
Nama : BAGONG KUSSUDIARDJO
Lahir : Yogyakarta, 1928
Agama : Katolik
Pendidikan : -SD Taman Siswa, Yogyakarta
-Akademi Senirupa Indonesia (ASRI), Yogyakarta
-Belajar tari pada Kuswadji Kawindrosusanto dan G.P.H. Tedjokusumo
-Belajar melukis pada Affandi, Hendra, Kusnadi, dan Sudiardjo
-Belajar koreografi pada Martha Graham, New York, AS (1957
Karir : -Tukang tambal ban
-Perajin kulit
-Tengkulak pasir
-Tukang patri
-Penjual koran
-Pelukis dan Koreografer
-Dosen IKIP Sanata Dharma
-ASRI dan Akabri Udara
-Pendiri dan pemimpin Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardjo (1958-sekarang) -
-Pendiri dan pemimpin Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo (1968-sekarang) Koreografinya antara lain: Tari Semar, Tari Gema Nusantara, Tari Jemparing, Tari Pancawarsa, Tari Igel-Igelan
Tari Ratu Kidul, dan Lintasan Sejarah ABR-I
Alamat Rumah : Jalan Singosaren 9, Yogyakarta
Alamat Kantor : Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo, Desa Kembran, Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta
|
|
BAGONG KUSSUDIARDJO
"Ia konsisten, sampai tua masih menari," kata Sal Murgiyanto, kritikus tari, mengenai Bagong. Sri Sultan Hamengkubuwono IX pernah menghargainya sebagai pencipta tari yang "Turut memperkaya tari-tarian Jawa".
Kakek enam cucu ini juga pelukis, malah konon termasuk perintis seni lukis batik kontemporer, dan pernah bermain film, antara lain dalam Kugapai Cintamu. Pada 1985, ia menerima Hadiah Seni Pemerintah RI, dan penghargaan Sri Paus Paulus VI atas fragmennya Perjalanan Yesus Kristus. Untuk lukisan abstraknya yang dipamerkan di Dacca, ia beroleh medali emas dari pemerintah Bangladesh, 1980.
Desember 1984, Bagong memulai perjalanan lima bulan ke tujuh negara Eropa. Bersama 14 penari, ia mengadakan 69 kali kegiatan: pentas tari, seminar, workshop, pameran batik, dan demonstrasi melukis batik. Pada Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta, 20 Mei 1985, ia mempertunjukkan Pawai Lintasan Sejarah Indonesia, didukung 710 penari dan figuran.Sebulan kemudian, Bagong beserta 100 penari muncul di pesisir Parangtritis, 27 km di selatan Yogya. Pentas tari kreasinya berjudul Kita Perlu Berpaling ke Alam dan Bersujud pada-Nya. "Karya ini bukan pesanan," katanya. Bulan berikutnya ia dengan 15 penari "manggung" di Malaysia, mementaskan tari Gema Nusantara, Igel-igelan, dan Ratu Kidul. Pada 5 Oktober 1985 di Jakarta, ia menampilkan Pawai Lintasan Sejarah ABRI. "Gagasannya dari Wayang Beber," ceritanya. Ia melibatkan 8.000 seniman, militer, hansip, dan veteran.
Masa kecilnya yang sulit, kendati ia cucu G.P.H. Djuminah -- kakak Sultan Hamengkubuwono VIII -- membuat Bagong suka bekerja keras. Ayahnya, pelukis wayang dan penulis aksara Jawa, kurang mampu menopang kehidupan keluarga. Bagong harus melakoni berbagai pekerjaan, seperti menambal ban, dan jadi kusir andong.
|