Nama : H. TEUKU HADI THAYEB
Lahir : Peureulak, Aceh Timur, 14 September 1922
Agama : Islam
Pendidikan : - HBS, Jakarta (1940)
- Fakultas Kedokteran UI (tidak selesai, 1942)
Karir : - Pemimpin Kantor Urusan Indonesia (1942-1945)
- Anggota Senendan (Barisan Pemuda (1944-1945)
- Pegawai Departemen Luar Negeri (1945-1981)
- Sekretaris I KBRI Paris (1952)
- Dubes RI di Meksiko (1958-1960), Italia (1961-1965), Polandia (1970-1974), Arab Saudi (1979-1981)
- Menteri Perindustrian Dasar, Tekstil dan Kerajinan (1966- 1967)
- Wakil Gubernur Lemhanas (1974-1979)
- Gubernur Aceh (1981 -- sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Zapakeh 1, Banda Aceh
Alamat Kantor : Jalan Teuku Nyak Arief, Banda Aceh Telp: (0651)-440
(0651)-418
|
|
H. TEUKU HADI THAYEB
Ketika sedang menjabat duta besar di Arab Saudi, 1981, ia dipanggil pulang dan diberi jabatan Gubernur Daerah Istimewa Aceh. Hadi Thayeb, yang semestinya masih bertugas di Arab Saudi sampai 1983, mengibaratkan perpindahan jabatan itu sebagai pindah ruangan saja. "Dari Mekkah ke Serambi Mekkah," katanya sambil tertawa.
Provinsi paling barat di tanah air ini memang dikenal dengan julukan "Serambi Mekkah". Di "serambi" ini, penjajah Belanda tidak pernah memiliki stabilitas. Akibat sampingnya, "Di sini tidak banyak gedung megah peninggalan Belanda," ujar Hadi. Juga pembenahan wilayah jadi terlambat. Apalagi, setelah Belanda pergi, daerah yang masyarakatnya menganut Islam secara kuat ini mengalami rusuh oleh pemberontakan. Baru setelah Orde Baru, Aceh bisa membenahi diri. "Sekarang Aceh menggalakkan pembangunan di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan," kata Hadi Thayeb.
Provinsi ini pun terbuka untuk transmigran dari daerah lain. "Kehadiran transmigran sangat diharapkan dalam mempercepat proses pembangunan di Aceh secara menyeluruh. Tetapi yang dibutuhkan, transmigran terampil yang dapat memindahkan ilmunya kepada penduduk Aceh," katanya. Dalam hal transmigran ini, Gubernur pernah mengkritik Kanwil Departemen Transmigrasi Aceh yang dinilainya kurang tepat meneliti daerah permukiman. Akibatnya, sebagian penghuni proyek transmigrasi Simpang Empat Sebulussalam, Kabupaten Aceh Selatan, meninggalkan lokasi. Lahan yang disediakan ternyata tidak tepat untuk pertanian.
Di masa kecil, ia bercita-cita menjadi dokter -- sebagaimana kemudian adik kandungnya, Syarif Thayeb, bekas Menteri P dan K yang kini anggota DPA. Masuklah Hadi ke Sekolah Tinggi Kedokteran (FK-UI sekarang) di Jakarta. Tetapi, ia tidak bisa meneruskan sekolah, karena Jepang datang. Hadi lalu bekerja di kantor Dai Nippon sambil bergabung dalam front antifasis Jepang.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Hadi diajak masuk ke Departemen Luar Negeri RI oleh Mr. Achmad Subardjo. Mula-mula ia berkantor di sebuah garasi, dengan meja dan kursi dari peti kosong. Beberapa bulan kemudian, mulailah Hadi bertugas di luar negeri, pertama kali di Prancis. Setelah itu menjadi duta besar di Italia, Meksiko, Polandia, dan terakhir di Arab Saudi. Di sela-sela itu, ia pernah setahun (1966-1967) menjadi Menteri Perindustrian Dasar, Tekstil, dan Kerajinan.
Putra pejuang Teuku Haji Mohd. Thayeb ini memang sejak kecil di Jakarta, mengikuti ayahnya yang "diasingkan" Belanda dari Aceh. "Sebenarnya, Ayah hendak dibuang ke Tanah Merah, Irian," kata Hadi. Teuku Haji Thayeb, yang populer dipanggil Teuku Tjhik Peureulak, meninggal di Jakarta, 1957. Hadi anak kelima dari delapan bersaudara.
Ayah tiga anak dan kakek sejumlah cucu ini gemar memancing, memotret, dan menikmati pemandangan alam.
|