Nama : Mira Lesmanawati
Lahir : Jakarta, 8 Agustus 1964
Pendidikan : - TK s/d SMP di Perguruan Cikini, Jakarta Pusat
- SMA di Ecolle International Independent, Sydney, Australia
- Departemen Film, Jurusan Penyutradaraan, Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian, Jakarta (1988)
Karir : - Audio Visual Lintas Advertising Agency (1988-1992)
- Asisten produser Katena Films (1992-1995)
- Sutradara/Produser/Pemilik Miles Productions (Maret 1995-sekarang)
Karya : - Anak Seribu Pulau (produser, 1996), Mata Ketiga (produser dan penulis, 1997), Kuldesak (sutradara, 1998), Petualangan Sherina (produser, 2000), dan Ada Apa dengan Cinta (produser, 2002)
- Drama seri televisi
Keluarga : Ayah : Jack Lesmana (alm.)
Ibu : Nien Lesmana
Suami : Mathias Muchus
Anak : 1. Galih Galinggis
2. Kafka Keandre
Alamat Kantor : Jalan Pangeran Antasari No. 17, Cipete Selatan, Jakarta 12410
Telepon 7500503, 7500739
Faksimile 75817755
HP 08161862587
|
|
Mira Lesmana
€œAda apa dengan Mira Lesmana?€ Ini hanya plesetan, tentu. Sebenarnya memang tidak ada apa-apa dengan putri almarhum Jack Lesmana, pentolan musik jazz Indonesia, ini. Cuma ketika film Ada Apa dengan Cinta (A2DC) meledak di pasar, tahun 2002, orang lantas mengaitkannya dengan namanya. Film layar lebar itu salah-satu film produksi Mira. Dan orang menilai, sukses A2DC tak lepas dari campur tangan si Mia, panggilan akrab Mira dalam keluarganya.
Bersama sutradara muda lainnya, nama Mira akhir-akhir ini memang sering identik dengan kembali bangkitnya perfilman nasional. Perempuan ini banyak membidani lahirnya film layar lebar, yang sukses di pasar. Setelah berhasil menjadi produser serial Seribu Anak Pulau di lima stasiun televisi pada pertengahan 1996 lalu, wanita periang ini mendulang sukses di film Petualangan Sherina dan A2DC. Dua film yang ramai ditonton hingga mendekati dua jutaan orang dan meraup untung besar ini tentu saja bagai angin segar bagi dunia film nasional yang sudah lama mati suri.
Perkenalan Mia dengan film sebenarnya bukan baru kemarin. Ibu dua anak ini mengaku sudah sejak kecil gandrung pada film. Ia banyak menonton bioskop. €œSaya sering tonton apa aja, ya drama, ya komedi, yang penting ceritanya bagus,€ katanya. Ketika tinggal di Sydney, Australia, kegilaan Mia pada film menjadi-jadi. Tapi kakak penyanyi dan komponis Indra Lesmana ini bukan sekadar menonton. Ia juga tertarik mengetahui siapa orang-orang di belakang pembuatan filmnya.
€œKalau orang lain mungkin hanya menanyakan siapa bintangnya,€ ujar Mia, €œtapi saya malah ingin tahu siapa pembuatnya.€ Dari sana, ia mulai tertarik dan mengenal orang-orang seperti Steven Spielberg. Mia pun lantas punya semacam cita-cita menjadi pembuat film. €œSaya bilang ke orang tua bahwa kalau saya selesai sekolah, saya mau jadi pembuat film. Mereka mengizinkan lalu menyuruh saya sekolah film,€ ujar pengagum Martin Scorsese, Steven Spielberg, Jiang Jin Woo, dan Winn Landers ini.
Secara formal, bahasa film mulai ditekuni Mia di Australian Centre for Photography. Pulang ke tanah air, 1985, ia kuliah di Fakultas Film dan Televisi IKJ, Jakarta, mengambil spesialisasi penyutradaraan. Tapi kuliah ini ditinggalkan di tengah jalan dan Mia memilih bergabung dengan industri periklanan sebagai produser dan sutradara. Dari sini, Mia mengaku, mulai mengenal seni visual yang lebih estetis, salah satunya dengan membuat video musik. Satu di antara video klip itu adalah untuk lagu Hold On yang dinyanyikan Sophia Latjuba pada 1994. Video yang kabarnya dibuat sebagai hadiah perkawinan Sophia Latjuba dan Indra Lesmana, adiknya itu, jadi runner up video musik terbaik di Rumania.
Mia yang sering juga menulis lirik lagu ini kemudian membangun rumah produksi Miles Productions. Produksi awalnya film dokumenter Anak Seribu Pulau, yang mencapai 14 episode. Film inilah yang kemudian mengantar Mia ke lahan sukses. Ia lantas mulai mencoba layar lebar. Kuldesak, adalah film layar lebar pertama yang disutradarainya bersama Rizal Mantovani, Riri Reza, dan Nan Triveni Achnas, tiga sutradara muda lainnya. Saat ditayangkan pada 1998, film itu sebenarnya cukup menyita perhatian, karena disutradarai orang-orang muda. Sayang, pasar kurang menyambutnya.
Kini, nama perempuan yang ketika kecil suka memanjat pohon ini sudah menjadi label tersendiri bagi dunia film nasional. Akhir tahun lalu, almamaternya, IKJ, bahkan memberi kesempatan colesseum dictum padanya untuk menyelesaikan kuliah S1-nya yang pernah ia tinggalkan. €œSekarang,€ kata anak keempat dari lima bersaudara yang ketika kecil dulu pernah bercita-cita menjadi detektif ini, €œsaya menyempatkan diri, rela-relain waktu dan segala macam untuk membuat skripsi tentang karya-karya saya.€
Soal kiatnya membuat film laris, Mira kepada sebuah tabloid antara lain menyinggung faktor promosi. "Dari tiga miliar rupiah untuk membuat Petualangan Sherina, sebagian besar habis untuk promosi," kata ibu Galih Galinggis dan Kafka Keandre, buah pernikahannya dengan aktor Mathias Muchus itu.
Dengan segala sukses yang ia raih, apa obsesi perempuan perokok ini? Ternyata cuma satu: ingin tetap punya kesempatan panjang membuat film dan menerjemahkan buku-buku film atau buku-buku kesenian anak-anak. €œBagi saya, medium film penting sekali,€ kata Mira, mantan pecandu narkoba yang kini antinarkoba.
|