
Nama : DOMPY PIETER GEDOAN
Lahir : Talaud, Sulawesi Utara, 14 Agustus 1935
Agama : Islam
Pendidikan : -SD, Talaud (1948)
-SMP, Manado (1951)
-SMA, Jakarta (1956)
-Fakultas Hukum Universitas Indonesia (tingkat satu, 1957)
-Kursus Wasit Tinju, Surabaya (1967)
-Lulus ujian Wasit Tinju Internasional, Bangkok (1973)
-Lulus ujian Association Internationale de Boxe Amateur, Yokohama, Jepang (1975)
Karir : -Pelatih tinju (1959-sekarang)
-Wasit pertandingan tinju di Olimpiade Munich, Jerman (1972)
-Wasit pertandingan tinju di Montreal, Kanada (1973), Teheran (1974), Bangkok (1978), Los Angeles, AS (1984)
dan Ketua Komisi Wasit-Hakim PB Pertina (sekarang)
Kegiatan Lain : -Karyawan Departemen P & K (1954-1957)
-Guru SMP di Jakarta (1957-1974)
-Pengawas Operasi Clearence Pertamina Jakarta (1970-sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Nusa Indah I/5 No. 99, Perumnas Klender, Jakarta Timur
Alamat Kantor : Pertamina Jalan Raya Pelabuhan 2 Tanjungpriok, Jakarta Utara Telp: 491572
|
|
DOMPY PIETER GEDOAN
"Tugas pokok seorang wasit di atas ring ialah menyelamatkan petinju," ujar Ketua Komisi Wasit-Hakim PB Pertina ini. Di Asia, menurut Pieter, wasit Indonesia termasuk paling baik. "Cuma kurang pengalaman internasional."
Waktu kecil, ia dijuluki anak bandel tukang berkelahi, gemar gulat dan lari. "Seorang Jepang melatih saya membanting orang," tutur anak sulung dari dua bersaudara ini. Ayahnya, Petrus Gedoan, almarhum, kepala SD dari Talaud. Dan ibunya, Amelia Mambu, berasal dari Minahasa.
Meningkat remaja, Pieter tertarik tinju, 1950. Pelatihnya, Mr. Brown, seorang Australia. Beberapa tahun setelah pindah ke Jakarta, ia mulai naik ring. "Kecil-kecilan," katanya merendah, "ketika pertandingan antar-SMA."
Hasratnya mengikuti Asian Games IV, 1962, tidak terlaksana, karena usia Pieter saat itu sudah melampaui batas. "Pada usia 25 tahun, petinju amatir sudah tidak fit lagi," ujarnya. "Lain dengan profesional, yang pada umur 30 masih harus tetap berlatih." Sejak 1959, ia menjadi wasit dan pelatih. "Paling baik membina bibit pada usia 12w14 tahun," katanya. Cara ia memilih peminat disuruhnya memperagakan pukulan sepuluh kali. "Yang saya perhatikan gerak kakinya. Jika lemas, tanpa ampun: out."
Setahun sesudah lulus kursus wasit di Surabaya, ia melatih tinju di Pertamina, 1968. PB Pertina menugasi Pieter di School Boy Box. "Lantaran tinju, saya bekerja di Pertamina," katanya. Ia menjadi pengawas clearence di Tanjung Priok, 1970.
Sejak itu, Pieter terpakai sebagai wasit di berbagai turnamen tinju internasional. Antara lain di Olimpiade Munich (1972), pada kejuaraan tinju amatir di Bangkok (1973), di Teheran (1974), di Montreal (1975), di Bangkok (1978), kemudian di Olimpiade Los Angeles (1984).
Menurut istrinya, Yustianingsih, masakan kesukaan ayah lima anak ini ialah ikan laut pakai santan. Olah raganya jogging, dan skipping. Selain itu, lulusan Association Internationale de Boxe Amateur di Yokohama, Jepang, ini juga biasa menulis artikel tinju di beberapa harian.
|