cerita wayang; lahir terbungkus kalung usus. Ayahnya, R. Roostamadji, Patih Madiun, Jawa Timur, menamai anak keempat dari lima bersaudara ini Roosseno. Roos penggalan nama sang ayah, dan Seno diambil dari Brotoseno itu tadi.
Melewatkan masa kecil, ia dibesarkan ibu tirinya, Gusti Raden Ayu Martinah. Kerap mengamati jembatan besi Kali Madiun, ia heran dan kagum. "Besi yang silang-menyilang itu, kok kuat dilintasi beberapa gerbong kereta api," tuturnya mengenang. Diilhami jembatan besi ini, rupanya Roosseno merasa dipecut untuk tekun belajar.
Selesai kuliah di THS Bandung -- sekarang ITB -- ia mendapat pujian Prof. Dr. Ir. Biezenot, yang mengatakan, "Saya mengira orang Jawa tidak bisa menguasai ilmu mekanika. Tetapi Tuan telah mengubah pikiran saya. Saya kagum, dan saya ucapkan selamat." Roosseno, pada 1932 itu, satu-satunya pribumi di antara 12 yang lulus.
Ia mengawali berwiraswasta di Bandung, mendirikan Biro Insinyur Roosseno & Soekarno -- kelak presiden pertama RI -- di Jalan Banceuy, 1933. Pada masa pendudukan Jepang, ia sempat dua tahun mengajar di THS, sampai awal kemerdekaan. Roosseno kemudian tercatat sebagai seorang di antara pendiri dan Dekan Fakultas Teknik UGM di Yogyakarta.
Pada 1948 ia pindah ke Jakarta, mendirikan Kantor Consulting Engineer. Berkecimpung dalam Partai Indonesia Raya, pada 1950- an, Roosseno pernah tiga kali menjadi menteri -- Menteri Pekerjaan Umum & Tenaga, Menteri Perhubungan, dan Menteri Ekonomi.Tetap menggeluti dunia pendidikan, hingga sekarang ia guru besar di ITB dan di Fakultas Teknik UI, juga Direktur Sekolah Tinggi Teknik Nasional (STTN) di Jakarta. Apa resepnya hingga, dalam usia 77, tetap tampak segar dan banyak senyum? "Jangan pernah mengalami frustrasi," ujarnya.
Selama ini, sebagai ahli beton bertulang, ia telah banyak menangani berbagai proyek penting, seperti jembatan, pelabuhan, gedung, dan hotel bertingkat. Menulis tidak kurang dari 33 karya dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda, ia sekarang sedang merampungkan autobiografinya. Di kalangan perbetonan internasional, Roosseno dikenal sebagai anggota International Association for Bridge and Structural Engineering (IBSE), Zurich, dan Federation International de Precontreinte (FIP).
Di tanah air, Roosseno mengetuai Tim Rehabilitasi Candi Borobudur, Badan Penasihat Teknis Pembangunan (BPTP) DKI, dan Gabungan Pelaksana Nasional Seluruh Indonesia (Gapensi) yang beranggotakan lebih dari 30.000 pemborong. Ia suka menyebut dirinya "dukun beton" karena, "Banyak pemborong yang datang memerlukan tenaga saya bila menghadapi persoalan gawat," selorohnya.
Menikah dengan R.A. Oentari, Roosseno ayah enam anak -- semua sudah sarjana. Direktur tiga perusahaan ini: Biro Insinyur Exakta NV, Freyssinet Indonesia Ltd., dan Biro Oktroi Patent Roosseno, juga kakek 18 cucu. Pemerintah RI menganugerahi dia Satya Lencana untuk jasa ikut membangun Kompleks Asian Games Senayan, 1962. Penghargaan lain berupa Doctor Honoris Causa untuk ilmu teknik diterimanya dari ITB, 1977. Belakangan, Roosseno menerima Bintang Mahaputra Utama, 1984. Dalam kehidupannya yang berkecukupan dan tenang itu, Roosseno leluasa menjalankan kegemarannya: membaca, dan mengendarai sepeda motor berukuran 650 cc.
|