
Nama : BAMBANG HERMANTO ALIAS HERMAN CITROKUSUMO
Lahir : 1929
Agama : Islam
Pendidikan : HIS 7 tahun di Sragen (belum lulus)
Karir : -Latihan kemiliteran di Sragen, Jawa Tengah, 1945. Main film Sepanjang Malioboro, 1952
-Harimau Campa, 1953
-Pejuang, 1962. Dan puluhan judul film lainnya. Meraih Piala Citra sebagai pemeran pembantu pria terbaik dalam FFI di Yogyakarta, 1984, film Ponirah Terpidana. Dirut PT Bambang Hermanto Film, Yogyakarta, 1964
Dirut PT Granadha Film, Jakarta 1972
Dirut PT Sapta Damar Jaya Film, Jakarta 1975
Kegiatan Lain : -Berkebun, menembak, bulu tangkis, tinju, judo, angkat besi, mendaki gunung, sepak bola
Karya : Skenario Film:
1. Teror Sulawesi Selatan, (Westerling), 1963
2. Jembatan Emas, 1971, 3. Mawar Rimba, 20<1972
4. Sopir Taksi, 1973
5. Menantang Maut, 1976
6. Berandal Kebogiro, 1984
7. Mengembara ke Neraka, 1985.
Alamat Rumah : Jalan Mas Koki Raya 22, Rawamangun, Jakarta Timur Telp: 480121
Alamat Kantor : Idem
|
|
BAMBANG HERMANTO ALIAS HERMAN CITROKUSUMO
Piala Citra tidak mengubah keberuntungan Bambang Hermanto. Setelah memperoleh piala itu lewat film Ponirah Terpidana di Festival Film Indonesia (FFI), 1984, Yogyakarta, aktor kawakan ini sempat menganggur. "Hampir setahun saya absen main film," katanya pada bulan Mei 1985.
Tawaran main sebenarnya bukan tidak ada. Sutradara Ami Priyono, misalnya, pernah menawarkannya menjadi ayah Rano Karno dalam film Pertunangan 85. Di situ ia menjadi pengusaha rokok yang kaya raya. Tetapi Bambang menolak. "Saya bosan dengan peran seperti itu," ujarnya.
Sebagai aktor, anak tunggal bekas kepala pabrik kopi di Jawa Tengah ini sudah dikenal sejak 1950-an. Pada FFI 1955, ia meraih gelar Pendukung Peran Pembantu Terbaik lewat film Lewat Jam Malam. Pengakuan internasional diperolehnya melalui Festival Film di Moskow, 1962, saat meraih gelar Aktor Terbaik. Dari sinilah datang tawaran Bill Palmer dari perusahaan film 20th Century Fox untuk bermain dalam dua film Hollywood, satu di antaranya The King and I. Tawaran yang bernilai 2,5 juta dolar Amerika dan lawan main Marylin Monroe ini langsung diramaikan pers. Bambang lalu dipanggil Bung Karno. "Kamu ini pejuang keblinger," damprat BK.
Selepas film Ponirah Terpidana, tadinya Bambang berharap banyak dalam film Woyla. Di sini ia akan memerankan tokoh Jenderal Yoga Soegomo, Kepala Bakin, yang dikenalnya baik sehingga memudahkannya. "Saya mendapat tugas khusus dan tidak boleh menolak," katanya. Sayang, film itu belum sempat beredar.
Sudah memerankan lebih dari 20 film, ayah 13 anak ini -- satu dari Dien, dan sisanya dari tiga istrinya yang lain: Rr. Murdiah, Detty Nafsiah, dan Emma Lasmi -- lebih banyak hidup dari hasil pertaniannya. Di atas lahan seluas 200 hektar di Jampang Kulon, Sukabumi, Jawa Barat, ia bertanam sayur, palawija, dan beternak ikan.
Bercita-cita menjadi insinyur, dan kemudian ternyata, menjadi Polisi Militer di Semarang, pada 1950 Bambang menonton film di Bioskop Metropole -- kini Megaria -- Jakarta. Datanglah seorang bernama Anjar Subiono, sutradara, menawarinya main film. Bambang langsung setuju. Esoknya ia ke studio Persari di Bidaracina, berboncengan sepeda. Sebelumnya ia mampir membeli dasi di Pasar Rumput. "Harganya seringgit, tapi saya tidak bisa mengenakannya," tutur Bambang. "Akhirnya saya tempel saja di leher."
|