
Nama : Siti Nurchaerani Kusumastuti
Lahir : Banda Aceh, 29 Desember 1958
Agama : Islam
Pendidikan : - SD Santa Ursula, Jakarta (1970)
- SMP Santa Ursula, Jakarta (1973)
- SMA Santa Ursula, Jakarta (1976)
- Institut Kesenian Jakarta (D3, 1981)
- Institut Kesenian Jakarta (S1, 1987)
- Pascasarjana Universitas Indonesia (sedang menyusun tesis)
Karir : Dosen, penari, pemain film dan sinetron
Kegiatan Lain : Pengurus Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 1997-1999
Penghargaan : - Citra Adhikarsa Budaya untuk pelestarian budaya Nusantara
- Wanita Berprestasi di Bidang Seni
Keluarga : Ayah : dr. Sayid Warsito
Ibu : Siti Rektorini
Suami : Ir. H. Febrimansyah Lubis
Anak : Nurizka Aliya Hapsari
Alamat Rumah : Jalan Jabir 11A, Ragunan, Jakarta 12550
Alamat Kantor : Jalan Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat
|
|
Nungki Kusumastuti
Penari dan pemain sinetron ini pernah jatuh saat menari, karena panggungnya bocor, sampai tangannya patah. €œPadahal, ditonton presiden,€ tutur wanita bernama asli Siti Nurchaerani Kusumastuti ini. Pernah juga ketika menari di hadapan tokoh tari dunia, Marthe Graham, ia gugup, hampir tidak bisa bergerak karena grogi. €œWaktu itu saya masih muda, jadi demam panggung. Untungnya bisa cepat diatasi,€ ujar Nungki. Tapi, semua itu jadi pengalaman paling berkesan baginya, termasuk tatkala menari di depan Lady Di, Bill Clinton, dan Corry Aquino.
Semua kesempatan itu tak pernah dibayangkan ketika Nungki masih kanak-kanak. Anak keempat dari lima bersaudara ini memang sudah belajar menari sejak umur lima tahun, tapi awalnya hanya karena menuruti keinginan orangtuanya, yang memang suka menari, agar si anak dapat mengenal seni. Ayahnya, Sayid Warsito, seorang dokter yang kemudian jadi tentara, memang suka pada kesenian. Lama-lama Nungki menyenanginya dan kemudian berkembang jadi terbiasa. Untuk itu, ia aktif di sanggar dan kursus tari saat masih duduk di SMP dan SMA.
Setelah lulus SMA, ia gagal masuk Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung. Karena patah arang, Nungki masuk Institut Kesenian Jakarta (IKJ) jurusan tari. Kini Nungki sedang menyelesaikan tesis tentang antropologi tari di Pascasarjana UI. €œSaya menganggap bahwa tari tidak hanya sekadar hobi tapi bisa dijadikan profesi,€ ujarnya. Orangtuanya pun oke-oke saja. Dan, Nungki bertekad jadi penari plus: penari yang juga pemikir dunia seni.
Selain kerja keras dan ia menyadari punya talen, Nungki percaya pada faktor keberuntungan. Ketika ikut audisi menari dalam rangka kunjungan ke luar negeri atau ke daerah-daerah, ia termasuk yang lolos. Ia dapat kesempatan pula menari di beberapa festival.
Selain menari, kesibukan Nungki antara lain kuliah, syuting untuk sinetron, dan mengajar mata kuliah apresiasi seni pertunjukan, literatur tari, dan manajemen tari di Institut Kesenian Jakarta.
Nungki menikah dengan Febrimansyah Lubis, pada 2 Maret 1987, dan dikaruniai seorang anak, Nurizka Aliya Hapsari. Anaknya sudah dikenalkan pada kesenian, terutama tari. €œAgar menjadi lebih peka terhadap lingkungan dan menjadikan dia lebih manusiawi,€ kata wanita yang baru menunaikan ibadah haji ini.
|