
Nama : Boyke Dian Nugraha
Lahir : Bandung, 14 Desember 1956
Agama : Islam
Pendidikan : - SD Priangan, Bandung
- SMP Negeri I, Cikini, Jakarta
- SMA Negeri IV Jakarta
- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (dokter umum, 1981)
- FK UI (dokter spesialis obs-gyn, 1990)
- Fakultas Pascasarjana UI (magister administrasi rumah sakit, 1996)
Karir : - Dokter pada RSU Abdoel Moeloek, Lampung (1982)
- Kepala Puskesmas Kecamatan Palas, Lampung Selatan dan Kepala Sekolah, guru kimia, bahasa Inggris di SMA Pancaputra, Palas, Lampung (1982-1985)
- Kepala UPF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSU Masamba, Luwuk, Sulawesi Selatan (1991-1993)
- Staf pengajar pendidikan bidan desa SPK Palopo, Sulsel (1992-1993)
- Kepala Humas RS Kanker Dharmais Jakarta (1993-1995)
- Kepala Seksi Diklat II, RS Kanker Dharmais Jakarta (1996-1999)
- Kepala bidang diklat RS Kanker Dharmais Jakarta (1999-sekarang)
- Direktur Utama Klinik Pasutri Jakarta (2000-sekarang)
- Pengajar tamu, bioseksologi wanita pada Bagian Biologi, FK UI, Jakarta (2000)
Kegiatan Lain : - Pengasuh Acara Seks, Problema dan Solusinya, di Radio Trijaya FM
- Pengasuh Rubrik Seks dan Kesehatan Reproduksi di majalah Swara Kartini Indonesia dan majalah Mahkota
- Pengasuh Rubrik Seks harian Jawa Pos dan The Jakarta Post
- Pengisi acara seputar kesehatan kandungan dan seks di sejumlah televisi swasta
Karya : Buku :
Misteri Seputar Organ Intim (1992); Rahasia Pasien Misteri Dokter (1994); Problema Seks dan Organ Intim (1994); Problema Seks dan Cinta Remaja (1995); Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang Seks (1997)
Penghargaan : Dokter Puskesmas Teladan se-Provinsi Lampung, 1985
Keluarga : Ayah : Subagio Danusasmita
Ibu : Milly Ratna Dumilah
Istri : dr. Hj. Ferry Lasemawati, SpRad.
Anak : 1. Dhima Paramitha
2. Dhila Puspitha
3. Dhitya Prasetya Dian Nugraha
Alamat Rumah : Jalan Purwodadi No. 39, Menteng, Jakarta Pusat
Alamat Kantor : Klinik Pasutri, Jalan Tebet Timur Dalam Raya No. 69, Jakarta Selatan
|
|
Boyke Dian Nugraha
Di saat ayahnya pergi bertugas memadamkan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, ibunya mengalami keguguran sampai pingsan. Boyke, tujuh tahun saat itu, mengira ibunya meninggal. Dengan panik, apalagi pembantunya juga semaput, ia berteriak-teriak membangunkan tetangga. Kejadian itu pada malam hari, saat orang umumnya sedang tidur. Oleh tetangga, ibunya dilarikan ke rumah sakit. Begitu seorang dokter memberitahu bahwa ibunya siuman, Boyke terperangah. €œSaat itu saya melihat seorang dokter seperti malaikat. Dia bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Dan sejak saat itu saya bercita-cita menjadi dokter,€ tutur spesialis kandungan dan konsultan seks ini.
Lulus dari SMA, sulung dari lima bersaudara ini masuk Fakultas Kedokteran UI, 1976. Setelah menggondol gelar dokter umum pada 1981, selain bertugas di Puskesmas Palas, Lampung Selatan, ia sempat mendirikan SMA Pancaputra merangkap sebagai guru kimia dan bahasa Inggris. Yang mencengangkan: sebagian besar siswi-siswinya hamil lalu dikawinkan. €œSejak saat itu saya ingin mendalami masalah seks,€ tutur pengagum dokter Kelda, tokoh dalam film, yang sangat dekat dengan masyarakatnya itu.
