
Nama : DJAUHAR ZAHRSYAH FACHRUDIN ROESLI (HARRY ROESLI)
Lahir : Bandung, 10 September 1951
Agama : Islam
Pendidikan : -Jurusan Sipil ITB Bandung (tingkat IV)
-Belajar musik elektronik di Rotterdam Conservatorium, Negeri Belanda (1981)
-Departemen Musik LPKJ, Jakarta
Karir : -Pemain musik
-Pencipta lagu
-Membentuk grup musik "Gang of Harry Roesli" terdiri dari Albert Warnerin, Indra Rivai, dan Iwan A. Rachman (1971-1975)
-Membentuk grup teater Ken Arok (1973-1977)
-Dosen Jurusan Musik IKIP, Bandung
-Pimpinan Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB)
-Musik ciptaannya: Rumah Sakit
-Parenthese
-Sikat Gigi
-A.I.R. Opera Ikan Asin
-Opera Kecoa
Alamat Rumah : Jalan W.R. Soepratman 57, Bandung
Alamat Kantor : IKIP Bandung
|
|
DJAUHAR ZAHRSYAH FACHRUDIN ROESLI (HARRY ROESLI)
Anak bungsu dari empat bersaudara keluarga Mayjen (purnawirawan) Rushan Roesli itu diberi nama Djauhar Zaharsjah Fachrudin Roesli. Sehari-hari dipanggil Harry. Ia punya keunikan dibanding ketiga orang kakaknya yang semuanya jadi dokter spesialis, mengikuti jejak ibunya yang dokter spesialis anak. Harry ingin jadi insinyur, lalu kuliah di ITB.
Tiba-tiba Harry berubah lagi, ia senang musik. Fakultas Teknik ITB pun ia tinggalkan. Ketiga orang kakaknya mendukung. Bahkan ibunya, berkata, "Biarkan Harry jadi dokter musik." Namun, untuk serius bermain musik, ayahnya tidak setuju. "Anak band itu tukang mabuk-mabukan," kata ayahnya, saat itu. Karena Harry bersikeras, ayahnya pun mengizinkan, "asal tak dikomersialkan."
Syarat ayahnya itulah yang kemudian menjadi salah satu warna musik Harry. Tidak komersial. "Musik saya tak laku dijual karena merupakan eksperimen, analisa, dan konsentrasi," tuturnya.
Musik menjadi kehidupannya. Ia belajar musik di Rotterdam Conservatorium, selesai tahun 1981. Juga aktif di Departemen Musik IKJ (Institut Kesenian Jakarta). Rumahnya pun dijadikan markas Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB), dengan kegiatan musik perkusi, band, rekaman musik, serta kegiatan lainnya.Buat penggemar musik, apa yang disuguhkan Harry memang sesuatu yang aneh. Peralatan yang dipakai pun ganjil. Drum, gitar, gong, botol, kaleng rombeng, pecahan beling, dan kliningan kecil. Di Gedung Merdeka Bandung, suguhan selama 75 menit membuat penontonnya shock. "Mereka tak mengira suguhannya seperti itu," jelasnya. ; Nama Harry mulai dibicarakan ketika awal 1970-an, bersama Albert Warnerin, Indra Rivai, dan Iwan A. Rachman, membentuk Gang of Harry Roesli. Kelompok musik ini bubar tahun 1975, karena para pemainnya kawin. Selain mendirikan band, Harry juga mendirikan kelompok teater yang diberi nama Ken Arok, 1973. Grup ini mementaskan Opera Ken Arok, Agustus 1975 di TIM, Jakarta. Dua tahun kemudian bubar lantaran Harry belajar ke Negeri Belanda.
Meskipun ia mendapat beasiswa dari Ministerie Cultuur, Recreatie en Maatschapelijk Werk (CRM) ketika belajar di Belanda, kebutuhan sehari-harinya tidak terpenuhi. Ia kemudian bermain piano di restoran-restoran Indonesia, atau main band dengan anak-anak keturunan Ambon di sana.
Ketika pulang liburan, ia menikah dengan Kania Perdani Handiman, yang diboyongnya Nia ke Balanda. Dari pernikahan itu, mereka mendapat anak lelaki kembar, 1982.
Cucu pengarang roman Siti Nurbaya, Marah Roesli, ini kerap dipakai kelompok Teater Mandiri dan Teater Koma, untuk musik drama.
|