Nama : BENYAMIN SUEB
Lahir : Jakarta, 5 Maret 1939
Agama : Islam
Pendidikan : -SD, Jakarta/Bandung (1952)
-SMPN Menteng, Jakarta (1955)
-SMA Taman Madya, Jakarta (1958)
-Akademi Bank Jakarta (Tidak tamat) ; Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan & Ketatalaksanaan (1960)
-Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960)
-Kursus Lembaga Administrasi Negara (1964)
Karir : -Kondektur PPD (1959)
-Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960)
-Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1968)
-Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969
Kegiatan Lain : -Membintangi 30 film, antaranya: Banteng Betawi (1971)
-Biang Kerok (1972)
-Benyamin Brengsek (1974)
-Buaya Gila (1976)
-Si Doel Anak Modern (1977)
-Buyung Ajaib (1977)
-Juga bertindak sebagai produser merangkap sutradara melalui PT Jiung -Film (1974-1979) Kaset rekaman sebanyak 20 buah antaranya
-Si Jampang(1969), Kompor Meledak (1970), Tukang Kredit (1970)
-Ondel-Ondel, (1971)
Alamat Rumah : Jalan Delima 263, Cinere, Jakarta Selatan
Alamat Kantor : PT Jiung Film, Jalan Haji Jiung, Kemayoran, Jakarta Pusat
|
|
BENYAMIN SUEB
Mengaku tidak punya cita-cita yang pasti. "Tergantung kondisi," kata penyanyi dan pemain film yang suka membanyol ini. Benyamin pernah mencoba mendaftar untuk jadi pilot, tetapi urung gara-gara dilarang ibunya.
Akhirnya jadi pedagang roti dorong. Ditawari bekerja di perusahaan bis PPD, langsung diterima. "Tidak ada pilihan lain," katanya. Pangkatnya cuma kenek, dengan trayek Lapangan BantengwPasar Rumput. Itu pun tidak lama. "Habis, gaji tetap belum terima, dapat sopir ngajarin korupsi melulu," tuturnya. Korupsi yang dimaksud ialah, ongkos penumpang ditarik, tetapi karcis tidak diberikan. Ia sendiri mula-mula takut korupsi, tetapi sang sopir memaksa. Sialnya, tertangkap basah ketika ada razia. Benyamin tidak berani lagi muncul ke pool bis PPD. Kabur, daripada diusut.
Setelah Lilis Suryani sukses dengan lagu-lagunya yang diiringi orkes gambang dan musik elektronik, Benyamin pun menyusul. Ternyata, ia lebih sukses. Ketika ia berpasangan dengan Ida Royani, namanya makin menanjak.
Yang menonjol pada diri Ben, begitu nama panggilannya, ia punya humor yang selalu siap keluar dari mulutnya: humor khas Betawi. Dalam menyanyi, Ben sering menyelingi dengan berbagai ucapan, kadang seperti mengomel, dan tentu maksudnya melucu. Itulah cirinya. Repotnya kalau muncul di televisi, mulutnya tidak pas dengan improvisasi humornya. "Maklum, lagunya sudah direkam sebelum pengambilan gambar," ujarnya.
Tidak puas dengan hanya menyanyi, Ben lalu main film. Tahun 1973 sempat meraih Piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik dalam film Intan Berduri. Ia masuk deretan artis yang laris antara tahun 1972 dan 1976.
Tidak lama kemudian, ia pun jadi produser, dengan mendirikan PT Jiung Film. Bahkan, ia merangkap sebagai sutradara sekaligus pemain. Ben memang tidak pernah merasa puas. "Kepuasan adalah suatu kemunduran," katanya. Sayang, usahanya mengalami kemunduran, dan PT Jiung Film dibekukan tahun 1979. Sebagai anak bungsu, Ben ternyata tidak manja. Malah lebih suka bertualang. Ketika kecil tidak pernah main di kampungnya sendiri di Gang Haji Ung, Kemayoran. Di sekolah, Taman Madya, ia tergolong nakal. Pernah melabrak gurunya ketika akan kenaikan kelas, ia mengancam: "Kalau gue kagak naik lantaran aljabar, awas!"
Pernikahannya dengan Noni, 1959, mengalami pasang surut. Mereka bercerai 7 Juli 1979, tetapi rujuk kembali pada tahun itu juga. Ben sudah tiga kali menunaikan ibadat haji
|