Nama : DIANA WUISAN
Lahir : Jakarta, 17 Mei 1953
Agama : Katolik
Pendidikan : -SD, Jakarta (1967)
-SMP Katolik Barito, Jakarta (1970)
-SMA Tarakanita/SMA XX, Jakarta (1973)
-APK Trisakti, Jakarta (sampai tingkat III)
Karir : -Juara II PON IX di Surabaya (1969)
-Juara Ganda Putri bersama Carla Tejasukmana di PON (1969- 1981)
-Juara I Tunggal Putri PON di Jakarta (1981)
-Juara II Kejuaraan Yunior Asia di Jepang (1970)
-Juara I Tunggal Putri di SEA Games, Manila (1982)
-Juara I Ganda Putri PON XI, Jakarta, 1983, (bersama Lilik)
-Pemain/Pelatih PTM Sanjaya di Kediri.
Kegiatan Lain : -Bagian Ticketing PT Vaya Tour (1974-1979)
-Bagian Penjualan PT Anta Express (1980-1981)
-Karyawan PT Wita Tour (1981-1982)
Alamat Rumah : Jalan Kayu Putih Tengah ItE No. 8, Pulo Mas, Jakarta Timur Telp: 484801
Alamat Kantor : Gedung Olah Raga Sanjaya, PT Gudang Garam, Kediri
|
|
DIANA WUISAN
Dalam merintis karier sebagai pemain tenis meja, Diana berangkat langsung dari rumah. Orangtuanya, Harry Tedjasukmana, meskipun penggemar bulu tangkis, menyediakan meja pingpong untuk anak-anaknya. Di Jakarta, anak sulung Tedjasukmana, Juswan, memimpin klub tenis meja Rajawali, Bendungan Hilir. "Pada mulanya saya hanya menonton kakak-kakak saya berlatih, lalu akhirnya tertarik," tutur Diana, anak keempat dari delapan bersaudara.
Pada tahun-tahun terakhirnya di SD, Diana sudah mulai giat berlatih. Di mata Diana, pada awalnya, olah raga yang dimainkan kakaknya itu sangat sukar. "Tetapi, justru karena itu saya lantas tertarik dan ingin mencoba," katanya. Bersama Carla, yang kemudian juga menjadi pemain nasional andalan, Diana berlatih di bawah asuhan Juswan.
Pada 1968, saat masuk SMP, Diana mulai terjun di arena tingkat nasional di Bandung, dan belum mencatat sukses. Tetapi, dari sana ia sudah mulai kelihatan bakal berprestasi lebih jauh.Setahun sesudah itu, pada PON IX, 1969, ia berhasil menjadi runner up. Nomor pertama diraih Carla. Menyusul PON 1981, Diana menjadi juara tunggal -- sambil mempertahankan gelarnya dalam ganda putri, berpasangan dengan Carla. Dalam SEA Games di Manila, ia memperoleh medali emas. Pertandingan internasional yang ia ikuti, antara lain: di Munich, 1971, Nagoya, 1973, dan London, 1977.
Dari sejumlah pertandingan, Diana mengumpulkan banyak sekali medali. Sampai ia sendiri, lupa jumlahnya. Agaknya bukan medali yang penting bagi Diana. "Kebanggaan saya, terutama dalam arena internasional, adalah karena saya ikut menjunjung nama Indonesia," kata atlet yang memegang bat dengan grip "salaman" ini.
Selain prestasi dan medali, dari dunia pingpong Diana juga berhasil menggondol Empie Wuisan, petenis meja yang belakangan menjadi pelatih. Pasangan ini menikah pada 22 Februari 1976. Sejak itu, nama Diana Tedjasukmana berubah menjadi Diana Wuisan. Sampai 1985, pasangan ini dikaruniai seorang anak.
Sejak 1981, mereka pindah ke Kediri, masuk dalam klub Sanjaya, yang bernaung di bawah perusahaan rokok PT Gudang Garam. Sebagai pelatih atlet-atlet yunior, mereka mendapat fasilitas perumahan. "Saya suka hidup di Kediri. Udaranya bersih, dan suasananya tenang," kata Diana.
Untuk menghindari kebosanan berhadapan dengan meja dan bola pingpong, bersama keluarganya Diana suka menonton film. "Kalau bersama Marsello, anak saya, saya nonton film anak-anak. Tetapi, pada saat nonton sama Empie, saya lebih senang film detektif," katanya. Selain menonton, di rumah, Diana -- yang sempat kursus bermain organ -- mendendangkan lagu-lagu tenang kesukaannya. Ia juga senang mendengarkan musik Ireng Maulana, Jack Lesmana, dan Indra Lesmana.
|