
Nama : Naek L. Tobing
Lahir : Pulau Samosir, Tapanuli, 14 Agustus 1940
Pendidikan : - Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan (1966)
- Spesialis Psikiater Fakultas Kedokteran UI (1976)
- Sex Educator & Sex Counselor Di State University Minessota, Amerika Serikat (1983)
Karir : - Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Tri Bakti Bekasi
- Pimpinan Center for Marital and Sexual Studies di Pakubuwono, Jakarta
- Staf khusus majalah Matra dan Kartini
Kegiatan Lain : - Anggota Ikatan Dokter Jiwa Indonesia (IDAJI)
- Life Member, American Asociation of Sex Educator, Conselor and Therapists
- Mengadakan penelitian kehidupan seks
- Mengikuti World Congress of Sexology
Karya : Buku:
Seks: Masalah dan Solusi (1994), Seks Pranikah, Seks Extramarital, Membangun Keharmonisan Suami-Istri
Keluarga : Istri : dr. Mariam E. Aritonang
Anak : 1. Katrin Tobing
2. Italy Irawati Tobing
3. Rotua Tobing
4. Caroline Tobing
5. Rugun Maria Tobing
6. Horas Sebatian Tobing
Alamat Rumah : Jalan Pakubuwono VI No.21, Kebayoran Baru, Jakarta 12120
Telepon 7721441, 7200459
Faksimile 7253420
|
|
Naek L. Tobing
Naek L. Tobing tak bercita-cita jadi tentara apalagi pakar seks. Bahkan waktu remaja, ia belum tahu apa itu seks, ilmu jiwa, dan dunia kedokteran. Tumbuh di lingkungan keluarga berada di tanah Tapanuli, setelah ayahnya meninggal, Naek berusaha lepas dari keluarga untuk hidup mandiri. €œAkhirnya saya memutuskan untuk masuk Akademi ABRI tahun 1958,€ tuturnya. Tetapi karena waktu itu ada pemberontakan di Tapanuli, surat lamaran dan berkas-barkas yang lain hilang. Urung masuk tentara, Naek ikut salah satu famili, seorang dokter. Selain biasa membantu dan melayani pasien di klinik familinya, Naek berkesempatan membaca berbagai buku mengenai kesehatan. Buku kebidanan menarik perhatiannya. Selain mudah dibaca karena berbahasa Indonesia, €œDi buku itu ada gambar-gambar vagina, dan saya suka melihatnya,€ kenangnya. Lalu dipelajari semuanya sampai hafal di luar kepala.
Dari pengalaman pertama mengenal seks itu, kemudian ia disarankan masuk Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Ia pun sangat menikmati pelajaran kedokteran, sempat dapat nilai tertinggi untuk mata kuliah ilmu jiwa dan kebidanan.
Sementara itu, di daerahnya ketika itu, kasus seksual mulai bermunculan. Setelah bertanya ke profesornya, Naek disarankan mendalami ilmu jiwa. Bisa mendalami diri seseorang, baginya, menjadi kenikmatan tersendiri. Tertarik pada neurotik, sementara di Medan tidak ada jurusan itu, Naek masuk Fakultas Kedokteran UI, selesai 1976. Walau sudah bekerja di RS Jiwa Bogor, setamat dari UI, Naek masih mencari cabang dari ilmu jiwa yang belum banyak digeluti orang. €œSaya menemukan seks. Saya membaca berbagai referensi mengenai seks dan problematikanya, sampai saya menemukan jaringan seksolog di Amerika,€ tuturnya.
Dengan menjual rumahnya di Tanah Tinggi, Sumatera Utara, dan dapat rekomendasi dari saudaranya yang bekerja di KBRI Washington, Naek berangkat ke Amerika, kuliah di State University Minessota, mengambil jurusan Sex Educator & Sex Counselor. €œMulailah hidup saya sepenuhnya untuk mendalami seks,€ ujarnya.
Penguasaan atas seks itulah yang membuat Naek L. Tobing terkenal. Selain menulis kolom tentang seksualitas, mengasuh rubrik seks di majalah Matra dan Kartini, Naek sering diundang dalam forum seminar dan acara televisi, jadi narasumber untuk masalah serupa. Melalui berbagai tulisan dan aktivitasnya, termasuk sejumlah buku yang ditulisnya, ia ingin mensosialisasi masalah seks secara luas. Karena itulah, ia tidak hanya menulis di media kelas menengah ke atas, tapi juga Pos Kota sampai sekarang. Tapi, kerap tantangan menghadangnya berkenaan dengan sikap masyarakat yang menganggap pembahasan seks secara terbuka bisa merusak moral. €œJustru keinginan saya, terutama kepada anak muda, adalah agar mereka tidak berhubungan seks sebelum nikah. Namun, bagaimana kalau sudah terjadi? Hal inilah yang dibahas, agar orang mendapat pelajaran dan lebih bertanggungjawab,€ kata pria yang hobi membaca ini.
Kesuksesannya ini tak lepas dari kiatnya: mengerjakan sesuatu tidak pernah setengah-setengah. Dan, orangtuanya telah menanamkan kerja keras. Namun dampaknya, €œSaya melupakan hal yang lain, sampai-sampai istri saya protes. Praktis dalam beberapa tahun tidak ada yang saya lakukan kecuali mempelajari seks,€ kata pengagum Abraham Lincoln ini.
Sebagai seksolog, ia melihat bahwa sekarang masyarakat semakin peduli terhadap kesehatan seksual. €œTrend yang berkembang, masa tua tidak dianggap sebagai akhir dari aktivitas seks. Sebaliknya, orang mulai berobat dan merawat fisiknya, agar seks bisa dilakukan sepanjang hidup,€ katanya. Ia pun mengaku, €œSaya justru lebih menikmati seks sekarang, di saat sudah tua karena kami lebih rileks dan anak-anak sudah dewasa.€
Di rumahnya yang merangkap sebagai klinik, di Jalan Pakubuwono VI, Naek L. Tobing membuka praktik. Sebagian besar pasiennya adalah pria, karena penyandang gangguan seks adalah pria. €œSecara anatomi pria memang lebih memungkinkan mengalami gangguan. Penis letaknya menonjol, dan ini harus dirawat. Lalu penis juga melakukan penetrasi dan approach yang memerlukan kesehatan. Kalau wanita lebih ringan karena vagina bentuknya lebih sederhana, dan kalaupun ada sedikit gangguan, seks masih bisa berjalan€ ungkapnya.
Di klinik itu pula, Naek pernah mengajari pangantin baru berhubungan seks dengan berbagai posisi. Karena si pria tidak tahu bagaimana berhubungan intim dan pasangannya tak ada apresiasi pula.
Ayah enam anak ini membebaskan anak-anaknya membaca semua bukunya. €œSaya hanya memberikan sex education ke mereka, memberitahu cara memilih pasangan yang tepat, dan lain-lain,€ katanya. Bahkan, suami dokter Mariam E. Aritonang ini membolehkan anak laki-laki menonton film porno. Cuma menontonnya di kamar sendirian. €œAgar sewaktu terangsang, dia melampiaskanya dengan masturbasi, yang tidak banyak efek negatifnya.€
|