Nama : IWAN JAYA AZIS
Lahir : Surabaya, 17 Februari 1953
Agama : Islam
Pendidikan : - SD, Surabaya (1964)
- SMP, Surabaya (1967)
- SMA Surabaya (1971)
- FE UI (1978)
- Universitas Cornell, Ithaca, New York, AS (Doktor, 1983)
- UNCRD Program on Regional Development, Jepang (1979)
Karir : - Asisten Pengajar (1976-1978), Kepala biro Kemahasiswaan (1978-1979), dan Dosen FE UI (1979-sekarang)
- Kepala Jurusan Studi Pembangunan FE UI (1984-sekarang)
- Ketua Program Pascasarjana bidang Ekonomi UI (1984-sekarang)
- Dosen Tamu pada Department of City & Regional Planning Cornell University, New York, AS (1982-1983)
- Asisten Muda LPEM UI (1976-1978)
- Junior Research Associate LPEM UI (1978-1983)
- Staf Pengajar Pusat Perencanaan Nasional LPEM UI (1978-1979)
- Research Associate LPEM UI (1983-sekarang)
- Pengajar Pusat Perencanaan Nasional LPEM UI (1984-sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Kertosono 12, Menteng, Jakarta Telp: 322558
Alamat Kantor : LPEM FE UI, Jalan Salemba 4, Jakarta Telp: 882852, 333177
|
|
IWAN JAYA AZIS
Iwan Jaya Azis merampungkan program doktornya di Universitas Cornell, AS, dalam tempo tiga tahun. Waktu relatif singkat. Disertasinya berjudul A Study of Interregional Capital Movement, 1983.
Anak wartawan terkenal, pemilik harian Surabaya Post, ini sejak kecil bercita-cita menjadi ekonom. Itu sebabnya, begitu tamat SMA, Iwan mendaftar di satu fakultas saja, Fakultas Ekonomi UI. Pintar bergaul, populer di antara para mahasiswi, dan senang membantu teman, ia aktif di kampus, dan pernah terpilih sebagai Mahasiswa Teladan.
Sebagai dosen FE-UI, ahli ekonomi regional itu dinilai pandai menerangkan, cepat, jelas, dan wawasannya pun luas. Iwan sendiri terkesan ketika mengajarkan mata kuliah Optimization Methods for Planning dan Planning Economics pada Universitas Cornell, AS. Yaitu ketika untuk pertama kali seorang mahasiswa memanggilnya "Professor"."Ekonomi Indonesia akan mengalami masa sulit," kata Iwan Jaya Azis, Februari 1985. Ia lalu menghitung berdasarkan Repelita IV. Di sektor industri dikatakan akan meningkat 9,5% per tahun. "Tahun pertama Repelita IV, 1984, meningkatnya hanya dua koma sekian," ujarnya. "Apakah empat tahun sisanya bisa mengejar 9,5% lagi?" Namun, Iwan yakin, dibandingkan 1984, akan ada perbaikan.
Pergeseran penerimaan dari sektor minyak ke sektor pajak akan lebih baik bila jumlah uang yang beredar tidak sebanyak sebelumnya, atau relatif sama. Tetapi dilihat dari tersedianya dana pembangunan, jumlahnya akan lebih kecil. Dengan undang- undang pajak, Pemerintah harus memperhitungkan dampak psikologis masyarakat pembayar pajak, yang akan lebih sensitif dengan program pembangunan. Pemerintah harus hati-hati, kata Iwan. "Kepincangan sedikit akan sulit ditolerir," tambah peneliti yang telah menghasilkan sejumlah karya tulis hasil risetnya.
Pada 1980, pengagum Van Gogh ("minus bunuh dirinya"), Albert Einstein, Sumitro Djojohadikusumo, dan Widjojo Nitisastro ini "patah hati", dan karena itu hingga kini ia masih membujang.
|