Nama : AWALUDDIN DJAMIN
Lahir : Padang, Sumatera Barat, 26 September 1927
Agama : Islam
Pendidikan : - SMP, Padang (1945)
- SMA, Bukittinggi (1948)
- Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta (1955)
- Universitas Pittsburg, AS (Master of Public Administration)
- Universitas Southern California, AS (Doktor, 1963)
Karir : - Komisaris Polisi Tingkat I, Jawatan Kepolisian Negara, Jakarta (1955)
- Kepala Seksi Umum Sekretariat Jawatan Kepolisian Negara (1958)
- Lektor Luar Biasa dan Guru Besar PTIK dan Seskopol (1964- sekarang)
- Direktur Kekaryaan Departemen Angkatan Kepolisian (Depak), Jakarta (1964)
- Anggota DPR-GR (1964-1966)
- Anggota Musyawarah Pembantu Perencana Pembangunan Nasional (1965)
- Menteri Tenaga Kerja (1966)
- Deputi Panglima Angkatan Kepolisian (1968)
- Penasihat Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara (1968)
- Dosen Sekolah Staf dan Pimpinan Pekerjaan Umum (1968)
- Ketua Dewan Penasihat Ahli Menteri Tenaga Kerja (1968)
- Direktur Lembaga Administrasi Negara (1970-1976)
- Duta Besar RI untuk Jerman Barat (1976-1978)
- Kepala Kepolisian RI (1978-1982)
- Guru Besar Tidak Tetap Universitas Indonesia (1982-sekarang)
- Rektor Universitas Pancasila (1983-sekarang)
- Ketua Dewan Pengawas Perum Astek (1983-sekarang)
- Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1983-sekarang)
Alamat Kantor : Jalan Merdeka Utara 17, Jakarta Pusat
|
|
AWALUDDIN DJAMIN
Rambutnya yang ikal tampak mulai memutih. "Inilah hadiah selama menjadi Kapolri," kata Awaluddin Djamin. "Sewaktu menjadi duta besar di Bonn, belum satu pun yang putih," ia menambahkan. Ketika ia dilantik sebagai Kepala Kepolisian RI, 26 September 1978, kondisi kepolisian di negeri ini tengah dirundung berbagai soal. Antara lain, citra hamba hukum ini di mata masyarakat kurang menggembirakan.
Delapan tahun ia meninggalkan tugas kepolisian, yaitu sejak Desember 1970, saat diangkat menjadi Direktur Lembaga Administrasi Negara. Kembali ke lingkungannya lagi, Awaluddin merasa perlu latihan baris-berbaris di Mabak. Maka, sebelum ia dilantik oleh Presiden, Menhankam (waktu itu) Jenderal Jusuf sempat berkelakar, "Bagaimana, sudah pintar berbaris?"
Urusan kepolisian yang kemudian ditanganinya sangat jauh lebih berat dari sekadar berbaris. Setelah mempelajari situasi dengan saksama, jenderal lulusan ilmu administrasi ini mengeluarkan berbagai kebijaksanaan dalam rangka membenahi Polri. Ribuan anggota Polri yang ketahuan melakukan pelanggaran ditindaknya dengan tegas. Sistem keamanan lingkungan (siskamling) -- gagasan yang mengikutsertakan masyarakat menjaga keamanan lingkungannya -- berhasil meredakan kejahatan di lingkungan permukiman.Pada 12 Juni 1982, ia dikukuhkan sebagai guru besar tidak tetap pada Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Pidato pengukuhannya berjudul Praktek Administrasi Negara Republik Indonesia dan Perkembangan Ilmu Administrasi.
Selesai SMA di Bukittinggi, anak sulung Pak Djamin ini meneruskan pendidikan ke Fakultas Ekonomi UI -- tapi hanya setahun. Ia lantas masuk Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, lulus 1955. Mengikuti program Graduate School of Public and International Affair di Universitas Pittsburg, AS, dan mendapat gelar M.P.A. Gelar doktor dari School of Public Administration, Universitas California Selatan ia dapatkan pada 1963.
Di masa perjuangan, ia terdaftar sebagai anggota Tentara Pelajar (TP) dan bergerilya di kawasan Koto Tinggi dan sekitarnya, di Sumatera Barat. Setelah Aksi Militer Kedua, Pemerintah Darurat RI (PDRI), atas mandat pusat, melanjutkan perjuangan dengan cara bergerilya sekaligus berpangkalan di daerah itu. Awaluddin bergabung, sekalipun, seperti dikatakannya sendiri, "Saya apalah waktu itu, masih ingusan. Dari pemerintah RI, ia mendapat Bintang Bhayangkara Nararya, Satya Lencana Peringatan Kemerdekaan RI, dan Bintang Mahaputra Adiprana. The Philippine Legion of Honor ia terima dari Filipina, dan Tanda Kehormatan Grosskreuz Des Bundesverdinsterdens dari Republik Federasi Jerman.
Menikah dengan Poppy, putri Almarhum Ir. Djuanda, dan dikaruniai tiga putri.
UPDATE:
Pensiun sebagai Kapolri, kesibukan Awaluddin Djamin tetap padat. Ia menjadi Rektor Universitas Pancasila dari 1983 sampai 1995, selain menjabat Ketua Dewan Pengawas Perum Astek, Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1983-1988). Walau demikian, ia masih menyisakan waktunya untuk memperhatikan institusi yang telah membesarkan namanya. Awaloeddin pun kerap memberi masukan atau kritik, diminta atau tidak, kepada para petinggi Polri.
|