
Nama : DORODJATUN KUNTJORO-JAKTI
Lahir : Rangkasbitung, Jawa Barat, 25 November 1939
Agama : Islam
Pendidikan : -SR I, Rangkasbitung, SD Kris, Jakarta (1952)
-SMP B, Jakarta (1955)
-SMA B, Jakarta (1958)
-Fakultas Ekonomi UI (1964)
-Universitas California, AS (M.A., 1966)
-Universitas California, AS (doktor, 1980)
-Water Resource Development Program, AS (1965)
Karir : -Kepala Jurusan Ekonomi Umum Fakultas Ekonomi UI (1973- 1974)
-Kepala Jurusan Ekonomi Pemerintahan FE UI (1977-1979)
-Kepala Jurusan Studi Pembangunan FE UI (1981-1983)
-Wakil Kepala Bidang Penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat FE UI (1982-sekarang)
-Dosen FE UI
Kegiatan Lain : Dewan Pembina dan Anggota Bineksos/LP3ES (1971- sekarang)
Alamat Rumah : Kompleks Dosen UI No. 20, Ciputat, Jakarta Selatan
Alamat Kantor : LPEM Fakultas Ekonomi UI Jalan Salemba Raya 4, Jakarta Pusat Telp: 882852
|
|
DORODJATUN KUNTJORO-JAKTI
Semula ia ingin meneruskan sekolahnya ke bidang teknik, khususnya teknologi tinggi. Lulusan SMA B (pasti alam) Budi Utomo, Jakarta, ini pernah membayangkan betapa hebatnya jika ia bisa terlibat dalam pembikinan atau peluncuran roket, kelak. Sayang, Dorodjatun harus menunggu setahun agar bisa masuk ITB. Kehilangan kesabaran, ia masuk Fakultas Ekonomi UI.
"Suatu 'kecelakaan' bagi saya mengambil jurusan ekonomi," ujar Djatun. Lama-lama merasa tertarik dan keasyikan, setelah meraih gelar sarjana dalam waktu lima tahun, 1964, ia berangkat ke Universitas Berkeley, California, AS. Dua gelar diraihnya di sini: M.A. pada 1966, dan doktor (Ph.D.) empat belas tahun kemudian. Disertasinya berjudul, Political Economy: The Case on Indonesia under the New Order, 1966-1980.
Anak kelima dari delapan bersaudara ini berdarah campuran. Almarhum ayahnya, lulusan sekolah teknik di Surabaya yang kemudian menjadi Kepala PU Keresidenan Banten, berdarah Jawa- Madura. Sedangkan ibunya Sunda-Banten. Nama Dorodjatun rupanya diambil dari nama kecil Sri Sultan Hamengkubuwono IX, karena tanggal lahir Djatun bertepatan dengan hari naik tahtanya Sultan.Dosen dan pengamat ekonomi dari LPEMwFE UI ini menilai ekonomi Indonesia masih rawan. Ia mengurutnya dari awal 1970- an, ketika masalah korupsi mulai hangat, dan penanaman modal asing terlalu bebas. Lalu menyusul kerawanan pada pertengahan 1970-an -- karena kelengahan Indonesia dalam menggunakan uang minyak. Kemudian, tahun-tahun terakhir ini, ketika Indonesia tidak lagi bisa mengandalkan minyak bumi sebagai sumber utama biaya pembangunan.
Acap memberikan tanggapan di koran-koran, Dorodjatun juga banyak menulis. Tiga bukunya terbit di Singapura, oleh ISEAS, sedangkan tiga lainnya diterbitkan oleh LP3ES Jakarta, ADC New York, dan Universitas Tokyo/Unesco.
Anggota berbagai kelompok studi di luar negeri ini rajin membaca, mulai dari buku ekonomi, politik, filsafat, sejarah, sampai mitologi dan novel. Ia menyukai novel karangan Boris Pasternak dan Solsyenitsin dari Rusia, dan Kawabata dan Mishima dari Jepang. "Novel Rusia intens, novel Jepang subtil (halus)," ujar ayah tiga anak perempuan itu.
Bekas anggota regu renang mahasiswa UI, Djatun masih rajin berenang, di samping jogging. Ekonom yang pernah ditahan ketika Peristiwa Malari (1974) ini sudah ditatar P4. Istrinya, Emiwati, kepala dokumentasi Matari Advertising, Jakarta.
|