
Nama : NANNY ANISTASIA LUBIS
Lahir : Tegal, Jawa Tengah, 24 November 1926
Agama : Islam
Pendidikan : -Eerste Lagere School, Jakarta (1939)
-SMP, Jakarta (1942)
-SMA, Jakarta (1945)
-Teachers Training Course Ballet & Gymnastics, Hamburg, Jerman Barat
Karir : -Sukarelawati PMI (1949)
-Penyiar RRI Jakarta (1946-1956)
-Pemimpin Grup Senam & Balet Namarina (sejak 1956)
Alamat Rumah : Jalan Cimahi 18, Jakarta Pusat Telp: 351437
Alamat Kantor : Jalan Cimahi 18, Jakarta Pusat Telp: 351437
|
|
NANNY ANISTASIA LUBIS
Namanya tidak bisa dipisahkan dari Namarina Dancing, karena ia memang pendiri Yayasan Namarina, 31 Desember 1956. Namun, yayasan itu kemudian diubahnya menjadi usaha perorangan. "Suatu sekolah yang dikelola yayasan ternyata sulit, karena pengurusnya lebih dari seorang," katanya.
Nama Namarina itu sendiri, menurut Nanny, diambil dari bahasa Tapanuli. Artinya "dipersembahkan kepada ibunda". Padahal pada mulanya sang ibu tidak senang anaknya aktif dalam olah raga dan menari.
Nanny kecil, pada usia 12 tahun, selalu mengunci diri setiap pulang sekolah. Ia latihan tari secara diam-diam di depan cermin untuk pesta kenaikan kelas di sekolahnya, sekitar 1938. Dan ketika pesta kenaikan kelas di Eerste Europese Lagere School, Jakarta, itu penontonnya kebanyakan orang Belanda, seorang di antaranya mengumpat, "Lho, ada orang hitam turut menari? Tapi, kok paling bagus?" Tentu saja Nanny dongkol meski ada rasa senang mendapat pujian. Sejak itu, Nanny semakin giat berlatih.Tahun 1954, anak kedua dari tiga bersaudara ini belajar di Teachers Training Courses Ballet & Gymnastics, Hamburg, Jerman Barat. Kemudian ke Singapura, Jepang, dan Inggris. Pulang dari negara-negara itulah ia mendirikan Namarina, di Jalan Cimahi 18, Jakarta. Sekarang, punya beberapa cabang di Jakarta dan Bandung.
Sejak berdirinya, Namarina hampir setiap tahun mementaskan karya-karyanya di Jakarta dan Bandung. Sejak 1981, semua ciptaannya di bawah pengawasan pimpinan artistik, Maya Tamara Lubis, putri bungsunya, lulusan London, 1980.
Ia juga mengajar aerobik disko, dengan gerak-gerak yang diciptakan sendiri. "Bukan seperti disko anak-anak di klub," ujarnya. Tujuannya, konon, melatih ketajaman daya tangkap agar tidak mudah pikun. Itu sebabnya hampir separuh dari 400 orang siswanya yang berlatih di Jalan Cimahi 18 itu terdiri dari para ibu.
Selama 25 tahun mengajar balet, ia mengatakan, "Menampilkan sesuatu yang Indonesia dalam balet, hanya bisa dilakukan dalam kondisi kontemporer, bukan klasik," ujarnya. Nanny menikah dengan R.B. Sugiri, 1951, dikaruniai tiga anak.
|