A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

RACHMAT SALEH




Nama :
RACHMAT SALEH

Lahir :
Surabaya, 1 Mei 1930

Agama :
Islam

Pendidikan :
- SLTP, 1946
- SLTA, 1949
- FEUI, 1955


Karir :
- Pegawai Staf Umum Bagian Ekonomi Statistik, 1956
- ditempatkan pada Reserve Bank of India di Bombay, 1957
- wakil sementara perwakilan Bank Indonesia di Amerika, 1958
- sekretaris pembantu pada perwakilan Bank Indonesia di Amsterdam, 1958
- Penjabat Kepala Bagian Ekonomi Statistik BI, 1960
- Kepala Bagian Koperasi merangkap Kepala Bagian Riset BI, 1960
- Penjabat Direktur Muda Urusan Pembangunan Ekonomi merangkap Urusan Ekonomi dan Statistik BI, 1961
- Direktur Muda Urusan Riset BI, 1961
- Direktur Muda Urusan Luar Negeri BI, 1962
- Direktur Muda/Kepala Urusan Riset BI, 1964
- Direktur BI, 1964
- Pembantu Menteri Urusan Bank Sentral, 1965
- Gubernur Pengganti Bank Indonesia, 1966
- Direktur BI, 1969
- Gubernur BI, 1973-1983. Menteri Perdagangan (1983-sekarang)


Alamat Rumah :
Jalan Senopati 8, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Alamat Kantor :
Jalan Moh. Ikhwan Ridwan Rais 5, Jakarta Pusat

 

RACHMAT SALEH


Masih tetap agak pendiam, tindak-tanduknya selalu berhati- hati. Menteri perdagangan ini sering berbicara mengenai kebijaksanaan memimpin departemennya. Dalam menemukan dan mengatasi high cost economy (ekonomi biaya tinggi), "Pemerintah memanfaatkan masukan dari dunia usaha," ujarnya.

Lahirnya Inpres 4/1985, karena "Para pengusaha ekspor, impor, dan perdagangan antarpulau kerap menghadapi arus perkapalan yang kurang lincah. Juga panjangnya prosedur pengurusan barang di pelabuhan." Menurut dia, dalam kebijaksanaan baru itu memang terdapat perubahan amat drastis.

Di bidang impor, misalnya, adalah dihapuskannya pemeriksaan barang di pelabuhan tujuan, di Indonesia. Pemeriksaan dilakukan di tempat barang dikapalkan, di luar negeri. Sedangkan di bidang ekspor, ialah dihapuskannya pemeriksaan pabean. "Menegakkan peraturan ini, antara lain tercermin dalam mampu atau tidaknya para pengusaha menolak tekanan pejabat yang menyimpang dari Inpres itu," tuturnya. "Maka, dunia usaha dan masyarakat luas harus ikut mengawasinya, hingga semua berjalan tertib, konsekuen, dan konsisten."

Kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ia memberi kesempatan untuk bekerja sama dengan wisma dagang negara lain. "Agar lambat laun badan ini bisa tumbuh dari hasil menimba pengalaman partner-nya," ia menjelaskan. Adapun pengelompokan 90 eksportir kayu lapis menjadi 7, dan eksportir kopi menjadi 48, "Supaya kelompok itu nanti menjadi semacam trading house," katanya. "Yang mampu menjamin pemasaran mata dagangannya, juga menyuplai kebutuhan sektor produksinya."

Di hadapan ratusan pengusaha dan wakil instansi pemerintah, ia meresmikan Bursa Komoditi Indonesia (BKI), 1986. "Bursa merupakan sarana penunjang dalam perdagangan modern," ujarnya. "Sebagai penghasil komoditi ekspor dalam jumlah besar, Indonesia patut mempunyai suatu bursa yang membentuk harga komoditinya di dalam negeri." Mengenai operasinya, pada taraf pertama, menurut Rachmat, BKI memperdagangkan karet dan kopi secara fisik. Tetapi pada akhir Pelita IV diharapkan bisa mencakup enam mata dagangan, dan melaksanakan perdagangan penyerahan kemudian (future trading).

