Nama : HARJONO TJITROSOEBONO
Lahir : Malang, Jawa Timur, 30 November 1922
Agama : Islam
Pendidikan : - SD, Yogyakarta (1936)
- SMP, Yogyakarta (1939)
- SMA, Yogyakarta (1942)
- Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
- Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta (1956)
Karir : - Ketua Senat Fakultas Hukum UGM
- Ketua Perhimpunan Mahasiswa Yogyakarta
- Ketua Himpunan Mahasiswa Djakarta
- Ketua Umum Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI, 1966)
- Anggota DPR/MPR-RI (1967-1968)
- Wakil Ketua (1977-1985), kemudian Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) (1985-sekarang)
- Ketua Umum Persatuan Advokat Indonesia (Peradin) (1980-1985)
- Ketua Umum Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin) (1985-sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Plaju 1, Jakarta Pusat Telp: 323946
Alamat Kantor : Jalan Hayam Wuruk 8, Jakarta Pusat Telp: 342648
|
|
HARJONO TJITROSOEBONO
Berkaca mata tebal, dikenal renyah ketawanya, bicaranya pun cukup berani. Ketika Menteri Kehakiman Ali Said mengajukan RUU Peradilan Administrasi pertengahan 1982, Harjono menilai, "RUU itu tidak sehebat namanya. Seperti daging yang telah dipotong- potong, didendeng, kemudian dipotong-potong lagi sampai habis."
Namanya lebih dikenal lagi ketika Ketua Umum Peradin ini terpilih sebagai Ketua Umum DPP Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin), 1985. Ikadin menjadi satu-satunya wadah advokat di Indonesia. Tetapi, organisasi hukum yang sudah ada, seperti LBH, akan tetap dibiarkan berkembang hingga bisa menyesuaikan diri. "Akhirnya, kelompok atau organisasi yang ada sebelum Ikadin tidak diperlukan lagi," katanya.
Hari, yang tamat sekolah dasar sampai lanjutan atas di Yogyakarta itu, ketika revolusi pecah ikut berjuang di bawah panji Korps Mahasiswa Jawa Timur. Pada suatu ketika, di Gubeng, Wonokromo, di suatu rumah ia bersama rekannya diberondong belanda. Namun, Hari bisa menyelamatkan diri. "Wah, gila. Peluru berdesingan hanya beberapa sentimeter di atas kepala," tuturnya.
Kendati gelar sarjana hukum diperolehnya dari UI, ia sempat kuliah di Fakultas Hukum UGM. Di Jakarta, ia pernah memimpin Gerakan Mahasiswa Djakarta (GMD), dan sebagai wakil yang aktif dalam Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI). Setelah 1965, ia menjadi Ketua Umum Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia.
Ketika peristiwa Malari 1974, tiga hari berturut-turut Hari selalu dijemput orang yang mengaku petugas. Tetapi, orang itu malah dibuat repot oleh Hari: "Siapa yang menugasi? Mana surat penugasannya?" Dan, penjemput itu tidak bisa menjawab.
Sebagai pengacara beken, Hari selalu tampil dengan pakaian necis sehingga kelihatan awet muda. Tiap hari sibuk melayani klien, dan ia pun gigih membela. Berbagai macam kasus telah ditanganinya. Misalnya, kasus mahasiswa ITB yang terlibat penulisan "buku putih", peristiwa tenggelamnya kapal Tampomas II, dan banyak perkara kelas kakap lainnya.
Pada 1985, Hari pula yang diangkat menjadi Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), menggantikan Prof. R. Subekti, S.H., yang sudah tua. Ia salah satu pendiri BANI, yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdata yang timbul dalam perdagangan, industri, keuangan, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Putra R.S. Tjitrosoebono ini merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah aktivis Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Hari sendiri pernah menjadi anggota DPR pada awal Orde Baru.
Dari perkawinannya dengan Setia Adiati, Hari kini ayah 3 anak, yang semuanya sudah besar. Ia gemar berolah raga, antara lain renang, sepak bola, golf, selain suka membaca buku-buku filsafat, dan mendengarkan musik.
|