Nama : HERAWATI DIAH
Lahir : P. Biliton, 3 April 1917
Agama : Islam
Pendidikan : - ELS (Europese Lagere School), Jakarta
- Lyceum, Jakarta
- Barnard College, Columbia University, New York (1941)
- Fakultas Hukum UI, Jakarta (1955-1957)
- School of Oriental & African Studies, London (1962-1963)
Karir : - Stringer UPI di Jakarta (1941-1942)
- Sekretaris Menteri LN Kementerian Luar Negeri RI (1945-1946)
- Reporter harian Merdeka (1946-1948)
- Editor mingguan majalah Merdeka (1948-1952)
- Editor/Publisher majalah Keluarga (1952-1980)
- Editor/Publisher harian Indonesian Observer (1954-1959/1968 -- sekarang)
- Direktur Utama NV Kresna Trading Co. Ltd. (1969 -- sekarang)
- Wakil Direktur Utama PT Masa Merdeka (1969 -- sekarang)
- Direktur Utama PT Hotel Prapatan (1969 -- sekarang)
Kegiatan Lain : - Pendiri Yayasan Mitra Budaya Indonesia (1967)
- Pendiri Himpunan Wastraprema (1976)
- Pendiri Himpunan Ratna Busana (1972)
- Pembina Iwapi (1975 -- sekarang)
- Anggota IFPC (Unesco) (1977-1983)
- Anggota Kehormatan Ria Pembangunan (1977 -- sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Patra Raya L-I, Kuningan, Jakarta Selatan Telp: 511925
Alamat Kantor : PT Hotel Prapatan Jalan Prapatan 44-46-48, Jakarta Pusat Telp: 365956, 376008
|
|
HERAWATI DIAH
Pengangkatan B.M. Diah sebagai menteri penerangan, 1968 -- setelah tujuh tahun menjadi duta besar -- menjadi semacam "ganjalan" bagi Herawati. Merasa "risi" kembali aktif sebagai wartawati, Hera mencoba melihat kemungkinan lain.
Di depan patung "Pak Tani" di Jalan Prapatan, Jakarta, Herawati kebetulan mewarisi dari ayahnya sebidang tanah, yang kemudian sudah dibeli suaminya. Dahulu ia pernah berniat mendirikan rumah sakit di sana. "Bikin hotel saja," usul kedua saudara kandungnya. Lewat PT Parapatan Hotel, dibangunlah Hotel Aryaduta, 1970.
Hotel berbintang empat itu dikelola oleh Hyatt, perusahaan perhotelan Amerika. Karena itu, Herawati berdalih, pihak Hyatt- lah yang tahu persis berapa omset dan aset Aryaduta. Ia sebagai pemilik hanya menjadi pengawas, dan mengurus pinjaman bank. Persaingan dengan hotel-hotel lain -- terutama yang berbintang empat -- ditanggulangi lewat peningkatan pelayanan dan fasilitas. Jumlah kamar yang tadinya 220 berkembang menjadi 350 -- berikut perluasan lapangan parkir yang selama ini merupakan kesulitan. Berlantai 17, Aryaduta mempekerjakan 388 karyawan.Membicarakan suksesnya, Herawati selalu mengenang jasa dua orang. Pertama ayahnya, Dokter Raden Latip, yang menyekolahkannya sampai ke Barnard College, Universitas Columbia, New York, AS. Pada musim panas ia belajar jurnalistik di Universitas Berkeley, California. Herawati adalah wanita Indonesia pertama yang belajar di Amerika Serikat.
Ketika Negeri Belanda diduduki Jerman dalam Perang Dunia II, hubungan ke Indonesia terputus. Ia lalu menjadi waitress di kantin sekolah, dan dengan itu membiayai sekolahnya selama dua tahun. Kembali ke Indonesia, Hera bekerja sebagai stringer di kantor berita UPI International. Jepang masuk, ia pindah ke Radio Jepang, Hoso Kyoku. Di sini ia bertemu dengan B.M. Diah, rekan sesama penyiar.
Setelah menikah, Herawati tadinya ingin mengurus rumah tangga saja. "Sayang 'kan, sudah jauh-jauh sekolah, ngapain kamu di rumah?" katanya menirukan ucapan suaminya. Bekas sekretaris pribadi Achmad Soebardjo (pamannya sendiri) ini lalu bekerja sebagai reporter harian Merdeka, yang dipimpin Diah sendiri. Di sini ia kemudian menjadi editor. Ia juga pendiri dan editor majalah Keluarga, dan harian berbahasa Inggris Indonesian Observer. Pada penerbit PT Masa Merdeka, Herawati menjabat wakil direktur utama. Pendiri Yayasan Mitra Budaya ini mempunyai tiga anak, semua mendapat pendidikan di luar negeri.
|