
Nama : DJALI AHIMSA
Lahir : Bagansiapi-api, Sumatera Utara, 31 Mei 1931
Pendidikan : ITB (1958)
Karir : -Asisten Ahli ITB dan pegawai Batan
-Kepala Proyek Pembangunan Reaktor Atom Bandung (1960)
-Pembantu Dirjen Batan Urusan Penelitian dan Pengembangan (1965)
-Kepala Standardisasi Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Wina, Austria (1968-1983)
-Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), 1984- -sekarang
Kegiatan Lain : Ketua Jakarta Diving Club
Alamat Kantor : Badan Tenaga Atom Nasional, Jalan Abdul Rochim, Kuningan Barat, Jakarta Selatan Telp: 511109
|
|
DJALI AHIMSA
Datang dari Wina, Austria, Djali Ahimsa mendapat tugas khusus untuk "memasyarakatkan nuklir" -- dengan ditunjuk sebagai Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), Januari 1984. Ia menggantikan Prof. Dr. A. Baiquni, yang sudah lebih dari 10 tahun berada di posisi itu.
Djali merupakan satu dari sedikit orang Indonesia yang menguasai persoalan nuklir. Ia berkenalan dengan masalah itu sewaktu kuliah di ITB -- yang diselesaikannya 1958 -- lalu menjadi pegawai Batan. Pekerjaan besar menunggunya sebagai Kepala Proyek Pembangunan Reaktor Atom Bandung, ketika usianya baru 31. Kemudian, selama 3 tahun berikutnya, Ahimsa dipercayai menjadi pembantu Dirjen Batan Urusan Penelitian dan Pengembangan, hingga 1968.
Kariernya ternyata tidak sebatas ruang lingkup nasional saja. Lima belas tahun ia bertugas di Wina pada Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) -- menjabat Kepala Standardisasi.Belakangan, berbagai teknologi nuklir dikembangkan dan diperkenalkan di Indonesia. Di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Batan mempunyai perangkat radiasi untuk pengawetan kayu lapis. Di dunia kedokteran, produksi isotop Batan secara rutin melayani RSCM dan RS Persahabatan Jakarta, serta RS Hasan Sadikin Bandung. Sedang di bidang pertanian, teknologi benih, pengendalian hama dan penghitungan distribusi akar, juga telah memanfaatkan radio isotop.
Proyek-proyek besar juga sudah mulai dikerjakan. Misalnya Proyek Reaktor Nuklir Serbaguna Serpong, yang akan dipakai sebagai pusat penelitian dan latihan bagi para teknisi nuklir. Pekerjaan yang sering dianggap "menakutkan" ini telah dijamin keamanannya, dengan desain gedung tahan gempa tiga setengah kali kekuatan gempa terkuat yang pernah mengguncang Serpong. "Gedung itu juga mampu menahan akibat jatuhnya pesawat terbang penumpang," kata Ahimsa.
Yang paling mengganjal benak Ahimsa adalah belum dibangunnya PLTN -- Pusat Listrik Tenaga Nuklir. Padahal, menurut dia, kepentingan itu untuk masa mendatang tidak bisa ditawar-tawar. Ia tidak bisa membayangkan akibatnya, bila pengadaan listrik Jawa sebesar 75 ribu megawatt hanya akan dipenuhi dari batu bara saja. "Bagaimana keadaan lingkungan kalau tiap tahun dibakar 100 juta ton batu bara," ujarnya. Batan sudah menyerahkan hasil studi kelayakan PLTN Muria, 1980. Tahun berikutnya, pemerintah memutuskan untuk menunda. Namun, Batan sudah siap menyerahkan studi kelayakan baru, 1986.
Djali Ahimsa, ayah empat anak ini, punya kegemaran menyelam di laut, dan ketua Jakarta Diving Club.
|