
Nama : BOB HASAN
Lahir : Semarang, 1931
Agama : Islam
Karir : -Direktur Utama: PT Kalimanis Plywood
-PT Wasesa Lines
-PT Pasopati Holding Company
-PT Karana Shipping Lines
-PT Hutan Nusantara
-PT Lifetime Assembly of Watch and Electrical Equipment
-Preskom PT McDermott Indonesia, dan lain-lain
Kegiatan Lain : Ketua Umum Apkindo (Asosiasi Pengusaha Kayu Lapis Indonesia)
Alamat Rumah : Jalan Adityawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Alamat Kantor : Jalan Menteng Raya 72, Jakarta Pusat
|
|
BOB HASAN
Dua kali predikat Pembina Olah Raga Terbaik dari SIWO/PWI Jaya, 1980 & 1984, tampaknya belum cukup untuk prestasi Bob Hasan. Januari 1984, Ketua Umum PB PASI itu kembali terpilih menjadi Wakil Ketua Persatuan Atletik Amatir Asia (AAAA). Lima bulan kemudian, ia menerima penghargaan Goldene Ehren Packeten dari Persatuan Atletik Jerman Barat (DLV) untuk "jasa-jasanya meningkatkan hubungan atletik Indonesia-Jerman Barat". Dan, September 1985 Bob bersama Amran Zamzami dan Tahir Djide menerima tanda penghargaan pemerintah RI untuk Pembina Olah Raga Terbaik.
Keterlibatan The Kian Seng, nama asli Bob, dalam atletik bermula dari rasa sakit pada bagian belakang lehernya kalau tangannya ia gerakkan ke luar. Atas anjuran seorang teman, ia melakukan olah raga lari dan senam. Ternyata, manjur, Bob belakangan berlari paling sedikit 5 km sehari. "Kalau tidak lari, badan rasanya sakit," tutur anak angkat Almarhum Jenderal Gatot Subroto itu.
Gemar berlari mendekatkannya pada organisasi atletik PASI, dan menjadi penjabat ketua umumnya sejak 1978. Pertama-tama yang dilakukannya ialah bagaimana memasyarakatkan atletik, yang dimulainya dengan kegiatan lari gembira. Dengan mempopulerkan olah raga lari di jalan-jalan, ia berharap dapat melahirkan pelari-pelari tangguh. Harapan yang cukup terkabul. Lahirlah si "raja jalanan" Ali Sofyan Siregar, di samping Boedi Sidi Darma, Henny Maspaitella, serta Purnomo, yang masuk peringkat ke-11 pada Olimpiade 1984 di Los Angeles, AS. Sekarang di Indonesia, kata Bob, "Atletik bukan lagi anak bawang."Namun, Bob tetap mengakui, dalam beberapa nomor, "Atlet kita masih sulit mendekati rekor nasional, apalagi rekor Asia dan dunia." Padahal, dilihat dari jumlah penduduk, rival Indonesia bukan di ASEAN, tetapi di tingkat Asia. Namun, pada tingkat regional saja, atlet Indonesia masih di bawah Malaysia dan Filipina. Untuk mengejar ketinggalan itu, ia cenderung "meniru" Malaysia dan Filipina, yang memasukkan atletik ke dalam kurikulum sekolah. Di samping itu, PB PASI juga mengirimkan para atletnya berlatih di luar negeri, khususnya di AS, Jerman Barat, dan Australia. Serta coaching clinic oleh pelatih asing yang diundang datang.
Sehari-harinya Bob adalah pengusaha cukup tangguh, yang memiliki dan menanam saham di 20 sampai 30 perusahaan. Di dalamnya termasuk PT Kalimanis Plywood, PT Pasopati Holding Company, PT Wasesa Lines, PT Karana Shipping Lines, PT Hutan Nusantara, dan PT Lifetime Assembly of Watch and Electrical Equipment. Menerapkan pemisahan antara pemilikan dan pengurusan memungkinkan ia memimpin perusahaannya dengan santai. "Mengurus perusahaan tidak lebih dari semacam hobi. Mengurus atletik dan golf lebih merupakan tugas," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kayu Lapis Indonesia (Apkindo) itu, bergurau.
Dengan dukungan belasan perusahaan, Bob menghabiskan milyaran rupiah untuk pembinaan olah raga, khususnya atletik. "Itulah gilanya jadi pengurus induk organisasi olah raga," katanya. ; Ia juga gemar bermain golf, yang dilakukannya dua kali seminggu. Bob turut duduk dalam kepengurusan Persatuan Golf Indonesia (PGI), sebagai Komisaris Bidang Luar Negeri. Pria yang bertubuh tidak tinggi, ramah, dan murah senyum, ini menolak anggapan bahwa golf hanya dapat dilakukan oleh orang kaya. Ia menunjuk sejumlah caddie (pembawa kantung stik golf) yang berhasil menjadi pegolf yang baik. "Misalnya Gimin, pegolf pro terkemuka saat ini," tuturnya.
Bob sendiri paling "menggilai" olah raga lari. Sudah belasan tahun ia setiap hari berlari mengitari Stadion Utama Senayan, Jakarta, atau naik turun bukit kecil di depan Stadion. Ia lari tidak memilih waktu, hari hujan atau di siang bolong. Kalau sedang di luar negeri, dan menginap di hotel bertingkat, ia pantang naik lift, tetapi lebih suka mendaki tangga. Bob juga tidak merokok dan minum alkohol.
Nyonya Pertiwi, istrinya, ketularan kegemaran sang suami. Pada 1982, wanita dari Parahiyangan itu ikut maraton 5 km untuk merebut Piala Kartini, 1982, dan sampai ke finish. Bob memiliki dua anak.
|