Nama : MARGA T.
Lahir : Jakarta, 27 Januari 1943
Agama : Katolik
Pendidikan : - SD
- SMP
- SMA
- Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
Karir : - Novelis, Karya-karyanya antara lain: Kamar 27 Rumahku adalah Istanaku
- Karmila
- Karmila II
- Badai Pasti Berlalu
- Sebuah Ilusi
- Sepotong Hati Tua
- Gema Sebuah Hati
- Edelweis
Alamat Rumah : Jalan Mangga Besar IV H No. 40, Jakarta Pusat
|
|
MARGA T.
Ia enggan terkenal. "Khawatir kalau tidak lagi bebas naik bis atau nonton bioskop. Kalau sudah tidak bebas, habislah semua sumber cerita saya," katanya suatu kali. Ia, wanita mungil yang feminin itu, adalah Marga T., pengarang untuk jenis cerita hiburan.
Sejak kecil ia gemar menulis. Mula-mula tulisannya banyak dimuat dalam majalah sekolah. Cerpennya yang pertama, Kamar 27, terbit saat Marga berusia 21 tahun. Kemudian disusul buku pertamanya, Rumahku Adalah Istanaku, bacaan anak-anak yang terbit tahun 1969.
Namanya jadi melonjak ketika novel pertamanya Karmila (1971) dipublikasikan. Karmila kemudian difilmkan, dengan sutradara Ami Priyono. Novel Badai Pasti Berlalu kian membuat nama Marga T. melejit. Sukses kedua novel ini merangsang Marga untuk terus menulis. Karya-karyanya yang lain: Sebuah Ilusi, Gema Sebuah Hati, Sepotong Hati Tua dan banyak lagi.
Sebagai penulis, Marga sangat berdisiplin. Ia bisa mengarang selama empat sampai lima jam dalam sehari. Di sela-sela waktunya ia gemar membaca apa saja. "Masyarakat berhak memilih bacaan yang disukainya, tapi penulis tidak. Ia harus membaca tulisan siapa pun," ujar Marga. Ia tidak sayang menghabiskan puluhan ribu untuk membeli novel. ; Berkat novelnya Karmila, yang telah dicetak ulang sembilan kali, Marga bisa mewujudkan keinginannya untuk menjelajah Eropa. "Ingin mencari pengalaman sebelum terikat pada pekerjaan sebagai dokter," katanya. Ternyata, Eropa tidak sekadar tempat untuk mencari pengalaman. Sebab, di sana, hati Marga terpaut pada seorang insinyur teknik kimia, sesama alumnus Usakti. "Mudah-mudahan saja kami menikah bukan karena saling kesepian," kata pengarang yang juga dokter ini.
Berbicara tentang kedudukannya sebagai dokter, penulis, dan istri, Marga berpendapat, "Bila seorang wanita sudah memilih untuk menikah, maka seharusnya kedudukan sebagai istrilah yang paling membahagiakan."
|