
Nama : NUSJIRWAN TIRTAAMIDJAJA (IWAN TIRTA)
Lahir : Blora, Jawa Tengah, 18 April 1935
Agama : Islam
Pendidikan : - SD Cikini, Jakarta (1947) SMP I Cikini, Jakarta (1950)
- SMA I Budi Utomo, Jakarta (1953)
- Fakultas Hukum UI, Jakarta (1958)
- School of Oriental and African Studies
- Universitas London, Inggris
- Yale University, New Haven, Connecticut, AS (1965)
Karir : - Lektor Hukum Internasional di UI (1967-1970)
- Presdir PT Ramacraft (1972 -- sekarang)
- Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional (1982)
- Anggota Pendiri Yayasan Mitra Budaya (1982)
- Desainer dan produsen batik
Kegiatan Lain : - Anggota Chaines des Rotisseurs (kumpulan pelestarian rasa masakan internasional) di Paris
Alamat Rumah : Jalan Panarukan 25, Jakarta Pusat Telp: 349122
Alamat Kantor : Jalan Panarukan 25, Jakarta Pusat Telp: 349122
|
|
NUSJIRWAN TIRTAAMIDJAJA (IWAN TIRTA)
Semasa kecil, Iwan bercita-cita menjadi diplomat. Ayahnya, Mr. Moh. Husein Tirtaamidjaja -- anggota Mahkamah Agung RI 1950-1958 -- turut mendukung. Itu sebabnya ia kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, dan lulus pada 1958.
Sempat menjadi dosen dalam Hukum Internasional, Iwan kemudian melanjutkan studi di London, pada School of Economics and School of Oriental and African Studies. Kembali ke tanah air, ia diangkat menjadi Associate Professor dalam ilmu hukum internasional di FH-UI. Merasa belum cukup, Nusirwan Tirtaamidjaja -- demikian nama asli Iwan -- kemudian melanjutkan lagi di Universitas Yale, New Haven, Connecticut, AS, dan lulus pada 1965.
Pulang ke Jakarta, 1970, bekal ilmunya sebetulnya cukup untuk mewujudkan cita-citanya. Tetapi, panggilan jiwanya kemudian menentukan lain. Jiwa seni yang mengalir dalam dirinya mendorongnya mengadakan penelitian mengenai seni batik.
Iwan kemudian terkenal sebagai desainer dan pengusaha batik yang patut diperhitungkan. Menjadi Presiden Direktur PT Ramacraft sejak 1972, ia melebarkan cabang perusahaannya ke beberapa kota, dengan produksi sekitar 3.000 meter per bulan. "Batik tulis memang tidak dapat diproduksi secara besar- besaran, karena membutuhkan tenaga dan kehalusan cita rasa," katanya.Kreasi Iwan sering dipertontonkan pada hampir setiap kunjungan kepala negara asing. Di samping itu, ia sudah berpameran di banyak negara. Sekalipun urung menjadi diplomat, ia berhasil menempatkan dirinya sebagai "duta batik".
Karena prestasinya dalam soal batik khususnya, dan pengembangan kebudayaan Jawa umumnya, dalam rangka ulang tahun ke-64 K.G.P.A.A. Mangkunegoro VIII, Solo, ia dianugerahi nama baru: Kanjeng Raden Haryo Hamijoyo, Maret 1982.
Menurut Iwan, busana tradisional Indonesia tidak akan bertahan dalam bentuknya sekarang pada tahun 2000. Sebab, "Busana tradisional lebih mementingkan estetika, sementara makin lama orang menghendaki busana yang praktis," katanya.
Belum puas dengan keberhasilannya sebagai desainer dan seniman batik, ia merintis jalan untuk menggali kembali jenis dan ragam perhiasan tradisional dari seluruh Nusantara, baik dalam bentuk asli maupun yang diperbarui. "Saya ingin menampilkan kekayaan budaya Indonesia di tengah kemajuan teknologi dan kebudayaan modern," katanya.
Bujangan ini juga dikenal di kalangan pemakan berselera tinggi. Ia anggota Chaines des Rotisseurs -- klub "pelestarian rasa makanan internasional" -- yang bermarkas di Paris.
|