A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

RACHMAN HALIM




Nama :
RACHMAN HALIM

Lahir :
Kediri, Jawa Timur, 1947

Agama :
Protestan

Pendidikan :
- SD, SMP, dan SMA, di Kediri

Karir :
- Pengawas Bangunan PT Gudang Garam di Kediri (1969)
- Direktur PT Gudang Garam Kediri (sampai 1983)
- Presdir PT Gudang Garam Kediri (1984 -- sekarang)
- Dirut PT Surya Zig Zag


Kegiatan Lain :
- Ketua Gabungan Pengusaha Rokok (Gapero) Kediri

Alamat Kantor :
Jalan Semampir II No. 1, Kediri, Jawa Timur

 

RACHMAN HALIM


Perusahaan rokok Gudang Garam (GG) telah mulai besar ketika, pada 1969, Rachman Halim alias Tjoa To Hing diterjunkan ayahnya. Mula-mula disuruh mengawasi perluasan pabrik, lalu diajak melihat pencampuran saus, dan diajar membedakan rasa rokok. Ikut dalam manajemen lima tahun kemudian, baru pada 1984 Rachman yang sulung ini memangku jabatan presiden direktur. "Aku mulai dari bawah sekali," katanya.

Ayahnya, Surya Wonowidjojo, (almarhum) lahir di Fukien, Cina, dengan nama Tjoa Jien Hwie, datang ke Indonesia pada usia tiga tahun. Hidup berpindah-pindah di Sampang (Madura) dan Batu (Malang), Hwie dibesarkan di Kediri -- tempat ia berjualan kain dan baju di kaki lima, atau berjaja dengan sepeda. Turut mendirikan pabrik rokok "93" bersama pamannya sendiri, 1950, Surya memisahkan diri enam tahun kemudian. Dan setelah menganggur dua tahun, ayah sepuluh anak itu mendirikan perusahaan rokok Gudang Garam, 1958. Mempekerjakan sekitar 50 karyawan, dalam beberapa tahun saja GG berhasil menggeser rokok kretek merk lainnya, termasuk merk "93".

Menjadi perseroan terbatas (PT) sejak 1968, GG yang berlokasi di atas kompleks seluas 100 hektar di pinggiran Kota Kediri, Jawa Timur, makin melesat omsetnya. Puncaknya terjadi pada 1983, ketika mereka berhasil memproduksi sekitar 26,5 milyar batang dengan jumlah cukai lebih dari Rp 254,5 milyar. Kendati ikut terpukul oleh resesi ekonomi -- pada 1984 produksi GG merosot sekitar 2 juta batang dan setoran cukainya turun kira- kira Rp 3 milyar -- perusahaan rokok yang oleh majalah The Economist London disebut "terbesar" di Asia Tenggara itu masih mampu menyerap 42 ribu buruh dan 3.000 staf."Kini, terasa ada tuntutan untuk lebih profesional," kata Halim tentang manajemen GG yang sekarang didukung tenaga ahli berpendidikan universitas. Sambil menerapkan Total Quality Control (TQC) -- untuk mengontrol kualitas produk -- sejak akhir 1983, banyak penataran diadakan. Bahkan ada tenaga yang dikirim ke lembaga manajemen. Dua orang adiknya disuruh mengambil gelar, Master of Business Administration (M.B.A.) di Los Angeles, AS. "Begitu lulus, mereka akan langsung terjun," katanya. Padahal, Halim sendiri -- dan seorang adiknya yang lain, Soesilo Wonowidjojo, ahli meramu saus yang menjabat direktur -- hanya lepasan SMA dan tidak berpendidikan khusus bidang bisnis.

Seperti ayahnya, Halim menerapkan manajemen "gotong royong": memberikan kepercayaan kepada bawahan. "Kami bisa bergerak leluasa, asal kami laporkan setelah bertindak," ujar Sujoso Notokusumo, staf GG yang berusia 66 tahun.

Beromset sekitar Rp 800 milyar setahun, GG memberikan kesejahteraan yang baik kepada karyawannya. Gaji minimal karyawan tetap dengan masa kerja 0 tahun Rp 133.500 dan tertinggi Rp 490 ribu. Bagi yang sudah bekerja di atas 10 tahun diberikan tambahan "upah masa" Rp 35.000 per tahun. Prinsip pengupahannya mencapai 19 kali gaji.

GG, yang mengoperasikan 400 truk dan tiga helikopter sebagai sarana angkutan barang, meraih sukses karena didukung rasa ikut memiliki dari masyarakat setempat. "Biar ada yang nekat melempar bom ke GG, pasti semua orang Kota Kediri ikut mengamuk," ujar Halim, memberikan contoh.

Pembelian bahan baku (tembakau dan cengkih) dari petani dilakukan secara tunai. Tanpa mereka, kata Halim memberikan alasan, "Perusahaan ini tidak berarti apa-apa. Kami hidup dari keringat mereka," katanya. GG juga tidak ingin memiliki perkebunan sendiri. "Petani akan kehilangan," ujar Halim.

Berpatungan dengan pengusaha Probosoetedjo, pada 1985 GG mendirikan pabrik kertas rokok, PT Surya Zig Zag, dengan modal US$ 30 juta. Selain bidang ini, kata Halim, "Konsentrasi penuh ditumpahkan untuk rokok."

Menikah dengan Feni Olivia (Oei Fen Lang), putri seorang pemilik restoran di Bima, Nusa Tenggara Barat, pria tinggi berkaca mata itu beranak dua.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


RUKMINI ZAINAL ABIDIN | R. BENEDICTUS SLAMET MOELYANA | R. DJOKOMOELJANTO | R. KUSUMANTO SETYONEGORO | R. MANTRIA HUTASOIT | R. SOEPRAPTO | R. WASITO | RACHMAN HALIM | RACHMAT SALEH | RADEN PANDJI SOEJONO | RADIUS PRAWIRO | RADJA MURSINAL NASUTION | RADJA Pingkir Sidabutar | RAE SITA SUPIT | RAJA INAL SIREGAR | RANO KARNO | RATNA SARI DEWI SOEKARNO -- NAOKO NEMOTO | REYN ALTIN JOHANNES LUMENTA | R.H. PURWOTO SUHADI GANDASUBRATA | Rhoma Irama | RIEKA HARTONO D. PUSPONEGORO SUATAN | RINTO HARAHAP | R.M. MUHAMMAD SUBUH SUMOHADIWIDJOJO | R.M. SOEDARSONO | R.M. SOEDJONO RESPATI | R.M. SOELARKO | ROBBY DJOHAN | ROCHMAT SOEMITRO | ROOSSENO SOERJOHADIKOESOEMO | R.M. Roy Suryo | Rachel Maryam | Retno Maruti | Riri Riza | R.M. Roy Suryo | Remy Sylado | Richard Oh | Ryamizard Ryacudu


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq