
Nama : DJUHRI MASDJAN (DJODJON)
Lahir : Jakarta, 5 Juni 1947
Agama : Islam
Pendidikan : -SD, Jakarta
-SMP, Jakarta
-SMA, Jakarta
Karir : -Pelawak, anggota Jayakarta Group (1975-sekarang) Film-filmnya a.l.: Tiga Dara Mencari Cinta, Oke Boss
Alamat Rumah : Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
|
|
DJUHRI MASDJAN (DJODJON)
Setiap manggung ia selalu memberi kesan dungu. Dengan sepotong kumis (palsu) di bawah lubang hidungnya, ia mirip Charlie Chaplin, bintang lawak paling beken sejak zaman film bisu. Nama Djodjon mulai di atas angin sejak tampil pada acara Tahun Baru TVRI 1980. "Enaknya jadi pelawak," ujarnya, "kita bisa mengkritik orang tanpa menimbulkan rasa sakit hati."
Tamatan SMA Bandung ini lahir di Jakarta dengan nama asli Djuhri Masdjan. Dalam suatu acara pembuatan film, masyarakat berdesak-desakan ingin melihatnya. Seorang wanita muda yang sedang hamil tiba-tiba menyeruak di antara kerumunan. Ia tanpa malu-malu minta ciuman Djodjon. "Wah, dia pasti ngidam. Ane perlu penuhi permintaannya." Ciuman kilat pun terjadi, dan Djodjon lalu kabur dari kerumunan orang banyak.
Cahyono, temannya melawak di Jayakarta Group, menyebutkan bahwa Djodjon tampil dengan memanfaatkan seluruh kepolosan miliknya. "Ia lugu dan selalu tampil apa adanya. Karena itu, ia menjadi penting dalam grup kami," kata Cahyono.Melawak bagi Djodjon bukan hanya di panggung. Suatu subuh timbul isengnya. Ia ingin membangunkan orang seisi rumah dengan berteriak, "Kebakaran! kebakaran! Bangun, bangun!" Semua bangun dengan panik, dan Djodjon dengan tenang lalu berkata, "Lari-lari ke Monas, yuk!"
Bila diajak bicara tentang masa kecilnya, mata Djodjon berkaca-kaca. "Udah, deh, ane nggak ceritain aje. Pokoknya, sedih dan menderita." Karena itu, meski boleh dibilang sukses, ia kini tetap hidup sederhana. Makan siang cukup dengan ikan asin, lalapan, sayur asam, dan tempe goreng. Makanan mahal kalau kurang gizi 'kan mubazir. Lebih baik 'nabung," katanya. Bila shooting film cukup puas dengan nasi bungkus.
Sinah Ilyas alias Sumiati, istrinya yang memberikannya enam anak, tahu bahwa profesi suaminya tidak langgeng. Ia menyiapkan diri dengan ikut kursus menata rambut, kecantikan, bahasa, dan lain-lain. "Persiapan kalau, misalnya, Djodjon tak melawak lagi," ujar Sinah, yang hanya tamatan sekolah dasar.
|