Nama : Matori Abdul Djalil
Lahir : Salatiga, Jawa Tengah, 11 Juli 1942
Agama : Islam
Pendidikan : - Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif (setingkat SD) dan Sekolah Rakyat Negeri (SR) Negeri di Salatiga
- SMP Negeri Salatiga
- SMA Negeri Salatiga
- Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (FE-UKSW), Salatiga (sampai tingkat III)
Karir : - Wakil Ketua DPRD II Salatiga (1968-1971)
- Wakil Ketua DPRD II Semarang (1971-1977)
- Anggota DPRD I Jawa Tengah (1977-1987)
- Anggota DPR RI (1987-1992, 1992-1997)
- Anggota DPR dan Wakil Ketua MPR RI (1999-2004)
- Menteri Pertahanan (2001-sekarang)
Kegiatan Lain : - Anggota Pandu Ansor (1955-1957)
- Ketua Ikatan Pelajar NU (IPNU) Cabang Salatiga
- Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Salatiga (1964-1968)
- Wakil Ketua DPC Partai NU Kabupaten Semarang/Kodya Salatiga (1968-1971)
- Ketua II PW Ansor Jawa Tengah (1976-1981)
- Wakil Sekretaris PW NU Jawa Tengah
- Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Komisariat Salatiga (1966-1968)
- Ketua DPC PPP Kabupaten Semarang
- Wakil Ketua DPW PPP Jawa Tengah (1982-1987)
- Sekretaris Jenderal DPP PPP (1989-1994)
- Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (1998-2001)
Keluarga : Istri : Sri Indarini
Anak : Delapan Orang
Alamat Rumah : Jalan Elang Emas Prima, Blok C-7 No 12, Tanjung Mas, Tanjung
Barat, Jakarta Selatan
|
|
Matori Abdul Djalil
MESKI Ke-NU-annya sempat diragukan, Matori Abdul Djalil sejatinya nahdliyin tulen. Lahir dari keluarga Nahdlatul Ulama, sejak kecil sampai hampir seluruh usianya ia habiskan di berbagai organisasi yang berada di bawah payung NU. Mantan Sekretaris PW NU Jawa Tengah dan bekas Sekjen DPP PPP ini belakangan menjadi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Jabatan terakhirnya inilah yang mengantarnya menjadi Wakil Ketua MPR dan Menteri Pertahanan di masa Presiden Megawati.
Terpilih sebagai Ketua Umum PKB pada 1998, namanya makin mencuat ketika Sidang Istimewa (SI) MPR 2001 digelar. Kita ketahui, salah satu agenda SI adalah mencabut mandat Gus Dur sebagai Presiden, yang dianggap tidak sah dan ditentang oleh Fraksi Kesatuan Bangsa (FKB). Ternyata penentangan ini tidak diikuti oleh Matori - bahkan ketika protes melalui walk out (keluar ruang sidang) dilakukan rekan-rekannya sefraksi, ia tetap bertahan di kursinya. Dicap pengkhianat partai, jabatan Matori sebagai orang nomor satu di PKB pun dicopot. Namun setelah Megawati menjadi presiden, ia mendapat imbalan kursi Menteri Pertahanan, meskipun Matori orang sipil yang tidak paham soal-soal kemiliteran.
Lahir di Salatiga, Jawa Tengah, kegiatan ke-NU-annya dimulai di Pandu Ansor dan IPNU - ia kemudian menjadi ketuanya di tingkat cabang di Salatiga. Di kota ini pula Matori menjadi Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang setempat.
Mantan ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Komisariat Salatiga ini belakangan tercatat selaku Sekretaris PWNU Jateng. Ketika itu, NU belum kembali ke Khittah 1926, yang memungkinkan Matori merangkapi jabatan ketua pengurus PPP di tingkat Kabupaten (Semarang) maupun di jenjang provinsi (Jawa Tengah).
Dua puluh sembilan tahun berikutnya adalah masa kiprah Matori sebagai legislatif - bahkan sampai menjadi wakil ketua DPRD tingkat II di Salatiga dan Semarang. Selaku anggota DPR RI ia jalani selama dua kali, 1987-1992 dan 1992-1997.
Selama aktif di NU, orang memandang Matori sebagai orang dekat -- bahkan "anak emas", Gus Dur -- tokoh atas NU yang juga pendiri PKB. Tapi mengapa ia "berkhianat"?
Ayah delapan orang anak itu pun menjawab, "Saya bukan pengkhianat, saya bukan Brutus. Keikutsertaan saya dalam setiap proses konstitusional di parlemen itu semata-mata merupakan usaha untuk menyelamatkan muka Gus Dur." Matori yakin, keputusan Gus Dur memecatnya adalah karena ulah orang-orang PKB yang tidak menyukainya.
|