Nama : ABDUL GAFUR TENGKU IDRIS
Lahir : Halmahera, Maluku Utara, 20 Juni 1938
Agama : Islam
Pendidikan : - Sekolah Dasar, Halmahera (1945)
- HIS (1947)
- SMP, Ternate (1956)
- SMA, Jakarta (1959)
- FK UI, Jakarta (1966)
- Sekolah Dasar Perwira, Solo (1970)
Karir : - Aktivis IPPI di Ternate (1955-1956)
- Ketua Umum Pelajar SMA III B (1957-1958)
- Anggota HMI (1959)
- Bendahara Senat FK UI (1963-1964)
- Wakil Ketua Dewan Mahasiswa UI (1963-1965)
- Ketua Presidium KAMI UI/Pembantu Umum KAMI Pusat (1966)
- Kepala Seksi Kesehatan Umum RSAU di Malang (1967-1968)
- Wakil Koordinator Pemuda Golkar (1971)
- Dokter AURI di Kalimantan (menumpas Komunis)
- Kepala Poliklinik KB RSAU Surabaya (1969-1979)
- Wakil Presiden Majelis Pemuda Sedunia/Wakil Presiden Dewan Pemuda Asia (1972-1976)
- Ketua KNPI (1973)
- Anggota DPR Fraksi ABRI (1972-1978)
- Menmud Urusan Pemuda (1978-1983)
- Menpora (1983-sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Jenderal S. Parman, Kompleks Perumahan Pejabat Tinggi No. M-2A, Jakarta Telp: 591987
Alamat Kantor : Jalan Pintu VIII Senayan, Jakarta Pusat Telp: 588317
|
|
ABDUL GAFUR TENGKU IDRIS
Sekitar satu windu menjadi menteri -- lima tahun di antaranya sebagai menteri muda -- Abdul Gafur masih bersemangat seperti tahun 1965-1966 dahulu. Bicara dan pidatonya masih bergelora, diiringi tangan yang mengepal dan mengacung-acung. Bersama sosok tubuhnya yang kekar, dan sering hanya memakai baju kaus dalam acara setengah resmi, penampilannya itu tampak serasi dengan jabatannya sebagai Menteri Negara Urusan Pemuda dan Olah Raga.
Dalam masa kepemimpinannya itu, animo dan kegiatan olah raga di Indonesia terasa mengalami kenaikan. Lewat slogan, Memasyarakatkan Olah Raga dan Mengolahragakan Masyarakat dan Tiada Hari tanpa Olah Raga, orang semakin rajin melakukan senam pagi dan lari pagi. Walaupun dengan susah payah, Piala Thomas, sebagai salah satu lambang keunggulan di bidang bulu tangkis, kembali direbut dari tangan Cina, 1984. Prestasi olahragawan bridge mencapai tingkat dunia, dan seorang juara tinju dunia telah lahir, Ellyas Pical.
Kegiatan pemuda semakin terkonsentrasikan di KNPI, seiring dengan masuknya Komite Nasional Pemuda Indonesia itu dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Tetapi sebagai wadah yang diharapkan mampu menumbuhkan kebersamaan, persatuan, dan kesatuan kaum pemuda, menurut Gafur, KNPI tidak usah menjadi lembaga yang bersifat monolit. "Itu tidak boleh terjadi," ujarnya.
Pria berambut keriting itu dilahirkan di Halmahera, Maluku Utara. Di pihak ayahnya mengalir darah pejuang Aceh, yang dibuang ke Maluku karena bergabung dengan pasukan Teuku Umar. Di sanalah ayahnya bertemu ibunya, yang kemudian membuahkan sembilan anak. "Dalam darah saya terpadu dua watak yang sama keras, Aceh dan Ambon," ujar Gafur, si anak keenam, yang mengaku kadang-kadang bisa marah dengan meledak-ledak.
Anak pedagang kecil ini mengaku sejak dari kanak senang membaca riwayat orang-orang besar. Tidak heran kalau cita- citanya cukup tinggi dipandang dari latar belakang keluarganya itu: ingin menjadi dokter -- yang diakuinya terus terang ketika seorang gurunya bertanya. "Semua teman bersorak mengejek dan mengatakan tidak mungkin, karena saya anak orang miskin," kata Gafur tentang masa kanaknya. Mereka juga tahu ibunya wanita sederhana yang tidak bisa baca tulis huruf Latin.
Tetapi wanita sederhana itu pula yang mendukung cita-cita Gafur. Pindah ke Jakarta sejak duduk di SMA, ia kemudian masuk Fakultas Kedokteran UI, yang diselesaikannya pada 1966. Pemuda yang sudah terbiasa berorganisasi sejak SMP ini melesat namanya ketika berlangsung aksi mengganyang Orde Lama, 1966. Ia mengaku sebagai salah seorang pengambil inisiatif pengganyangan organisasi mahasiswa CGMI/PKI dengan menemui Syarif Thayeb, ketika itu Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), "Kami minta CGMI dibubarkan di seluruh Indonesia, dan Pak Syarif Thayeb langsung melakukannya," kata bekas aktivis HMI ini.
Bergabung dengan TNI-AU, 1964, dengan pangkat letnan muda pelajar, ia pernah bertugas di Kalimantan pada saat penumpasan gerombolan komunis Paraku. Sejak 1972, Gafur menjadi anggota DPR dalam Fraksi ABRI, dan enam tahun kemudian diangkat sebagai menteri muda urusan pemuda.
Di bidang olah raga, SEA Games 1985 di Bangkok dan Asian Games 1986, dinyatakannya sebagai sasaran utama peningkatan prestasi. Di SEA Games harus mempertahankan gelar juara umum, dan di Asian Games harus meningkatkan posisi dari urutan keenam ke urutan kelima. Tetapi target ke SEA Games 1985 meleset. Indonesia hanya menjadi juara kedua. Di Olimpiade 1988, Indonesia ditargetkan meraih medali. "Minimal sebuah medali perunggu," kata Gafur, yang senang main tenis, berenang, dan jogging.
Dari pernikahannya dengan Emma Rachman, yang meninggal pada Januari 1984, Bung Gafur atau Bang Gafur -- panggilan yang paling disenanginya -- dianugerahi tiga anak.
UPDATE 2003:
Di akhir masa jabatannya sebagai Menpora, Abdul Gafur menulis buku Pak Harto, Pandangan dan Harapannya. Buku setebal 537 halaman itu diluncurkan pada akhir Januari 1988. Empat tahun kemudian, Desember 1992, Gafur meluncurkan buku karangannya, biografi Tien Soeharto, berjudul Gafur Biografi Siti Hartinah Soeharto, Ibu Utama Indonesia. Kali ini tebalnya tidak kalah dengan buku pertama, setebal 572 halaman.
Setelah tidak menjadi Menpora, Mei 1988, Gafur menjadi pemimpin umum harian Pelita. Selama dalam kepemimpinannya, harian Pelita pernah mengalami gonjang-ganjing. Manajemen melakukan perampingan SDM. Sejumlah wartawan dikenai pemutusan hubungan kerja (PHK), 1992. Bahkan, salah seorang dari 13 karyawan Pelita yang di-PHK, Zulvan Z.B. Lindan, menggugat menggugat PT Pelita Persatuan dan Abdul Gafur.
Selain di Pelita, Gafur juga menerbitkan majalah Sinar bersama pengusaha Sudwikatmono, 1993. Bersama istrinya, Kemala Motik, Gafur juga memiliki perusahaan transportasi Dian Taksi.
Selama lima tahun sejak tidak menjabat menpora, namanya sempat tenggelem di dunia politik. Tetapi, pada Munas Golkar 1993, namanya muncul kembali sebagai calon pengurus DPP Golkar. Akhirnya Gafur terpilih sebagai salah satu ketua DPP, untuk periode kepengurusan 1993-1998. Pada 1997-2002, Gafur menjabat Wakil Ketua MPR/DPR, membawahi bidang ekonomi dan keuangan.
|