Nama : ARDIANSYAH
Lahir : Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 5 Desember 1951
Agama : Islam
Pendidikan : - SDN Dinoyo di Surabaya (1965)
- SMPN III di Surabaya (1969)
- SMOAN di Banjarmasin (1972)
Karir : - Mendapat gelar Grandmaster Result di Olimpiade Luzern (1982)
- Pemain Asia keempat yang berhasil masuk dalam 241 pemain dunia dengan elo rating minimal 2450
- Meraih Piala Kristal di Polandia (1983)
Kegiatan Lain : - Pegawai Honorer Kota Madya Banjarmasin (1970- 1972)
- Pegawai Honorer PT Adiguna Shipyard Surabaya (1974-1975)
- Karyawan Bank Negara Indonesia 1946 (1976-1978)
- Karyawan Bank Negara Indonesia 1946 (1984 -- sekarang)
Alamat Rumah : Perumnas Klender Blok 77 No. 16, Jakarta Timur
Alamat Kantor : Bank Negara Indonesia 1946 Jalan Gatot Subroto 55, Jakarta Telp: 584910
|
|
ARDIANSYAH
Ibunya wafat ketika Ardiansyah berusia 11 tahun. Tetapi, peristiwa itulah yang membuat ia berkenalan dengan dunia catur. Pasalnya, ayahnya, Rasjid Anang Acil -- seorang pedagang -- untuk mengisi hari-hari pertama dalam suasana duka, sering bermain catur bersama para kerabat yang berdatangan. Ardiansyah selalu menonton. "Lama-lama saya bisa memainkannya. Bahkan, kadang-kadang saya ikut membantu langkah-langkah Ayah," tutur anak kedua dari enam bersaudara ini.
Menginjak usia 15, Ardiansyah ikut dalam Invitasi Catur Nasional di Jakarta -- untuk memilih pemain yang akan dikirim ke Olimpiade Havana. Dari 13 babak, ia mendapat 9 point.. "Setengah point lagi saya dapat tiket ke Havana," katanya.
Gagal ke Havana tidak berarti mundur bagi Ardiansyah. Prestasinya kemudian mengantarkannya ke tujuh Olimpiade -- dan pada semua acara kelas dunia itu ia selalu berhasil memperoleh lebih dari 50% point.
Pada Olimpiade Lucerne, Swiss, 1982, Ardiansyah berhasil meraih gelar Grandmaster Result. "Tinggal selangkah lagi, saya mendapat Grandmaster penuh," katanya. Tetapi, selangkah berarti, menurut peraturan FIDE, federasi catur dunia, harus bertanding 20 babak lagi menghadapi para jago dunia kategori VII. November 1985, gelar GM Result Ardiansyah berakhir.Pada Olimpiade Thesaloniki, Yunani, 1984, ia mestinya punya kans untuk meraih GM penuh. Namun, lagi-lagi, gagal. Sebabnya, antara lain, seperti dikatakannya sendiri, "Beban mental." Konsentrasinya terganggu karena terlalu banyaknya anggota rombongan Indonesia yang ikut. SK dari KONI menyebutkan 20 orang, tetapi yang berangkat 40. "Terlalu banyak supporter," katanya kesal.
Ardiansyah, dengan elo rating 2.450, menjadi pemain Asia keempat yang berhasil masuk dalam 241 pemain dunia dengan elo rating minimum 2.450. Laki-laki perokok berat ini satu-satunya pecatur Indonesia yang memiliki piala kristal, dari Polandia, 1983. Sebagai andalan nasional, ia sudah melanglang ke empat benua dan sekitar 20 negeri -- kecuali Afrika.
Ternyata, kecemerlangannya dalam catur tidak berarti hidupnya berkecukupan. Untuk hidup, Ardiansyah -- terakhir karyawan BNI 1946 golongan III B -- dulu pernah mencoba berdagang beras. Menempati rumah susun Perumnas Klender saja baru terlaksana akhir 1984. Bertahun-tahun sebelumnya ia mengimpikan tinggal di rumah sendiri -- ya, di Perumnas Klender itu.
Ia menikah dengan Luluk Sriwinarsih Safitri, 11 Mei 1982. Ini pernikahannya yang kedua. Sebelumnya dengan Dewi Suud -- bercerai, "karena tidak ada kecocokan," kata pengagum Anatoly Karpov dan Boby Fischer ini. Dua anaknya hasil perkawinan yang pertama.
UPDATE : 2003
Sampai kini, Ardiansyah masih bermain catur. Terakhir, pada 2002, ia bertanding di Turnamen Catur Golkar Solo Gajah Mada Cup II 2002. Ratingnya, per 1 Oktober 2002, menduduki ranking ke-8 dengan elo rating: 2407.
|