Untuk meningkatkan keahlian teknis para eksportir dan membina manajemen perusahaannya, pada tahun yang sama, dia membentuk Dewan Penunjang Ekspor (DPE). Sertifikat Ekspor (SE) akan digantinya dengan sistem drawback murni. Suatu sistem yang memungkinkan eksportir menerima kembali bea impor bahan baku yang dipergunakan untuk ekspor.

Ia putra bupati asal Madura, Moh. Saleh Suryaningprodjo. Setelah tamat SMA, anak tunggal ini terus-menerus bekerja di bidang keuangan dan perbankan. Setahun sebelum meraih gelar sarjana dari Fakultas Ekonomi UI, ia mengikuti latihan mengenai agriculture credit di AS dan Jepang, 1954.

Kariernya mulai di Bank Indonesia (BI), sebagai pegawai staf umum Bagian Ekonomi Statistik, 1956. Sempat ditempatkan di Reserve Bank of India, Bombay, ia dipercayai menjadi wakil sementara pada perwakilan BI di AS. Pada tahun itu ia juga sekretaris pembantu pada perwakilan RI di Amsterdam, Negeri Belanda.

Pulang ke Indonesia, Rachmat kembali bertugas di Bagian Ekonomi Statistik sebagai kepala bagian sementara, lalu kepala bagian koperasi merangkap kepala bagian riset BI, 1960. Empat tahun kemudian, ia menjabat direktur, dan selanjutnya pembantu menteri urusan Bank Sentral.

Kebangkitan Orde Baru membawa perubahan baginya. 'Boss'-nya saat itu Jusuf Muda Dalam, anggota kabinet 100 menteri yang ditahan kemudian diajukan ke pengadilan. Nama Rachmat mulai dikenal. Pada 1972, Gubernur BI, Drs. Radius Prawiro, menjadi menteri perdagangan. Rachmat menggantikannya. Agaknya ia mengikuti pendahulunya, yaitu dari Gubernur BI menjadi menteri perdagangan dalam Kabinet Pembangunan IV, 1983.

Selalu berbusana rapi, pemegang bintang Mahaputra Adhiputra II dan Groote Officer pemerintah Belgia ini menikah dengan Rr. Isjati, dan kini menjadi ayah empat anak. Senang mengisap cerutu dan pipa. Olah raganya: golf, tenis, dan boling.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


RUKMINI ZAINAL ABIDIN | R. BENEDICTUS SLAMET MOELYANA | R. DJOKOMOELJANTO | R. KUSUMANTO SETYONEGORO | R. MANTRIA HUTASOIT | R. SOEPRAPTO | R. WASITO | RACHMAN HALIM | RACHMAT SALEH | RADEN PANDJI SOEJONO | RADIUS PRAWIRO | RADJA MURSINAL NASUTION | RADJA Pingkir Sidabutar | RAE SITA SUPIT | RAJA INAL SIREGAR | RANO KARNO | RATNA SARI DEWI SOEKARNO -- NAOKO NEMOTO | REYN ALTIN JOHANNES LUMENTA | R.H. PURWOTO SUHADI GANDASUBRATA | Rhoma Irama | RIEKA HARTONO D. PUSPONEGORO SUATAN | RINTO HARAHAP | R.M. MUHAMMAD SUBUH SUMOHADIWIDJOJO | R.M. SOEDARSONO | R.M. SOEDJONO RESPATI | R.M. SOELARKO | ROBBY DJOHAN | ROCHMAT SOEMITRO | ROOSSENO SOERJOHADIKOESOEMO | R.M. Roy Suryo | Rachel Maryam | Retno Maruti | Riri Riza | R.M. Roy Suryo | Remy Sylado | Richard Oh | Ryamizard Ryacudu


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq