Nama : MANGOMBAR FERDINAND SIREGAR
Lahir : Jakarta, 11 November 1928
Agama : Protestan
Pendidikan : - HIS, Jakarta (1941)
- SMP Negeri, Jakarta (1946)
- SMA PARKI, Bandung (1950)
- Akademi Pendidikan Jasmani, Bandung (1954)
- Springfield College Massachusetts, AS (M.Sc., 1965)
Karir : - Pelatih Renang Klub Tirta Kencana (1950)
- Klub Tirta Merta (1963)
- Klub Tirta Taruna (sekarang)
- Komandan Pusat Latihan Renang Asian Games di Jakarta (1962)
- Wakil Sekjen KONI Pusat (1967-1971)
- Sekjen KONI Pusat (1971 -- sekarang)
- Ketua I PB Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI), sampai 1983
- Ketua Umum PB PRSI (1983 -- sekarang)
- Pengajar SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Jasmani) Bandung (1955-1958)
- Kepala Kursus Bw1 Pendidikan Jasmani Bandung (1958-1962)
- Pengajar Fakultas Pendidikan Unpad (1962-1965)
- Pengajar Filosofi Olah Raga IKIP Jakarta (sekarang)
- Direktur Pembinaan/Pembibitan Prestasi Ditjora (1968-1969)
- Direktur Keolahragaan Ditjen Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olah Raga (PLSPO) Departemen P dan K (1969-1982)
- Asisten II Bidang Olah Raga Menpora (1984 -- sekarang)
Kegiatan Lain : - Anggota DPR-GR/MPRS (1966-1970)
- Wakil Ketua Organisasi Olah Raga Asia Pasifik (sekarang)
- Wakil Ketua Dewan Pendidikan Jasmani Asia (sekarang)
Alamat Rumah : Kemanggisan Ilir 15, Jakarta Barat Telp: 542377
Alamat Kantor : Gedung Pusat Konsultasi Pemuda Jakarta Jalan Pintu VIII, Senayan, Jakarta
|
|
MANGOMBAR FERDINAND SIREGAR
Di kota kelahirannya, Jakarta, Mangombar kecil tinggal di tepi Kali Malang, di dekat tapal batas Bekasi. Beramai-ramai bersama teman ia berenang di sungai selebar lima meter itu. "Iseng saja, tanpa guru," tuturnya. Tetapi, keisengan ini akhirnya mendudukkan ia sebagai pembina yang berprestasi, kelak.
Di bangku SMP pada masa awal Kemerdekaan, anak pertama yang bersaudara empat orang itu mencoba menerobos kolam renang Manggarai. Konon, Mangombarlah anak pribumi pertama yang berhasil mendobrak dominasi orang asing di kolam renang tersebut. "Saya ikut lomba renang gaya kupu-kupu," katanya. Menjadi juara? "Tidak."
Anak Tapanuli yang tidak bisa berbahasa Batak ini tadinya bercita-cita menjadi ahli pertanian. Tetapi, entah mengapa, setamat SMA ia justru masuk Akademi Pendidikan Jasmani di Bandung, hingga selesai, 1954. Sebelas tahun kemudian M.F. Siregar merampungkan studinya di Springfield College, AS.
Siregar mulai melatih renang sejak 1950-an. Ia beberapa kali memimpin kontingen Jawa Barat ke Pekan Olah Raga Nasional (PON), sampai kemudian dipercaya sebagai Komandan Pusat Latihan Renang untuk Asian Games 1962 di Jakarta. Melalui jenjang karier sebagai Sekretaris Jenderal KONI Pusat dan Ketua Umum Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI), M.F. Siregar terakhir menjabat Asisten Menpora Bidang Keolahragaan.
Pembina renang bertubuh sedang (tinggi 160 cm, berat 65 kg), yang rambutnya memutih ini sempat mencetak sejumlah perenang berprestasi. Antara lain Kristiono Sumono, Lukman Niode, dan Gerald P. Item. Merekalah, bersama Nanik Juliati, pernah mendominasi nomor renang SEA Games 1977.Sayang, setelah itu keperkasaan Indonesia di arena renang Asia Tenggara cenderung menurun. "Kemerosotan perolehan medali SEA Games 1983 terlampau berat. Keadaan ini dimanfaatkan untuk mendorong perebutan medali di masa yang akan datang," kata Siregar.
Menurut Siregar, dibandingkan dengan perenang asing, anak- anak Indonesia kalah dalam fisik. Ini bisa diatasi dan dikejar pada nomor-nomor renang yang sesuai dengan postur tubuh anak Indonesia. "Sambil didukung perbaikan gizi, serta dilaksanakannya konsep renang tujuh jam sehari bagi anak sekolah," ujarnya. Di samping itu, harus sering dilakukan lomba renang.
Ia berpendapat, sebelum memperoleh prestasi tertentu, permasalahan dan pembibitan harus digerakkan di seluruh tanah air. Termasuk pembinaan kegiatan olah raga di kantor, perusahaan swasta, dan ABRI. Suatu pemusatan latihan nasional (Pelatnas) jangka panjang dengan sendirinya diperlukan. Dengan sasaran Asian Games di Seoul, 1986, ia memperkirakan dana yang diperlukan sekitar Rp 2,5 milyar.
Siregar sendiri kini tidak lagi berenang. Sebagai gantinya penerima Satya Lencana Kebudayaan Pemerintah RI ini (1967) rajin jogging, skipping, dan bermain tenis. Bekas pelari nomor 1.500 dan 5.000 meter PON I di Solo itu hanya tidur tiga jam dalam sehari. "Paling cepat saya tidur pukul 23.30, dan pukul 03.00 sudah bangun," tuturnya. "Tetapi, pada hari Sabtu saya tidur siang," tambah penerima Gold Award IOC itu.
Menggemari musik klasik dan pop, lelaki yang anti rokok ini memiliki koleksi kaset yang lumayan lengkapnya, termasuk dari penyanyi Kenny Rogers, Ann Murray, dan Anita K. dari Tennessee.
Dari perkawinannya dengan Darliah Nasution, ia dianugerahi lima anak -- tidak seorang pun gemar berenang. Penggemar ikan asin dan singkong bakar ini ingin berkebun anggrek di hari pensiunnya. Ini sudah dimulainya di atas 300 meter tanah di kawasan Jakarta Barat.
|