
Nama : NOERBERTUS RIANTIARNO
Lahir : Cirebon, Jawa Barat, 6 Juni 1949
Agama : Katolik
Pendidikan : -SD, Cirebon (1960)
-SMP, Cirebon (1963)
-SMA, Cirebon (1967)
-Akademi Teater Nasional Indonesia, Jakarta (1968)
-Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta (1971)
Karir : -Bergabung dalam Teater Populer di Jakarta, pemain drama, pemain film-tv, penulis dan asisten sutradara panggung/film (1968-1977)
-Pendiri dan pemimpin Teater Koma (1977 -- sekarang) Penulis cerita drama antara lain: Rumah Kertas
-Maaf, maaf, maaf
-Opera Kecoa
-Opera Ikan Asin (saduran)
-Opera Salah Kaprah (saduran)
-Penulis skenario film antara lain: dr. Siti Pertiwi
-Sang Juara
-Gaun Pengantin
-Jakarta, Jakarta (yang terakhir mendapat Piala Citra untuk skenario terbaik pada FFI, Ujungpandang, 1978)
Kegiatan Lain : -Redaktur majalah Zaman (1979-1985)
-Anggota Dewan Kesenian Jakarta (1984 -- sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Setiabudi Barat 4, Jakarta Selatan Telp: 511066
|
|
NOERBERTUS RIANTIARNO
Lelaki semampai ini (tinggi 175 cm, berat 69 kg) biasa dipanggil Nano. Sejak 1977 ia memimpin Teater Koma, grup drama yang sampai awal 1985 telah mementaskan 46 lakon di panggung maupun di TVRI. "Drama saya merupakan hiburan, dengan 'H' besar," kata Nano.
Dengan suasana penuh musik dan nyanyi, dramanya yang telah berhasil menyedot banyak penonton antara lain Opera Ikan Asin (saduran karya Bertolt Brecht), Opera Salah Kaprah (olahan dari The Comedy of Errors karya Shakespeare). Kecuali naskah olahan karya asing, Nano juga mementaskan cerita buatannya sendiri, misalnya Rumah Kertas, Maaf, Maaf, Maaf, dan Opera Kecoa.
Di luar panggung, Nano menulis skenario film -- paling tidak sudah ada 17 judul yang ia buat. Misalnya, dr. Siti Pertiwi, Sang Juara, Gaun Pengantin, dan Jakarta, Jakarta. Untuk yang disebut terakhir, pada Festival Film Indonesia Ujungpandang, 1978, Nano berhasil mendapatkan Piala Citra.Dramawan yang juga redaktur majalah Zaman ini mulai main drama di sekolah menengah, di Cirebon, kota kelahirannya, 1964. Suatu kali, untuk pementasan Caligula pemeran utamanya sakit. "Saya disuruh menggantikannya. Selama 10 hari saya dilatih keras. Akhirnya saya berhasil," katanya. Sejak itu ia terus menekuni dunia panggung dan lupa pada cita-citanya yaitu: menjadi profesor. Lepas SMA, ia masuk Akademi Teater Nasional (ATNI) Jakarta. Ia kemudian bergabung ke dalam grup Teater Populer, pimpinan Teguh Karya.
Pada 1975, untuk mengenal kehidupan teater di pelbagai tempat, anak kelima (dari tujuh bersaudara) M. Soemardi ini melakukan perjalanan keliling Indonesia. Ketika hendak menuju ke Ujungpandang, perahu yang ditumpanginya dihantam gelombang. "Waktu itu saya sudah pasrah untuk mati," kata Nano. Alhamdulillah, akhirnya ia selamat.
Nano menikah dengan Ratna, juga seorang pemain drama. Pasangan ini sudah mendapatkan dua anak.
|