A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Seto Mulyadi




Nama :
Seto Mulyadi

Lahir :
Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951

Agama :
Islam

Pendidikan :
- Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (S1, 1981)
- Program Pascasarjana Universitas Indonesia (Magister bidang psikologi, 1989)
- Program Pascasarjana Universitas Indonesia (doktor bidang psikologi, 1993)


Karir :
- Pendiri dan Ketua Yayasan Mutiara Indonesia (1982-sekarang)
- Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Nakula Sadewa (1984-sekarang)
- Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta (1994-1997)
- Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (1998-sekarang)


Kegiatan Lain :
- Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia (1983-1985)
- Director at-large International Council of Psychologists (1985)
- Anggota International Society for Twins Studies (1985-sekarang)
- Anggota Creative Education Foundation (1993-sekarang)
- Anggota World Council for Gifted & Talented Children (1994-sekarang)


Karya :
Karya Buku : Anakku, Sahabat, dan Guruku (1997)

Penghargaan :
- Orang Muda Berkarya Indonesia, kategori Pengabdian pada Dunia Anak-anak dari Presiden RI (1987) - The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International (1987) - Peace Messenger Award, New York, dari Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar (1987) - The Golden Balloon Award, New York; kategori Social Activity dari World Children's Day Foundation & Unicef (1989)

Keluarga :
Ayah : Mulyadi Effendy Ibu : Mariati Istri : Deviana Anak : 1. Eka Putri Duta Sari 2. Bimo Dwi Putra Utama 3. Shelomita Kartika Putri Maharani 4. Nindya Putri Catur Permatasari

Alamat Rumah :
Jalan Taman Cirendeu Permai 13, Jakarta 15419

Alamat Kantor :
Jalan Taman Cirendeu Permai 13, Jakarta 15419

 

Seto Mulyadi


Akibat kebandelannya, Seto kecil pernah jatuh saat bermain sampai kening kirinya sobek. Untuk menutupi bekas jahitan, potongan rambutnya dibuat ala Beatles. Sampai dewasa, ketika sudah jadi Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi tetap setia dengan model rambutnya.

Akibat kesulitan ekonomi sepeninggal ayahnya, Mulyadi€”direktur perusahaan perkebunan negara di Klaten€”pada 1966, Seto terpaksa dititipkan ke rumah bibinya di Surabaya, bersama kakak dan saudara kembarnya, Kresno. Melanjutkan sekolahnya di SMA St. Louis Surabaya, bukannya tanpa kendala. Untuk meringankan beban bibinya, juga buat memenuhi biaya sekolah, Tong€”panggilan akrab Seno dalam keluarganya€”nyambi jadi pengasong di jalan-jalan selepas sekolah. Ia aktif pula mengisi sebuah rubrik untuk anak-anak di majalah terbitan Surabaya, Bahagia. €œDi situ saya mulai memakai nama Kak Seto,€ ujarnya. Sejak itulah, dan sampai sekarang, ia dikenal dengan panggilan Kak Seto.

Walau sekolah sambil bekerja, Seto tetap bisa aktif di OSIS bersama kembarannya. Bahkan rapornya selalu bagus. Tapi, cita-citanya jadi dokter kandas, tatkala tak diterima di fakultas kedokteran, baik di Universitas Airlangga maupun Universitas Indonesia. Sementara Kresno diterima di kedokteran dan kakaknya, Ma'ruf, masuk Akabri, Seto memendam kekecewaan. €œHidup seperti itu membuat saya tertekan hingga akhirnya saya memutuskan meninggalkan rumah dan pergi ke Jakarta,€ tuturnya. Subuh, 27 Maret 1970, ia pun berangkat tanpa pamit, hanya meninggalkan surat kepada ibunya.

€œWaktu baru di Jakarta, saya mulai dari bawah, ya, saya kerja jadi pembantu rumah tangga, jadi tukang batu, jadi tukang semir sepatu di Blok M,€ kenang Kak Seto. €œBerat sekali keadaan waktu itu, dibentak-bentak dan dimarahi oleh tuan saya,€ lanjut pria yang merasa tenang bila dekat ibunya ini. Hingga suatu ketika, di rumah tempatnya menumpang, ia tertarik pada acara yang diasuh Bu Kasur di TVRI.

Dan dicarinyalah rumah Bu Kasur, dengan niat ngenger (berguru). Pak Kasur, yang menerimanya, membawanya ke Taman Kanak-Kanak Situ Lembang, Jakarta Pusat. €œAkhirnya saya jadi asisten Pak Kasur,€ tutur Kak Seto. Hingga diterima di Fakultas Psikologi UI€”ia mendaftar di Fakultas ini atas saran Pak Kasur, setelah gagal lagi masuk kedokteran€”dua tahun kemudian, ia masih membantu Pak Kasur, sambil menjadi pembantu dan pengasuh anak di rumah Direktur Bank Indonesia, saat itu, Soeksmono Martokoesoemo.

Bersama Pak Kasur, Seto bisa menumpahkan €œobsesinya€ masa kecil: kecintaan pada anak-anak€”sesuatu yang berawal dari kerinduan datangnya seorang adik, setelah adiknya yang masih tiga tahun meninggal. Pilihannya pun makin mantap di saat mengasuh acara Aneka Ria Taman Kanak-Kanak di TVRI, bersama Henny Purwonegoro. Kak Seto mendongeng, belajar sambil bernyanyi, bermain sulap bersama anak-anak. Dengan bonekanya Si Komo berikut lagunya, ia pun makin lekat dengan anak-anak. Dan, ekonominya pun mulai membaik, hingga setelah menggondol gelar sarjana psikologi, Seto mengundurkan diri dari keluarga Soeksmono.