Untuk itu, ia mengambil kursus dan mengikuti seminar tentang seks di beberapa negara: Belanda, Australia, Singapura, Jepang. Setelah dari Lampung Selatan, pria yang suka berpetualang ini bertugas sebagai dokter kandungan di RSU Masamba, Luwuk, Sulawesi Selatan. Kali ini, yang ditemui lebih aneh: banyak orang yang kerjanya selingkuh melulu. Baru bertugas tiga hari, €œSaya harus mengobati seorang wanita yang vaginanya dimasuki sambal oleh istri dan anak-anak dari seorang pejabat yang jadi teman selingkuhnya,€ tutur Boyke. €œDari situ saya mulai belajar tentang keharmonisan perkawinan,€ ujar Kepala Diklat RS Kanker Dharmais Jakarta ini.
Selain menulis sejumlah buku, mantan ketua senat mahasiswa FK UI ini sibuk memberikan ceramah dan diskusi di sekolah dan universitas, serta mengisi acara di televisi. Untuk ceramah saja bisa 20 kali dalam sebulan. Ceramahnya tentang pendidikan seks, secara jujur dan terbuka, menimbulkan pro dan kontra. Ada yang menganggap bahwa ceramah seks secara terbuka merupakan hal yang sangat vulgar. Akibatnya, istri dan anak-anaknya sering mendapat teror. €œMulai dari teror saya punya istri dan anak di Cibubur, sampai saya dibilang sedang membawa wanita di hotel. Namun, keluarga saya sudah kebal terhadap semua teror tersebut,€ ujar mantan demonstran Malari 1974 ini. Sebagai anak €œkolong€, yang mewarisi keberanian dari ayahnya, seorang tentara, ia memiliki bekal khas, yaitu harus berani dan tidak takut menghadapi orang, termasuk ketika menghadapi masyarakat yang masih tabu dengan masalah seks.
Boyke justru tidak mengalami kesulitan ketika ceramah di pesantren. Kebetulan pula pendidikan agama yang diajarkan orangtuanya cukup kuat, sehingga: €œSaya tidak mengalami kesulitan dalam memberikan ceramah-ceramah seks yang berdasarkan agama,€ kata pakar seks yang sudah bergelar haji ini.
Bukan hanya keberanian, optimisme, dan kedisiplinan yang diajarkan oleh ayahnya, sehingga dia menjadi sukses seperti sekarang. Tapi, juga berkat dorongan dari ibunya yang seorang guru, yang ingin melihat anak-anak sukses.
Baginya, pengalaman yang paling berkesan, selain cita-citanya tercapai, adalah bertemu dengan tentara yang dulu mengejar-ngejar saat Boyke demonstrasi. €œKetika dikejar-kejar tentara saya terjatuh, tetapi tentara itu tidak mau membunuh atau melukai saya. Ketika saya telah jadi dokter, saya ketemu lagi dengan tentera tersebut. Dan itu merupakan perkenalan yang sangat mengesankan bagi saya,€ tutur Direktur Klinik Pasutri ini.
Adapun pengalaman menarik selama bertugas di daerah, khususnya Lampung, adalah ketika ia disantet orang sampai berak darah. Sebagai dokter, ia periksa sampai kotoran yang keluar. Tapi, tidak juga sembuh kendati sudah berobat ke Jakarta. Suatu ketika, datang seorang lelaki tua, memaksakan agar Boyke minum air keruh dalam botol yang dibawanya. Setelah minum, ia muntah kotoran kopi padahal ia tidak minum kopi. €œKetika saya mau bertanya kepada bapak tersebut, ternyata dia sudah tak ada. Waktu itu semua pintu terkunci,€ tuturnya. Setelah peristiwa itu, Boyke sembuh total sampai sekarang.
Boyke menikah pada 1985 dengan Ferry Lasemawati, mantan adik kelasnya di UI yang kini juga dokter. €œSaya membebaskan anak-anak saya untuk memilih apa yang mereka inginkan,€ kata ayah tiga anak ini. €œKarena istri saya juga seorang dokter, saya menganggapnya sebagai seorang partner. Istri saya seorang yang sangat tabah ketika saya dihujat dan dicemooh segala macam.€
Selain hobi pada lukisan, Boyke gemar memelihara ikan. Saat ini koleksi lukisannya sekitar 50 buah. Moto hidupnya: €œApa kata orang lain tentang diri saya itu adalah urusan orang lain. Yang penting adalah apa kata saya tentang diri saya sendiri.€
|