Kreativitas dan ide Seto makin cemerlang setelah itu. Ia mendirikan sekolah TK Mutiara Indonesia. Juga membentuk Yayasan Nakula-Sadewa yang menghimpun anak-anak kembar yang berasal dari keluarga kurang mampu. Sebagai pakar psikologi anak yang bergelar doktor, selain menjadi dosen di Universitas Tarumanegara, Jakarta, ia kerap menjadi pembicara dalam seminar, menulis artikel, dan buku.

Atas pengabdiannya pada dunia anak-anak, yang sampai kapan pun akan terus dilakukannya, Kak Seto dianugerahai sejumlah penghargaan. Di antara lain Peace Mesengger Award dari Sekjen PBB, Javier Perez de Cuellar, 1987. Kemudian, walau tak pernah terlintas dalam benaknya, sejak 1998 Seto dipercaya sebagai Ketua Komnas Perlindungan Anak (KPA).

Sebagai Ketua Komnas Perlindungan Anak, Seto berharap supaya semua orang menganggap setiap hari adalah hari anak. €œBukan cuma tanggal 23 Juli saja, tapi setiap hari adalah hari untuk anak,€ kata Seto. €œSehingga anak-anak Indonesia sekarang, apalagi yang terpinggirkan, bisa memperoleh hak-haknya sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dan menjadi putra-putri bangsa yang terbaik untuk bangsanya,€ ujarnya lagi.

Ketika terjadi bencana alam gempa dan tsunami di Aceh, Seto Mulyadi termasuk salah seorang yang dibuat kelabakan. Saat itu, ribuan anak terpisah bahkan kehilangan orang tua dan sanak saudara. Di kamp pengungsian, ia memperkirakan jumlah anak bisa mencapai 300 ribu. Lebih mengerikan lagi, anak-anak terlantar ini terancam menjadi korban trafficking alias perdagangan anak. Oleh karena itu buru-buru ia mengingatkan perlunya pelarangan adobsi anak-anak Aceh. "Adobsi anak bisa menjadi pintu bagi perdagangan anak-anak Aceh korban bencana ini" ungkap Seto.

Untuk menolong anak-anak korban bencana di Aceh, Seto berkarya bersama pemerintah merealisasikan pembentukan Trauma Center. Pendirian Trauma Center ini ditujukan untuk menangani gangguan traumatis pada anak-anak Aceh yang menjadi korban bencana alam dasyat tersebut. Apa yang paling cepat membantu menyembuhkan trauma anak? "Adanya cinta, perhatian, dan dunia indah untuk bermain" kata Seto.

Menikah dengan Deviana€”yang usianya terpaut 20 tahun€”pada 1987, kini Seto ayah empat anak. Tepat pada hari pernikahan, di saat tamu berdatangan, pengantin baru Seto-Devi melaksanakan nazarnya: mendongeng di panti asuhan. Walau sangat sibuk, ia berusaha meluangkan waktu untuk berada di tengah-tengah keluarga yang dicintainya. Seperti dalam buku yang ditulisnya, Anakku, Sahabatku, dan Guruku, €œSaya menganggap anak saya itu sahabat sekaligus guru saya,€ katanya.

Motonya: bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai anak-anak. Obsesi yang belum terpenuhi adalah membuat sebuah teori untuk dunia anak baik di Indonesia maupun di dunia.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


SETIJADI | S. BAGIO | S. SARTONO | SABAM PANDAPOTAN SIAGIAN | SABAM SIRAIT | SABDONO SUROHADIKUSUMO | SADJIRUN | SADOSO SUMOSARDJUNO | SAHIRUL ALIM | SAIFUL SULUN | SAL MURGIYANTO | SALAMUN ALFIAN TJAKRADIWIRJA | SALEH AFIFF | SAMADIKUN HARTONO | SAYIDIMAN SURYOHADIPROJO | SETIJATI SASTRAPRADJA | SETO MULYADI (KAK SETO) | SIDARTA ILYAS | SIGIT HARJOJUDANTO | SUDJATMIKO | SINDUDARSONO SUDJOJONO | SELO SOEMARDJAN | SINGGIH DIRGAGUNARSA | SJAHRIAL DJALIL | SINTONG PANJAITAN | SJAMSUL NURSALIM | SJARNOEBI SAID | SISWONO JUDO HUSODO | SLAMET RAHARDJO | SITORESMI PRABUNINGRAT | SLAMET SAROJO | SOEDIGDO Pringgoprawiro | SOEDJATMOKO | SOEBRONTO Laras | SOEDJONO HOEMARDANI | SOEGARDA POERBAKAWATJA | SOEGENG Sarjadi | SOEDARPO SASTROSATOMO | SOEMITRO | SOEHARTO | SOENARIO | SOEKARDI | SOERJANTO POESPOWARDOJO | SOERJONO SOEKANTO | SOERJOSOEMARNO | SOEROSO HADISUWARNO PRAWIROHARDJO | SOFJAN ALISJAHBANA | SOFJAN WANANDI | SORIE ENDA NASUTION | SUBUR BUDHISANTOSO | SUBUR RAHARDJA | SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX | SRIKANDI HAKIM TALIB | SUDHARMONO | SUBAGIO Sastrowardojo | SUDIRO | Said Aqiel Siradj | Saifullah Yusuf | Salim Said | Sangkot Marzuki | Sapardi Djoko Damono | Seno Gumira Ajidarma | Setiawan Djody | Seto Mulyadi | Shanti L. Poesposoetjipto | Siti Hartati Murdaya | Soedradjad Djiwandono | Sri Adiningsih | Sri Sultan Hamengkubuwono X | Sujiwo Tejo | Sukyatno Nugroho | Sumita Tobing | Sundari Soekotjo | Surya Paloh | Suryopratomo | Susilo Bambang Yudhoyono | Sukanto Tanoto


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq